OJK Beri Sinyal Suku Bunga Pinjol Bakal Turun
Ini sebagai respons terhadap aksi Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang kembali memangkas suku bunga Fed Fund Rate.
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara menyebut bahwa industri jasa keuangan bakal mengkaji potensi penurunan suku bunga pinjaman online (pinjol) atau peer to peer (P2P) lending.
Ini sebagai respons terhadap aksi Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang kembali memangkas suku bunga Fed Fund Rate sebesar 25 basis point (bps) menjadi 4,50-4,75 persen.
Mirza memprediksi, The Fed masih menyimpan potensi untuk kembali memotong suku bunga acuan hingga sebesar 75-100 bps. Aksi serupa diperkirakan bakal diikuti oleh banyak bank sentral lain di seluruh dunia.
"Jadi pertanyaannya adalah, apakah suku bunga pinjaman P2P dan suku bunga pinjaman operator binance akan turun atau tidak? Jadi saya rasa industri juga harus menganalisis, harus membuat penilaian yang baik," ujar Mirza dalam OECD/INFE-OJK Conference di The Westin Resort Nusa Dua Bali, Jumat (8/11).
OJK, kata dia, saat ini tengah menggencarkan program untuk mendongkrak tingkat literasi dan inklusi keuangan. Mirza lantas meminta pengenaan suku bunga pinjol turut dikaji, agar peminjam tidak semakin terbebani dalam membayar utangnya.
"Jika kita benar-benar ingin mendorong lebih banyak inklusi keuangan, tolong tingkatkan literasi keuangan. Juga pertimbangkan beban biaya dana yang membebani konsumen," pinta dia.
Waspada Prospek Ekonomi ke Depan
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, pihaknya tetap mewaspadai prospek aktivitas ekonomi dunia melemah ke depan, di tengah sentimen positif akibat periode cut cycle bank sentral.
"Pertumbuhan ekonomi terindikasi mengalami penurunan di mayoritas negara utama, dengan The Fed yaitu Bank Sentral AS menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2024 dan diikuti kenaikan level pengangguran dan penurunan inflasi," kata Mahendra beberapa waktu lalu.
Pelambatan aktivitas manufaktur juga terjadi di China. Sehingga mendorong peningkatan tingkat pengangguran ke level tertinggi dalam 6 bulan terakhir, serta tingkat pengangguran muda yang meningkat.
Sementara itu, tekanan perekonomian Eropa juga semakin dalam terlihat dari penurunan outlook pertumbuhan dan proyeksi inflasi yang meningkat. Perkembangan tersebut mendorong bank sentral global memulai siklus penurunan suku bunga yang cukup agresif, di mana The Fed menurunkan Fed Fund Rate sebesar 75 bps.
Kemudian di China, People's Bank of China (PBOC) yaitu Bank Sentral Tiongkok cukup agresif dalam mendukung perekonomian dengan menurunkan suku bunga kebijakannya dan berjanji akan mengambil kebijakan akomodatif lanjutan.
Di antaranya, dengan menurunkan GWM 50 basis poin untuk meningkatkan likuiditas perbankan, penurunan uang muka pembelian rumah, serta memperpanjang dukungan ke sektor properti selama 2 tahun.