Potensi Energi Surya di Indonesia Paling Besar Dibanding EBT Lain
Di tahun ketiga Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) tercatat telah terpasang 1.700 atap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tidak kurang dari 7.500 kW telah terpasang di Indonesia. Energi surya memiliki potensi paling besar dibandingkan energi baru dan terbarukan lainnya.
Di tahun ketiga Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) tercatat telah terpasang 1.700 atap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tidak kurang dari 7.500 kW telah terpasang di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Andhika Prastawa, mengaku pertumbuhan pengguna listrik tenaga surya sudah lebih baik dibandingkan saat pertama kali dikampanyekan. Pada 2017, tercatat baru hanya ada 600 kw.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
-
Mengapa PLN membangun PLTS di IKN Nusantara? Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan PLTS ini menunjukkan keseriusan pemerintah melalui PLN dalam menyiapkan sistem kelistrikan yang andal dan berbasis pada energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik di IKN Nusantara. Hal ini selaras dengan pembangunan IKN sebagai forest city yang hijau dan ramah lingkungan.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Apa strategi PLN dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia? Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo memaparkan strategi perseroan dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA/ Hydropower) di tanah air."Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan beragam sumber energi baru terbarukan. Khusus energi air, sebagai salah satu sumber energi terbesar, Air memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan hingga mencapai 95 GW, namun baru dimanfaatkan hanya sebesar 5,8 GW," papar Darmawan.
"Pada tahun 2017 ketika GNSSA dibentuk, kapasitas PLTS atap yang terdaftar pada PLN baru sekitar 600 kW. Tahun ini, kapasitasnya telah naik menjadi 7500 kW," kata Andhika dalam Virtual Press Conference GNSSA 2.0: Siap Beratap Panel Surya, Jakarta, Rabu (16/9).
Dia menambahkan energi surya di Indonesia masih dapat dimaksimalkan potensinya. Energi surya memiliki potensi paling besar dibandingkan energi baru dan terbarukan lainnya yakni lebih dari 207,8 GWp. Namun, kapasitas terpasang per tahun 2018 masih 90 MWp.
Harus diakui Andhika, pemanfaatan listrik tenaga matahari ini perlu ditingkatkan kembali. Kolaborasi pun menjadi kunci dalam mencapai target satu juta atap menggunakan tenaga surya untuk kebutuhan konsumsi listrik.
"Sangat dibutuhkan kolaborasi yang lebih intensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, PLN, investor, pelaku bisnis," kata Andhika.
Sehingga, lanjut Andhika, tingkat pemanfaatan teknologi listrik surya dapat tumbuh. Seiring dengan ketetapan capaian bauran energi terbarukan dalam Kebijakan Energi Nasional sebesar 23 persen pada 2025.
Selain lewat inisiatif seperti GNSSA, pemerintah memaksimalkan potensi energi surya dengan mendorong investasi di sektor EBT. Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris Yahya mengatakan saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong investasi EBT.
"Kami tengah melakukan berbagai upaya untuk mendorong investasi EBT termasuk dalam lini energi surya," kata Harris.
Adapun upaya yang ditempuh dengan menciptakan pasar, perbaikan tata kelola pengembangan EBT, pengadaan PLT EBT berskala masif dan memberikan insentif dan kemudahan investasi. Pemerintah juga melakukan perbaikan regulasi agar penetrasi pemanfaatan listrik surya menjadi lebih tinggi. Sehingga dapat menjangkau 70 juta pelanggan listrik nasional.
"Kami berharap makin banyak pelaku bisnis yang menggunakan PLTS atap untuk penyediaan listrik," kata dia mengakhiri.
Bangun PLTS Atap, Softex Indonesia Klaim Hemat Listrik 887.922 kWh Tiap Tahun
PT Softex Indonesia (Softex Indonesia) saat ini tengah menyelesaikan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Sidoarjo, Jawa Timur. Pembangunan PLTS atap di kawasan pabrik ini berkapasitas 630 kWp.
"Kami sedang menyelesaikan proyek pembangunan PLTS Atap sebesar 630 kWp di pabrik Sidoarjo," kata Sustainability Project Leader PT Softex Indonesia, Honey Liwe, dalam Virtual Press Conference GNSSA 2.0: Siap Beratap Panel Surya, Jakarta, Rabu (16/9).
Penggunaan PLTS atap ini dilakukan Softex Indonesia sebagai bentuk implementasi Softex Indonesia dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Program efisiensi energi dan material pun telah dilakukan sejak 2017.
Honey menuturkan, program ini tidak hanya untuk menurunkan konsumsi energi. Namun juga berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca dan biaya operasional.
Bila dikonversikan, melalui pemasangan PLTS Atap ini Softex Indonesia menghemat lebih listrik sampai 887.922 kWh setiap tahunnya. Selain itu, penggunaan PLTS atap ini juga menekan produksi CO2 sebesar 829.319 kg selama satu tahun.
"Kalau dikonversikan kami akan menghemat kurang lebih 887.922 kWh setiap tahunnya," kata dia.
Honey menambahkan PLTS atap ini menjadi solusi bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis berkelanjutan. Begitu juga dengan keterlibatan Softex Indonesia dalam berkontribusi pada program SDG's untuk menjalankan bisnis berkelanjutan.
Sebagai informasi, Kementerian ESDM pada September 2017 mendeklarasikan Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA). Gerakan ini untuk mendukung dan mempercepat pemanfaatan teknologi listrik surya demi memenuhi target pengembangan energi terbarukan.
Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) pemerintah menargetkan penggunaan energi EBT sebesar 23 persen dari total bauran energi primer pada 2025. PLTS diharapkan berkontribusi sebesar 14 persen atau 6,4 GW dari total kapasitas 45 GW pembangkit listrik.
(mdk/bim)