PLN akan beli listrik dari 11 PLTP tahun ini
Total pembelian pada 11 PLTP tersebut mempunyai total kapasitas 1.226 megawatt.
PT PLN (Persero) akan menandatangani 11 perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) panas bumi sepanjang tahun ini. Penandatanganan ini menyusul persetujuan pemerintah memberikan jaminan proyek listrik panas bumi.
Kepala Divisi Energi Terbarukan PLN Muhammad Sofyan mengatakan surat penugasan pembelian listrik untuk kesebelas proyek panas bumi tersebut telah diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. “Kesebelas proyek panas bumi tersebut rencananya akan menghasilkan 1.226 megawatt (MW),” katanya di Jakarta, Kamis (12/4).
-
Mengapa PLN membangun PLTS di IKN Nusantara? Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan PLTS ini menunjukkan keseriusan pemerintah melalui PLN dalam menyiapkan sistem kelistrikan yang andal dan berbasis pada energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik di IKN Nusantara. Hal ini selaras dengan pembangunan IKN sebagai forest city yang hijau dan ramah lingkungan.
-
Siapa yang membangun PLTS di IKN Nusantara? PLTS ini dibangun melalui subholding PLN Nusantara Power (NP) bekerja sama dengan perusahaan energi asal Singapura, Sembcorp Utilities Pte. Ltd.
-
Kenapa PLN tampilkan proyek PLTS Terapung di AIPF? Dalam forum tersebut, PLN menunjukan komitmen dalam upaya pengurangan emisi karbon lewat pengembangan PLTS terapung pertama yang juga akan menjadi pasokan utama energi bersih di wilayah Pulau Jawa.
-
Apa yang dibangun oleh PLN di IKN Nusantara? PT PLN (Persero) siap memenuhi kebutuhan listrik hijau di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 50 Megawatt (MW).
-
Apa yang dihasilkan oleh PLTA Ketenger? Selain untuk menggerakkan turbin, air dari PLTA Ketenger juga dialirkan menuju saluran irigasi untuk mengairi pertanian sekitar.
-
Apa yang dimaksud dengan HPL? HPL (Hari Perkiraan Lahir) adalah perkiraan tanggal kelahiran bayi berdasarkan tanggal pembuahan pertama atau tanggal terakhir menstruasi.
Proyek panas bumi yang akan segera dibeli listriknya oleh perseroan adalah PLTP Sokoria di Flores 1 x 30 MW, PLTP Tangkuban Perahu II di Jawa Barat 2 x 30 MW, PLTP Rantau Dadap di Sumatera Selatan 2 x 110 MW, dan PLTP Rawa Dano di Banten 1 x 110 MW.
Kemudian, PLTP Ungaran 1 x 55 MW, PLTP Guci 1 x 55 MW, dan PLTP Baturaden 2 x 110 MW di Jawa Tengah serta PLTP Cisolok Cisukarame 1 x 50 MW dan PLTP Tampomas 1 x 45 MW di Jawa Barat. Terakhir, PLTP Wilis/Ngebel 3 x 55 MW dan PLTP Ijen 2 x 55 MW di Jawa Timur.
Di antara beberapa proyek tersebut, lanjut Sofyan, akan segera teken PPA pada semester pertama tahun ini. PLN tengah memfinalisasi negosiasi kontrak dengan pengembang panas bumi.
“Kemungkinan yang akan segera selesai adalah PLTP Rantau Dadap yang juga merupakan proyek PT Supreme Energy,” ujarnya. Sebelumnya, PLN telah teken PPA dengan Supreme Energy untuk PLTP Muara Labouh 2 x 110 MW dan PLTP Rajabasa 2 x 110 MW. Listrik dari kedua pembangkit dibeli dengan harga USD 9,4 sen per kilowatt hour (kWh) dan US 9,5 sen per kWh.
Untuk PLTP Rantau Dadap, PLN berharap negosiasi bisa segera rampung karena bisa mengikuti hasil negosiasi dua pembangkit sebelumnya. Apalagi, harga listrik dari pembangkit ini masih di bawah patokan pemerintah USD 9,7 sen per kWh, yaitu USD 8,6 sen per kWh. Sehingga, PLN dan Supreme tinggal membahas 53 klausul kontrak untuk menghindari masalah di depan.
Tiga pembangkit lain yang juga akan segera teken PPA di semester satu adalah PLTP Ungaran yang digarap PT Giri Indah Sejahtera, PLTP Sokoria dan PLTP Wilis yang dikelola PT Bakrie Power. “Negosiasi kontrak jual beli dengan kedua pengembang ini sudah sangat insentif,” kata Sofyan. Harga listrik PLTP Ungaran diperkirakan sekitar USD 8,09 sen per kWh, PLTP Sokoria USD 13,8 sen per kWh, dan PLTP Wilis/Ngebel USD 7,55 sen per kWh.
Dari total kapasitas pembangkit panas bumi sebesar 4.925 MW, tambah Sofyan sebanyak lima wilayah kerja dengan kapasitas 390 MW masih menanti surat penugasan pembelian listrik dari Menteri Energi.
(mdk/rin)