Pertamina Tingkatkan Produksi D-100 Tahun ini 3.000 Barel per Hari
PT Pertamina (Persero) di 2021 akan meningkatkan produksi Green Diesel (D-100) di Cilacap menjadi 3.000 barel per hari. Produksi sebelumnya hanya 1.000 barel per hari.
PT Pertamina (Persero) di 2021 akan meningkatkan produksi Green Diesel (D-100) di Cilacap menjadi 3.000 barel per hari. Produksi sebelumnya hanya 1.000 barel per hari.
"Green diesel di Cilacap jadi setelah kita berhasil memproduksi dari kilang akses yang di Dumai D-100, 100 persen dari CPO, itu yang sudah kita produksi hari ini adalah 1.000 barel per hari maka di tahun ini kita bisa menambah 3.000 barel per hari di Cilacap," kata Dirut PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (9/2).
-
Mengapa Pertamina mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas kiprahnya dalam komunikasi dan keberlanjutan di Indonesia.
-
Bagaimana Pertamina ingin membangun energi berkelanjutan? Dalam mewujudkan NZE 2060, imbuh Nicke, strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana kita membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia, suplainya harus ada dan kemudian kita memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik.
-
Di mana Pertamina menemukan cadangan minyak dan gas bumi baru? Di tahun 2022, Pertamina berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi baru di Blok Mahakam puluhan miliar kaki kubik gas dan jutaan barel minyak.
-
Kenapa Pertamina terus mendorong transisi energi? Setelah semua negara berkomitmen terhadap penurunan karbon emisi menuju net zero emission, ada optimisme, ada kegamangan, ada kekhawatiran. Namun ini semua tidak menyurutkan langkah kita untuk terus melaksanakan energi transisi seperti yang disepakati bersama,” ungkap Nicke saat acara Pertamina Energy Forum 2023 di Ballroom Grha Pertamina (18/12).
-
Bagaimana Pertamina akan mengembangkan bioenergi? “Nanti energi kita akan berbasis bioenergi, karena Indonesia ada banyak sumber daya. Di India saya bertemu dengan technology liaison untuk bioethanol dan limbahnya bisa diproses di perusahaan India, ini salah satu follow up yang akan kita kerja samakan,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina.
-
Bagaimana Pertamina mengadopsi transisi energi? Pertamina mencoba mengadopsi transisi energi secara bertahap. Di satu sisi, Pertamina menjaga ketahanan energi melalui penguatan bisnis minyak dan gas. Di sisi lain, juga meningkatkan pengembangan bisnis rendah karbon untuk memenuhi target net zero emission pada 2060.
Di 2022, Pertamina akan kembali menambah produksi 3.000 barel per hari dari Cilacap. Sehingga kebutuhan nasional bisa terpenuhi.
"Tahun depan bisa kita tambah lagi 3000 barel per hari di Cilacap, jadi dari kilang existing nya bukan yang dibangun baru. Dengan demikian nanti kita bisa meng-adjust supply-demand nasional ke depan," katanya.
Peningkatan produksi Green Diesel D-100 ini merupakan salah satu prioritas program kerja 2021. Di mana sebagai korporasi, Pertamina telah menetapkan dua prioritas program kerja. Pertama, proyek strategis nasional dan penugasan dari pemerintah.
Selanjutnya
Nicke menyebut, peningkatan produksi Green Diesel D-100 termasuk dalam proyek strategis nasional di tahun 2021. "Nah, kalau lihat program strategis nasional adalah ditetapkan oleh Perpres Nomor yang terbaru adalah nomor 109 tahun 2020, baik itu di sektor hulu maupun hilir untuk EBT periode 2020 sampai dengan 2024," jelasnya.
Dalam mengembangkan green energy, Pertamina juga akan mengembangkan green refinery. Dia mengatakan kilang BBM Pertamina di Dumai dan Plaju akan dikonversi menjadi green refinery, dengan mengolah BBM dari bahan baku sawit.
"Kita akan khususkan kilang Dumai ini untuk Green refinery mengingat lokasi di Sumatera Selatan ini banyak sekali supply CPO yang bisa digunakan. Sehingga nantinya bisa meningkatkan juga variabel produk yang dihasilkan. Selain juga kita akan mengimprove kualitasnya menjadi Euro 5," ujarnya.
Adapun untuk Plaju, pembangunan Green refinery diharapkan bisa menambah pasokan BBM ramah lingkungan dengan kualitas bahan bahan bakar, gas oil dengan sulfur yang di bawah 50 ppm. "Jadi sesuai dengan ketentuan dari IMO (International Maritime organization)," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)