Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Adapun tantangan yang dihadapi industri sawit tahun 2024 adalah karena masih adanya kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
- Ternyata, Ini Penyebab Sawah di Indonesia Hanya Bisa Satu Kali Tanam dalam Setahun
- Wacana Aturan Rokok Kemasan Polos, Pengusaha Ritel Khawatir Masyarakat Sulit Membedakan Produk
- Kebun Sawit Terluas di Dunia Ternyata Ada di Indonesia, Ini Dia Perusahaan Pengelolanya
- Prabowo: Tidak Lama Lagi Kita Bisa Swasembada Energi
Gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan produksi dan produktivitas industri sawit relatif stagnan dan cenderung turun di tahun 2024.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono mengatakan, proyeksi tersebut dipengaruhi oleh konsumsi dalam negeri yang terus meningkat (pangan, biodiesel, oleochemical), volume ekspor cenderung menurun, dan realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sangat rendah, serta dihadapkan dengan sejumlah tantangan.
Adapun tantangan yang dihadapi industri sawit tahun 2024 adalah karena masih adanya kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Untuk dalam negeri, kampanye negatif tersebut berupa adanya buku-buku pendidikan yang negatif terhadap sawit. Selaini tu, di media sosial banyak informasi yang bernuansa negatif. Sementara kampanye negatif luar negeri, yakni diskriminasi sawit melalui EU Deforestasi.
"Kampanye negatif masih terus berlanjut, sawit merambah hutan, luar negeri EU juga terus berubah. Ini kita terus hadapai kita bersama Pemerintah, kita tidak sendiri untuk menghadapi kampanye-kampanye ini," kata Eddy dalam konferensi pers Syukuran Ulang Tahun GAPKI ke-43 tahun, di Jakarta, Selasa (27/2).
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha. Seperti banyaknya peraturan dan instansi yang terlibat dalam industri kelapa sawit.
Gapki mencatat lebih dari 31 Kementerian dan Lembaga yang mengatur dan terkait dengan industri kelapa sawit, sehingga menyebabkan tumpang tindih peraturan. Kemudian, kebijakan di dalam negeri yang mudah berubah.
"Lebih dari 31 Kementerian Lembaga yang membingungkan kita. Kepastian hukum ini menjadi tantangan kita," ujarnya.
Di sisi lain, tantangan global yang mempengaruhi industri kelapa sawit tahun 2024, di antaranya pertumbuhan ekonomi global masih dilanda ketidakpastian, karena dinamika negara-negara maju yang berdampak ke global.
"Amerika masih dilanda inflasi diatas target, China juga bergulat dengan perlambatan ekonomi, Eropa ekonominya melemah, ini akan menjadi tantangan di 2024," pungkasnya.