Rendahnya selisih harga bikin konsumsi Pertamax cs meningkat
Sepanjang 2015, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22-23 persen.
Peningkatan volume penjualan bahan bakar khusus (BBK), seperti pertamax, pertamax plus, dan pertalite merupakan hasil strategi pemasaran PT Pertamina (Persero) yang terus memperkecil selisih harga dengan BBM jenis premium. Sepanjang 2015, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22-23 persen.
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahean, mengatakan selisih harga tentu sangat berpengaruh dalam peningkatan penjualan pertamax series dan pertalite.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
-
Mengapa Pertamina ingin meningkatkan kualitas BBM Subsidi? Pertamina pernah menjalankan Program Langit Biru dengan menaikkan (kadar oktan) BBM Subsidi dari RON 88 ke RON 90.
-
Apa yang sedang dilakukan Pertamina untuk menghemat anggaran di BBM dan LPG Subsidi? Bekerjasama dengan lintas instansi, upaya tersebut berhasil membantu Pertamina dapat melakukan penghematan sebesar 1,3 Juta kilo liter (KL) untuk Solar Subsidi dan 1,7 Juta KL untuk Pertalite.
-
Bagaimana cara Pertamina memastikan penyaluran BBM subsidi tepat sasaran? ia menambahkan, Pertamina Patra Niaga terus mendukung upaya pemerintah agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Dengan cara melakukan pendataan pengguna BBM Subsidi melalui pendaftaran QR Code pada laman www.subsiditepat.mypertamina.id.
-
Mengapa Pertamina terus berupaya untuk memastikan BBM bersubsidi tepat sasaran? Pertamina, lanjut Nicke, akan terus berupaya untuk agar BBM bersubsidi secara optimal dikonsumsi oleh yang berhak. Upaya-upaya tersebut antara lain penggunaan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM Bersubsidi di SPBU-SPBU secara real time untuk memastikan konsumen yang membeli adalah masyarakat yang berhak.
"Komponen harga sangat berpengaruh pada masyarakat untuk mengambil keputusan dalam penggunaan BBM," ujar Ferdinand di Jakarta, Senin (23/5).
Menurut Ferdinand, jika melihat fakta di lapangan, mobil-mobil mewah pun sering menggunakan premium yang sebetulnya tidak cocok dengan spesifikasi kendaraan tersebut. Namun, karena faktor harga masih sangat dominan, akhirnya banyak yang tetap membeli premium.
"Nah, dengan selisih harga yang tidak begitu jauh, maka orang lebih memilih BBM dengan kualitas lebih baik," kata dia.
Ferdinand mengatakan peningkatan konsumsi pertamax series saat ini belum bisa dinyatakan sebagai akibat dari kesadaran masyarakat, meski memang faktor itu ada tapi relatif sangat kecil. Pada 15 Mei 2015, selisih harga pertamax dengan premium tercatat mencapai Rp 2.200 per liter. Jika harga premium sebesar Rp 7.400 per liter, pertamax saat ini dibanderol Rp 9.600 per liter. Sementara itu, pada 15 Mei 2016, selisih harga premium dan pertamax tidak lebih hanya Rp 900 per liter.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, mengatakan formula harga yang digunakan Pertamina saat ini sesuai dengan harga keekonomian. Dengan harga sekarang, wajar masyarakat saat ini sudah bisa memilih BBM yang berkualitas.
"Itu artinya pertamax kan kita tahu memang lebih bagus dari premium kemudian harga saat BBK saat ini memang tidak terlalu jauh dari premium," kata dia.
Menurut Marwan, dampak lingkungan juga menjadi perhatian masyarakat sehingga meskipun harga lebih mahal dibanding kualitas yang lebih mahal tapi tidak jadi soal dan masih dianggap mengungtungkan.
Sementara itu, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dhalimi, mengatakan pertamax dan pertalite memang berbeda untuk kerja mesin mobil atau sepeda motor.
"Kalau harganya murah, pasti masyarakat nantinya akan beralih ke sana," pungkas dia.
Pertamina mencatat konsumsi pertamax yang memiliki oktan (RON) 92 meningkat dari 8 ribu kiloliter (KL) perhari menjadi 10.000 KL perhari. Sementara itu, pertalite, BBM beroktan 90 itu juga menunjukkan hal yang positif. Hingga April 2016, konsumsi pertalite sudah mencapai 600.000 KL.
Pertamina per 15 Mei menurunkan lagi harga BBK. Harga pertamax turun sebesar Rp 200 per liter untuk seluruh provinsi di Jawa dan Bali menjadi Rp 7.350-Rp 7.450 per liter dan menurunkan sebesar Rp 300 per liter untuk daerah lainnya menjadi Rp 7.700-Rp 10.650 per liter.
Adapun pertamax plus penurunan Rp 200 per liter diberlakukan untuk wilayah Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan wilayah lainnya turun Rp300 per liter. Sedangkan Pertamina Dex penurunannya seragam di angka Rp300 per liter untuk semua wilayah yang telah tersedia bahan bakar dengan spesifikasi Euro 4 tersebut.
(mdk/sau)