Bukan Negara Muslim, Thailand Jadi Eksportir Terbesar Makanan Halal buat Hewan Peliharaan
Di Indonesia, jumlah kucing peliharaan diproyeksikan mencapai 5,9 juta pada akhir tahun 2026.
Di sebuah pameran hewan peliharaan Bangkok yang ramai, tempat pasir kucing dari Shandong dan makanan anjing dari Jepang bersaing untuk menarik perhatian. Malik Abdulbut naik ke panggung dan siap menyampaikan informasi tentang segmen yang sering kali terabaikan namun akan membentuk kembali lanskap makanan hewan peliharaan.
Pesannya jelas: makanan hewan peliharaan halal bukan sekadar peluang pasar, tetapi merupakan kebutuhan bagi semakin banyaknya pemilik hewan peliharaan Muslim di Asia Tenggara dan Timur Tengah yang menuntut makanan berkualitas tinggi dan sesuai aturan untuk hewan peliharaan mereka.
Karena pemilik hewan peliharaan akan menanganinya, makanan hewan peliharaan halal harus bebas dari daging babi dan turunannya, yang dianggap haram dalam Islam, dan seluruh rantai pasokan harus mematuhi standar kebersihan yang ketat.
“Pembatasan dalam memperoleh sertifikasi Halal merupakan suatu tantangan,” kata Abdulbut, yang mewakili Biro Standar dan Sertifikasi Peternakan Thailand di pameran tersebut sebagaimana dilansir ari South China Morning Post, Minggu (10/11).
Namun, di balik tantangan ini, terdapat peluang bisnis yang besar. Thailand sudah menjadi eksportir makanan hewan peliharaan halal terbesar ketiga di dunia, dengan permintaan yang melonjak dari Timur Tengah, khususnya Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Namun, Asia Tenggara, tempat kaum muda semakin menunda untuk memulai keluarga dan kepemilikan hewan peliharaan sedang marak, Thailand berada di puncak daftar ekspor.
Di Indonesia, jumlah kucing peliharaan diproyeksikan mencapai 5,9 juta pada akhir tahun 2026, hampir dua setengah kali lipat angka pada tahun 2018.
Kucing mendominasi di negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini, mencakup 56 persen dari semua hewan peliharaan, sementara anjing, yang sering dianggap najis dalam Islam, mencakup kurang dari 8 persen dari pasar kepemilikan hewan peliharaan.
Tren Hewan Peliharaan di Malaysia
Tren serupa juga muncul di Malaysia, di mana toko-toko hewan peliharaan dipenuhi dengan mainan dan kostum yang ditujukan untuk "para anak bulu".
Maraknya klinik hewan dan kafe kucing menunjukkan semakin tingginya minat terhadap kucing di kalangan anak muda Malaysia.
Lebih dari separuh penduduk Malaysia memiliki hewan peliharaan, menurut sebuah studi tahun lalu oleh firma riset pasar Standard Insights yang berpusat di Hong Kong, dengan 26 persen mempertimbangkan untuk memeliharanya.
Di antara pemilik hewan peliharaan saat ini, kucing mendominasi, dengan lebih dari sepertiga responden memiliki setidaknya satu.
Ketertarikan terhadap kucing ini sebagian besar dipengaruhi oleh mayoritas Muslim di Malaysia, yang umumnya lebih menyukai kucing daripada anjing karena kepercayaan budaya dan agama, termasuk kesukaan Nabi Muhammad terhadap kucing.
Situs web mufti Kuala Lumpur, kepala ahli hukum Islam, menampilkan hampir 50 tanggapan yang ditujukan untuk kucing, membahas segala hal mulai dari pengebirian hingga putusan tentang apakah kucing masuk surga.
Bagi banyak pemilik kucing, kekhawatiran tentang status kehalalan makanan hewan peliharaan mereka berasal dari keyakinan pribadi, bukan kebutuhan makanan hewan peliharaan mereka.
"Kucing tidak membutuhkan makanan halal, tetapi yang penting adalah bahan-bahannya, kebersihannya, dan kebutuhan pemilik kucing untuk menangani makanan tersebut,” kata Yana Zulkarnain, yang merawat dua kucing berbulu panjang.
Makanan Halal Hewan Peliharaan
Pada tahun 2022, sebuah studi Bank Dunia menemukan bahwa ekonomi halal berkontribusi sekitar 7,5 persen terhadap produk domestik bruto Malaysia, yang diproyeksikan naik menjadi 8,1 persen pada tahun depan.
Sektor jasa makanan, yang diperkirakan bernilai US$31 miliar, merupakan komponen terbesar dari pertumbuhan ini, diikuti oleh farmasi halal, suatu bidang di mana Malaysia juga menjadi pemimpin dunia.
Namun, tidak adanya kriteria sertifikasi halal untuk konsumsi non-manusia telah mendorong produsen makanan hewan peliharaan Malaysia untuk mencari sertifikasi internasional lain yang meyakinkan pelanggan tentang kepatuhan produk mereka terhadap standar Islam.
Merek seperti Powercat, anak perusahaan produsen makanan Adabi, telah memperoleh sertifikasi halal dari badan halal Indonesia, yang mencakup kategori untuk makanan hewan peliharaan. Notti, pendatang baru di pasar ini, membanggakan sertifikasi dari Pusat Penelitian Makanan Islami Hong Kong (IFRC-Asia), di samping kepatuhan terhadap berbagai standar keamanan pangan.
Sementara badan halal Malaysia telah mengeluarkan sertifikasi untuk kategori non-makanan lainnya, termasuk kemasan dan produk rumah tangga, mereka mengatakan kepada This Week in Asia bahwa saat ini tidak ada rencana untuk sertifikasi khusus untuk makanan hewan peliharaan.
"Saat ini, kami belum memiliki kategori sertifikasi untuk makanan hewan peliharaan, tetapi itu adalah sesuatu yang sedang kami pelajari," demikian pernyataan yang dikeluarkan.