Produk halal Indonesia berjuang masuk pasar Asia Pasifik dan Afrika
Nilai permintaan produk halal dunia diprediksi mencapai USD 3,7 triliun pada 2019.
1,6 Miliar populasi muslim dari total penduduk dunia merupakan potensi pasar yang sangat menjanjikan untuk produk halal Indonesia. Menurut laporan Global State of Islamic Economic, permintaan produk halal dunia akan mengalami pertumbuhan sebesar 9,5 persen dalam 6 tahun ke depan, yaitu dari USD 2 triliun pada 2013 menjadi USD 3,7 triliun pada 2019.
Melihat potensi tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Ditjen Aspasaf) menyelenggarakan kegiatan Temu Diskusi Ramadhan: Identifikasi dan Pemetaan Pasar Produk Halal di IPB International Convention Center Bogor, tanggal 6 Juli 2015. Sebanyak 200 perusahaan produsen produk halal bidang makanan, minuman, kosmetik dan obat-obatan diundang dalam kegiatan ini.
Dirjen Aspasaf Kemlu, Duta Besar Yuri O. Thamrin, menyampaikan bahwa diskusi ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha di Indonesia untuk lebih memahami mengenai pasar produk halal di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Perkiraan kenaikan permintaan untuk produk halal tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha dalam negeri.
Di samping itu, Indonesia juga akan menghadapi pasar Ekonomi ASEAN pada akhir 2015, sehingga ekspor perlu ditingkatkan untuk memperoleh devisa bagi Indonesia.
Para pelaku usaha yang hadir juga menerima buku 'Informasi dan Importir Produk Halal di Asia Pasifik dan Afrika'. Buku tersebut berisi informasi mengenai produk-produk halal di negara-negara Asia Pasifik dan Afrika, potensi dan peluang pasar produk halal di sekitar 40 negara. Selain itu, buku tersebut juga memuat kontak dari sekitar 550 importir produk halal dari kawasan Aspasaf. Diharapkan para pelaku usaha produk halal Indonesia dapat segera menindaklanjuti berbagai permintaan tersebut.