Produk kerajinan anak bangsa unjuk gigi di Italia
Paviliun Indonesia ini menampilkan karya terkurasi dari 27 desainer Tanah Air.
Produk kerajinan karya anak bangsa Indonesia mejeng di ajang internasional, Salone del Mobile Milano 2018 di Italia. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, para pengrajin sengaja didorong ikut dalam pameran tersebut dalam rangka pengembangan potensi industri kreatif Tanah Air sekaligus memperluas pasar ekspor.
"Produk kerajinan itu di antaranya dari Bali Creative Industri Center (BCIC), salah satu pusat inovasi di bawah Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin," kata Gati di Jakarta Minggu (22/4).
-
Produk apa yang dihasilkan Desa Kemudo dari pengolahan limbah industri? “Kami mencoba melihat potensi yang ada di Desa Kemudo, yakni dengan adanya limbah kering dari industri,” kata Kepala Desa Kemudo, Hermawan Kristanto, kepada Merdeka.com baru-baru ini.
-
Bagaimana menurut Anang, Ganjar memimpin industri kreatif? “Dibutuhkan orang yang kuat untuk bisa meng-lead itu semua dengan baik. Dan itu disampaikan dengan lugas banget, disampaikan dengan tepat banget. Memang beliau sangat menguasai creative industy harus ke mana untuk ke depannya,” Anang Hermasyah
-
Bagaimana Kelorida membuat produknya? Daun kelor juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung. “Dari 2016 saya mempelajari apa sifat dan manfaat daun kelor ini. Berapa lama ia bertahan, proses yang baiknya seperti tidak boleh dijemur langsung di bawah matahari. Kendalanya karena saya masih menggunakan alat-alat tradisional sehingga lambat diproduksinya. Cuma, karena itu rutin setiap hari kita terus berkreasi menghasilkan berbagai produksi. Tapi kalau musim hujan kita batasi, karena dia cepat rusak. Bagusnya di cuaca agak panas sehingga cepat kering,”
-
Apa yang diproduksi oleh Pabrik Tenun Kesono di masa kejayaannya? Saat itu, pabrik tenun ini memproduksi sarung, handuk, kain perempuan, hingga pesanan seragam dari KNIL (tentara kerajaan Hindia Belanda).
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Di mana sentra produksi Mangga Podang di Kediri? Kebun Mangga Podang di Kediri tersebar di beberapa daerah seperti Kecamatan Mojo, Banyakan, Semen, dan Tarokan.
Menurut Gati, sejak 2015, BCIC menjadi tempat berkumpulnya para wirausaha dan inkubator kreatif di bidang fashion, kriya, dan animasi. Melalui BCIC, Kemenperin fokus mendorong terciptanya wirausaha industri baru dan meningkatkan nilai tambah produk lokal agar dapat bersaing di pasar global.
Adapun program yang dilaksanakan, antara lain Design Lab, Creative Camp, Inkubator Bisnis Kreatif, Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA), pelatihan dan pameran karya.
"Selama tiga tahun belakangan, program andalan BCIC di antaranya adalah Design Lab. Alhasil, tahun ini mampu membawa produk terbaik kami untuk ditampilkan di Salone del Mobile Milano 2018," ujarnya.
Pameran desain dan furnitur internasional ini berlangsung selama tanggal 17-22 April 2018, dengan diikuti sebanyak 2.000 peserta dari berbagai negara di dunia untuk menghadirkan inovasi produk kontemporer yang menggabungkan unsur desain, teknologi, fleksibilitas dan keberlanjutan.
Dalam pameran tersebut, Indonesia memiliki satu paviliun yang dinamakan 'IDentities' berada di Hall 14 stand F30. Paviliun Indonesia ini menampilkan karya terkurasi dari 27 desainer Tanah Air.
"Banyak produk kerajinan dalam negeri kita sebenarnya layak ditampilkan di dunia desain internasional karena berkualitas dan berdaya saing tinggi," ucap Gati.
Dua produk unggulan BCIC yang mewakili Indonesia, yaitu produk lampu dengan nama 'Cengkeh' karya desainer bernama Genie Anggita. Produk kerajinan itu terinspirasi dari masa kejayaan rempah Indonesia dalam perdagangan internasional.
Genie menjelaskan, produk ini diproduksi bekerja sama dengan para kriyawan di Sentra Tembaga Tumang, Boyolali. "Kami mencoba memperkenalkan kekayaan Indonesia di produk kami. Kita mendukung material lokal yaitu rotan, bambu, dan juga pengrajin lokal," ujar Genie. "Tak hanya itu, kami juga ingin memperkenalkan nilai-nilai budaya, sejarah dan cerita rakyat Indonesia di produk tersebut," ucapnya.
Produk selanjutnya adalah taratan, sebuah lampu rotan rancangan Ilhamia Nuantika yang bekerja sama dengan para pengrajin rotan asal Jawa Timur.
Menurut desainernya, produk bernama taratan terinspirasi dari filosofi budaya Madura dan menggunakan sifat rotan untuk memainkan impresi cahaya yang dihasilkan.
"Di proses pembuatannya, kami berdiskusi dengan para pengrajin lokal. Akhirnya, kami memilih menggunakan proses handmade dibanding buatan pabrik, untuk mendukung pengrajin lokal," tutur Nuantika.
(mdk/esy)