PLN Butuh USD 500 Miliar untuk Kembangkan Energi Hijau
PLN membuka opsi dari berbagai instrumen untuk menangkap peluang pendanaan hijau dalam proyek kelistrikan. Pertama, obligasi hijau atau green bonds yang nanti hasilnya akan secara eksklusif diterapkan untuk membiayai kembali proyek dengan manfaat lingkungan yang jelas.
PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) membutuhkan suntikan modal sebesar USD 500 miliar untuk pengembangan proyek energi hijau demi mewujudkan target karbon netral pada 2060.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PLN, Sinthya Roesly mengatakan, pihaknya memerlukan banyak dukungan stakeholder untuk mencapai cita-cita bersama dengan instrumen pinjaman lunak guna mempercepat pelaksanaan proyek dekarbonisasi.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? Pasalnya, PT PLN (Persero) akan segera melantai ke bursa karbon Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
-
Di mana PLN akan melakukan perdagangan karbon secara langsung? Tidak hanya terdaftar di bursa, PLN juga melakukan perdagangan karbon secara langsung dengan melingkupi 3 dari 4 aspek perdagangan karbon, yaitu perdagangan emisi secara langsung, offset emisi secara langsung, dan perdagangan offset melalui bursa.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
"Selain itu, bantuan teknis untuk menetapkan standar proyek yang sesuai agar memenuhi syarat untuk pembiayaan hijau," kata Sinthya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa (2/11).
PLN membuka opsi dari berbagai instrumen untuk menangkap peluang pendanaan hijau dalam proyek kelistrikan. Pertama, obligasi hijau atau green bonds yang nanti hasilnya akan secara eksklusif diterapkan untuk membiayai kembali proyek dengan manfaat lingkungan yang jelas.
Kedua, pendanaan social bonds yang akan dimanfaatkan PLN untuk menjalankan proyek-proyek strategis yang berdampak langsung kepada masyarakat dan mengurangi dampak persoalan sosial masyarakat. Ketiga, pendanaan sustainability bonds yang penerapannya bisa secara eksklusif diterapkan untuk membiayai kembali kombinasi proyek hijau dan sosial.
"PLN juga berkomitmen untuk memanfaatkan pendanaan ini semaksimal mungkin dengan sistem pengawasan berkelanjutan dan juga melakukan pelaporan dana yang diserap secara berkala," ujar Sinthya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa pendanaan hijau ini bukan yang pertama bagi PLN. Pada 23 Desember 2020, perseroan telah berhasil menerbitkan green loan senilai 500 juta dolar AS. Pendanaan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan dua proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan lima proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Menurut Sinthya, kepercayaan dalam penerbitan green loan ini bahkan dijamin oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) Bank Dunia. "Pendanaan hijau ini 95 persen dijamin oleh MIGA Bank Dunia dan berlangsung selama lima tahun. Bank Dunia mendukung PLN melalui program yang berjudul Non-Honouring of Financial Obligation oleh Badan Usaha Milik Negara (NHFO-BUMN)," jelasnya.
Pembiayaan Global
Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset, dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Montty Girianna memastikan pemerintah akan berupaya meningkatkan akses proyek energi baru terbarukan terhadap pembiayaan global.
Dia menyampaikan Kementerian Koordinator Perekonomian baru saja meresmikan tahap kedua Indonesia Sustainable Finance Roadmap yang akan menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pembiayaan berorientasi lingkungan.
"Kita membutuhkan USD 6,3 miliar per tahun untuk pengembangan energi baru terbarukan sampai dengan 2025. Dari nilai tersebut, sampai saat ini hanya 24 persen yang terealisasi," pungkas Montty.
(mdk/idr)