Pulau Jawa krisis uang receh
Di luar Pulau Jawa, justru masyarakatnya membutuhkan uang pecahan lebih besar.
Bank Indonesia menegaskan di tiap wilayah Indonesia berbeda-beda dalam kebutuhan pecahan uang kartal. Dari survei yang dilakukannya, masyarakat Pulau Jawa ternyata banyak membutuhkan pecahan uang kecil.
Hal itu diungkapkan Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Eko Yulianto di Jakarta. Menurutnya, justru di luar Pulau Jawa, masyarakatnya membutuhkan uang pecahan lebih besar.
"BI juga survei ke masyarakat tentang uang pecahan berapa yang dibutuhkan. Antar daerah berbeda-beda karakteristik. Di luar Jawa rata-rata pecahan besar, kalau di Jawa pecahan kecil masih banyak dibutuhkan," kata Eko di Jakarta, Rabu (4/2).
Eko menuturkan, tugas bank sentral adalah memenuhi kebutuhan uang di masyarakat. Maka itu, bila inflasi tinggi otomatis kebutuhan uang kartal juga makin tinggi. Begitu juga saat ekonomi bertumbuh.
Penambahan juga dilakukan bila nilai tukar Rupiah melemah. "Kalau berkaitan dengan nilai tukar artinya hanyalah penyesuaian dengan fundamental ekonomi yang terjadi," ujarnya.
Selain memberikan kebutuhan kesediaan uang, bank sentral juga bertugas dalam memusnahkan uang yang dianggap rusak. Namun, bila terkait pemusnahan uang palsu, BI menyerahkan kepada pihak kepolisian.
Sejauh ini, lanjut Eko, pemusnahan uang naik tiap tahunnya. Maka itu, pihaknya mendukung gerakkan uang elektronik (e-money). Dengan cara itu, bank sentral yakin bakal mengurangi pemusnahan uang kartal rusak.
"Jika masyarakat sudah terbiasa pakai uang elektronik akan mempengaruhi biaya pencetakan uang. Proses pencetakan uang panjang. Biayanya juga banyak. Biaya cetak besar," terangnya.