Profil Gus Miftah yang Bakal Masuk Kabinet Prabowo-Gibran
Gus Miftah diberikan tugas berkaitan erat dengan upaya memperkuat toleransi dan moderasi.
Miftah Maulana Habiburrahman atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Miftah, bertemu dengan Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto, di kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Selasa (15/10).
Usai bertemu Prabowo, dia mengungkapkan bahwa diberikan tugas khusus dalam pemerintahan mendatang. Tugas tersebut berkaitan erat dengan upaya memperkuat toleransi dan moderasi di masyarakat Indonesia.
- Gus Miftah Jadi Utusan Khusus Presiden, Ternyata Bukan dari Keluarga Sembarangan ada Darah Keturunan Bangsawan
- Momen Gus Miftah Tertunduk Saat Kedua Pundak Ditepuk Prabowo Usai Pelantikan
- Usai Dipanggil Prabowo, Gus Miftah Buka-bukaan Tugasnya di Kabinet
- Gibran Temui Gus Miftah di Sleman, Ini yang Dibahas
“Jadi Bapak (Prabowo) perintahkan untuk lebih fokus di bidang moderasi, toleransi, dan semacamnya,” jelas Gus Miftah kepada wartawan.
Namun, ia menegaskan perannya nanti bukan sebagai wakil menteri atau kepala lembaga tertentu. Ia juga belum mau membuka secara spesifik jabatan yang akan ia emban dalam struktur pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka.
“Dan juga bukan dalam bentuk badan ya, tapi yang jelas ada amanah presiden yang memerintahkan saya untuk lebih fokus pada masalah toleransi dan moderasi,” lanjutnya.
Lantas, siapakah sebenarnya Gus Miftah yang kini akan berperan penting dalam pemerintahan mendatang?
Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah lahir di Lampung Timur, 5 Agustus 1981. Ia merupakan salah satu pendakwah yang dikenal memiliki metode dakwah unik dan kerap nyeleneh.
Latar Belakang Pendidikan
Gus Miftah mengawali pendidikan agamanya sebagai santri di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Jayasakti di Lampung Tengah.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah, Gus Miftah mencatatkan prestasi sebagai peraih Nilai Ebtanas Murni (NEM) tertinggi di antara seluruh santri madrasah di Provinsi Lampung. Pada tahun 1999, ia memutuskan hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan dan mendalami ilmu agama.
Gus Miftah sempat menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, namun tidak dapat menyelesaikan kuliahnya saat itu.
Baru pada tahun 2023, ia berhasil meraih gelar sarjana dalam program studi Pendidikan Agama Islam dari Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang.
Skripsinya berjudul “Pendidikan Islam Berwawasan Kebangsaan Berbasis Al Mizah dan Al Miftahiyyah,” yang menunjukkan fokusnya pada integrasi nilai kebangsaan dalam pendidikan Islam.
Selama masa kuliah, Gus Miftah juga aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Selain memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, ia juga memiliki garis keturunan dari tokoh agama terkemuka. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Kiai Muhammad Ageng Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo.
Ayah Gus Miftah bernama M. Murodhi bin M. Boniran, seorang figur yang juga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan religiusnya.
Kiprah dalam berdakwah
Dia memulai kiprah dakwahnya sejak usia 21 tahun, sekitar tahun 2002. Ia kerap melaksanakan salat di sebuah mushala yang berlokasi di sekitar Sarkem, sebuah kawasan lokalisasi di Yogyakarta.
Dari situlah ia mulai mengembangkan metode dakwah yang tidak konvensional, yaitu menyampaikan ajaran agama di tempat-tempat yang dianggap ‘kotor’ atau penuh dengan kemaksiatan.
Ia tidak segan-segan mendatangi tempat hiburan malam, seperti diskotik dan klub malam, untuk berdakwah kepada para pekerja malam dan pengunjung.
Gus Miftah mendengarkan keluh kesah mereka yang ingin memperbaiki diri dan mengaji, tetapi merasa tidak diterima di tempat ibadah formal. Pendekatan ini membuat dakwahnya menjadi kontroversial sekaligus populer.
Pada September 2018, Gus Miftah viral di media sosial setelah video dirinya berdakwah di sebuah kelab malam di Bali tersebar luas. Aksi dakwahnya di lingkungan non-konvensional ini menuai pujian sekaligus kritik dari berbagai kalangan. Terlepas dari kontroversi yang ada, Gus Miftah berhasil menunjukkan bahwa dakwah dapat menyentuh siapa saja dan di mana saja, tanpa memandang latar belakang.
Namanya semakin dikenal luas ketika ia mendampingi Deddy Corbuzier, seorang publik figur dan mantan pesulap, dalam proses mengucapkan dua kalimat syahadat pada 2019. Keikutsertaannya dalam momen tersebut menambah kredibilitasnya sebagai pendakwah yang mampu menjangkau berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat hingga pekerja malam.
Kini, dengan amanah yang diberikan langsung oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, Gus Miftah diproyeksikan untuk berperan dalam mempromosikan moderasi dan toleransi.
Meskipun ia belum mengungkapkan jabatan spesifik yang akan diembannya, perannya diharapkan bisa menjadi jembatan bagi berbagai golongan masyarakat untuk hidup berdampingan dalam kerukunan.