Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Dipangkas, Apa Dampaknya untuk Indonesia?
Dia menjelaskan, penurunan tersebut dipengaruhi oleh volatilitas pasar yang meningkat akibat tingginya gejolak global. Di mana terjadi gangguan rantai pasokan global yang terus berlanjut.
Lembaga internasional, World Bank dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022.
World Bank menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9 persen, dan OECD menurunkan proyeksi menjadi sebesar 3 persen.
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di atas rata-rata nasional? Keberhasilan itu, lanjut politukus PDIP ini, karena pihaknya berhasil menjaga harga-harga kebutuhan tetap stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ."Kemarin juga kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat bahwa Sulut bisa menggerakkan ekonomi kreatif yang ada. Jadi bulan Agustus ini pengakuan dari pemerintah pusat bahwa apa yang kita kerjakan selama ini berdampak sangat positif bagi pembangunan Sulut."
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
"Mengikuti IMF, baik bank dunia maupun OECD baru-baru ini baru saja mengubah outlook pertumbuhan global sangat signifikan," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti dalam acara side event G20 "International Best Practices and Lessons Learnt on LIBOR Transition in Developing A Robust and Credible Reference Rate", Senin (13/6).
Dia menjelaskan, penurunan tersebut dipengaruhi oleh volatilitas pasar yang meningkat akibat tingginya gejolak global. Di mana terjadi gangguan rantai pasokan global yang terus berlanjut.
Di samping itu, juga terjadi kenaikan harga komoditas yang telah mendorong tekanan inflasi secara global. Semua tantangan tersebut tercermin dalam dinamika pasar keuangan global, yang akhirnya berdampak pada pasar keuangan dalam negeri.
"Pemulihan ekonomi global tetap berlanjut tetapi lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya, akibat ketegangan geopolitik, inflasi yang meningkat, dan normalisasi kebijakan moneter yang lebih cepat di berbagai negara," jelasnya.
Ekonomi Indonesia Kondusif
Kendati begitu, Destry mengatakan, pertumbuhan perekonomian Indonesia masih positif apabila melihat beberapa perbaikan indikator ekonomi yang terus berlanjut, serta diikuti dengan permintaan domestik yang lebih kuat.
"Neraca pembayaran kita tetap solid sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal dan ke depan, nilai Rupiah diperkirakan akan tetap stabil sejalan dengan kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, terutama karena defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dan menopang pasokan valas dari sektor korporasi," katanya.
Oleh karena itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi Rupiah seiring dengan mekanisme pasar, dan fundamental ekonomi, sebagai bagian dari bauran kebijakan bank sentral.
Adapun guna mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional, BI juga konsisten menerapkan kebijakan moneter yang pro-stabilitas yang akan dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu proses pemulihan ekonomi.
"Selanjutnya, BI akan selalu berkoordinasi dengan otoritas lain untuk menciptakan sinergi antara kebijakan bank sentral, kebijakan fiskal, dan reformasi struktural,untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif serta kondisi makro ekonomi dan sistem keuangan yang stabil," pungkas Destry.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)