Pesawat N219 buatan anak negeri bakal mengudara di 2016
N219 merupakan pesawat regional komuter yang akan diproduksi PT DI.
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) hari ini, Selasa (25/2) menandatangani perjanjian kerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Kerja sama ini meliputi perancangan dan pembiayaan pengembangan pesawat N219.
Penandatanganan dilakukan di Kantor Pusat LAPAN, Rawamangun, Jakarta Timur. Penandatanganan kerja sama ini dilakukan langsung oleh Direktur Utama PT DI Budi Santoso dan Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin.
"Ini merupakan sejarah baru sebagai sinergi antar lembaga dalam mendukung kemajuan industri dirgantara di Indonesia," ucap Budi saat acara penandatanganan di Jakarta.
Menurut Budi, saat ini N219 telah selesai tahap preliminary design/desain awal atau estimasi jenis material, mutu material, serta dimensi material yang akan digunakan untuk membentuk struktur. Setelah itu akan memasuki detail design, kemudian memasuki pembuatan komponen.
N219 merupakan pesawat baru yang sepenuhnya dirancang oleh putra putri Indonesia dan merupakan pesawat regional komuter yang akan diproduksi PT DI.
"Rencananya, integrasi pesawat akan dilaksanakan pada 2016 ditandai dengan roll out pesawat pertama. N219 akan terbang perdana pada 2016," katanya.
Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin mengatakan rancang bangun pembuatan N219 merupakan bagian pemersatu bangsa di bidang transportasi udara dan sebagai bukti kemampuan anak bangsa dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pesawat.
Sebelumnya, PT DI menyatakan, selain Lion Air, PT Nusantara Buana Airlines (NBA) menjadi pemesan 50 pesawat N219 buatannya. N-219 diusung untuk menyaingi pesawat twin otter buatan China.
Direktur Komersial dan Restrukturisasi PT DI, Budiman Saleh, mengatakan perseroan akan mulai mengenalkan pesawat ini pada publik tahun depan. Total PT DI akan memproduksi 100 pesawat untuk maskapai Lion Air dan NBA.
"Kita targetkan awal 2015 roll out launch pesawat. Itu kita keluarkan dari hanggar, kita kenalkan, lalu masukkan lagi, belum bisa terbang. Setelah itu masuk ground test. Lalu first flight setelah itu," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Bandung.
Namun, sayang hingga saat ini belum ada perjanjian kerjasama (MoU) antara PT DI dengan kedua perusahaan tersebut. "Sebenarnya kemarin sudah direncanakan, tapi tertunda, karena Pak Rusdi minta harus dihadiri RI 1, jadi masih susah nyari waktunya," jelasnya.
Budiman mengatakan rentang waktu antara pengenalan prototipe dengan penerbangan perdana biasanya dalam rentang waktu maksimal satu tahun. Sehingga, diperkirakan awal 2016 pesawat N219 bisa langsung diantarkan ke maskapai pemesan.
"Kalau dibandingkan dengan twin otter dari China, keuntungan N219 adalah, the best teknologi CN235, dipakai di N219. Jadi harganya bisa bersaing," jelasnya.