Perubahan BI rate masih bergantung pada keputusan The Fed
"BI pada intinya menjaga prudent monetary policy."
Bank Indonesia menyatakan perubahan kebijakan moneter terkait suku bunga acuan atau BI Rate masih terkendala sikap Federal Reserve AS yang akan menaikkan tingkat suku bunga.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan kebijakan moneter yang akan ditempuh Bank Indonesia tetap pada aspek kehati-hatian.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Bagaimana Bank Indonesia memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? "Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegas dia.
-
Bagaimana The Banker menilai kinerja BRI? Dalam situs resminya The Banker melakukan pemeringkatan Top 1000 World Banks 2023 mengacu pada pencapaian kinerja keuangan pada 2022. Adapun aspek penilaian diantaranya terdiri dari sisi balance sheet, income statement, dan capital adequacy.
"BI pada intinya menjaga prudent monetary policy. Tapi kita dihadapi situasi global, kita masih menghadapi suku bunga Amerika yang akan naik," ujarnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (9/10).
Mirza memperkirakan, suku bunga The Fed tidak akan mengalami kenaikan pada tahun ini, namun kemungkinan akan naik pada kuartal I 2016. "Tetapi kami prudent menjaga stabilitas karena hanya dengan stabilitas maka pertumbuhan ekonomi akan terjadi," jelas dia.
Lebih lanjut, Mirza menyakini, tingkat pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan di kuartal III dan IV 2015. "Kalau dilihat dari siklus ekonomi, semester pertama selalu lebih soft dibanding semester kedua," ungkapnya.
Dia mengatakan, pencairan anggaran belanja modal di APBN -P 2015 di semester kedua akan mampu menjalankan proyek-proyek infrastruktur. "Kalau proyek mulai jalan, maka mulai ada kebutuhan kredit. Swasta juga butuh kredit, kita lihat nanti recovery, semoga terus berlanjut," tutup dia.
Baca juga:
BI harap penurunan harga Solar bisa turunkan harga barang
Mengukur kesehatan Rupiah yang menguat tajam di awal pekan Oktober
Kesal iklan umroh pasang harga pakai USD, BI siap denda Rp 200 juta
Rupiah menguat, BI klaim keyakinan investor terhadap Indonesia pulih
Rupiah ditutup menguat 475 poin di Rp 13.412 per USD