Sempat Mengalami Perubahan, Ini Sejarah Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah,
Pada 19 Agustus 2024 ini, Provinsi Jawa Tengah genap berulang tahun yang ke-79. Sejatinya, hari jadi Provinsi Jawa Tengah sempat mengalami perubahan
Pada 19 Agustus 2024 ini, Provinsi Jawa Tengah genap berulang tahun yang ke-79. Upacara peringatan ulang tahun berlangsung di Lapangan Pancasila, Kota Salatiga. Dalam sambutannya, Pejabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana, mengatakan bahwa peringatan ulang tahun ini dijadikan ajang untuk instropeksi dan evaluasi kerja.
“Jateng Maju Gemilang. Kita maknai momen ini untuk berintropeksi diri. Kemudian evaluasi kinerja yang sudah kita lakukan. Dalam membangun pemerintahan perlu kebersamaan, sinergitas, dan sumber daya manusia dengan berbagai unsur pelaksanaan pembangunan di Jateng,” kata Nana dikutip dari laman Jatengprov.go.id.
-
Kapan Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah? Dikethaui, Ganjar merupakan seorang politisi mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode sejak 23 Agustus 2013 – 5 September 2023.
-
Siapa Gubernur Jawa Barat pertama? Dr. Soetardjo Kertohadikusumo, Anggota Volksraad yang Menjabat Gubernur Jawa Barat Pertama
-
Contoh akulturasi apa di Jawa Tengah? Adanya rumah-rumah dengan arsitektur nuansa China Kuno yang terdapat di daerah Tembang dan Lasem, Jawa Tengah.
-
Dimana ibu kota Provinsi Jawa Timur sekarang? Pada 12 Oktober 1945 R.M.T Soerjo pindah ke Surabaya, Ibu kota Provinsi Jawa Timur.
-
Siapa yang menang di Jawa Tengah? Prabowo-Gibran meraih 53,07 persen suara di Jawa Tengah, adapun Ganjar-Mahfud 34,34 persen.
-
Apa saja daerah yang pernah jadi ibu kota Jawa Timur? Ibu Kota Jawa Timur Selain Bojonegoro, daerah lain yang pernah menjadi ibu kota Jawa Timur yakni Sepanjang (Sidoaro), Mojokerto, Kediri, Malang, Blitar, Jombang, Madiun, dan Nganjuk.
Sejatinya, hari jadi Provinsi Jawa Tengah sempat mengalami perubahan. Dalam Perda Provinsi Jateng Nomor 7/2004, ditetapkan bahwa hari lahir Provinsi Jateng adalah 15 Agustus 1950. Lalu melalui Perda Nomor 5/2023, diubahlah hari jadi Provinsi Jateng menjadi tanggal 19 Agustus 1945.
Memang seperti apa fakta sejarahnya? Berikut selengkapnya:
Dua Gubernur Tidak Diakui
Pada awalnya, hari jadi Provinsi Jateng adalah 15 Agustus 1950. Keputusan ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Tengah. Namun menurut Kepala Biro Pemerintahan Otonomi Daerah dan Kerja Sama Sekretariat Daerah Provinsi Jateng, Muhammad Masrofi, apabila hari jadi Jateng tetap 15 Agustus 1950, artinya ada dua gubernur yang tidak diakui. Kedua gubernur itu sudah memerintah sejak tahun 1945.
Gubernur pertama adalah Raden Pandji Soeroso yang memerintah sejak 5 September 1945 hingga Oktober 1945. Lalu ada Raden Mas Tumenggung Wongsonegoro yang memerintah dari 13 Oktober 1945 hingga tahun 1949.
Fakta Sejarah yang Mendukung
Selain itu, ada fakta sejarah yang mendukung berupa hasil sidang PPKI pada tahun 19 Agustus 1945 yang membagi wilayah Indonesia ke dalam delapan provinsi, salah satunya Jateng. Sidang tersebut kemudian dilanjutkan ke sidang kedua yang menetapkan R. Pandji Soeroso sebagai gubernurnya.
“Artinya Provinsi Jawa Tengah secara legal formal telah dibentuk menjadi provinsi sejak hasil sidang PPKI itu diterapkan. Setelah dikaji oleh DPR RI, diubahlah Provinsi Jateng dibentuk pada 19 Agustus 1945, selaras dengan PPKI,” kata Masrofi dikutip dari ANTARA pada Senin (19/8).
Punya Andil Besar dalam Kemerdekaan
Sejarawan Universitas Diponegoro (Undip), Prof. Yety Rochwulaningsih, mengatakan bahwa warga Jateng punya andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Sumbangsih itu terlihat dalam tiga peristiwa besar yang pernah terjadi di Jateng, yaitu Pertempuran Lima Hari di Semarang, Serangan Umum Surakarta, dan Pertempuran Palagan Ambarawa.
Menurutnya, peristiwa tersebut menunjukkan betapa heroiknya warga, kepolisian, dan tentara di Jateng saat itu dalam mempertahankan kemerdekaan. Oleh karena itu, ia berharap warga Jateng, terutama anak muda, memahami sejarah itu dan mengisi momen kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan kecintaan pada Jateng.
“Kalau punya rasa memiliki, maka akan muncul rasa cinta dan kerelaan untuk berbuat sesuatu,” terangnya.
Momentum Berbenah Majukan Daerah
Sejarawan Undip lainnya, Prof. Dhanang Respati Puguh mengatakan bahwa peringatan hari jadi Provinsi Jateng ini diharapkan tidak hanya berhenti pada masa lalu, namun yang terpenting adalah menjadi panduan bagi generasi sekarang untuk menapaki masa depan.
Menurutnya, peringatan hari jadi yang diperingati setiap tahun ini diharapkan menjadi momentum untuk berbenah diri dan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
“Untuk apa mengubah hari jadi kalau tidak mampu mengubah semangat atau spirit menjadi lebih baik lagi? Bagaimana kemudian, misalnya, Jateng di usianya yang sudah menginjak 79 tahun ini masih menjadi provinsi termiskin kedua?” ujarnya mengakhiri.