Rupiah anjlok ke level Rp 14.000 per USD, perajin tahu kesulitan
Harga kedelai impor terus naik setiap hari.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga menyentuh level Rp 14.000 per USD berimbas pada naiknya harga kedelai impor. Perajin tahu menderita, mereka terpaksa mengurangi jumlah produksi dan bahkan ada yang gulung tikar.
Seperti yang dialami seorang perajin tahu di Sidareja Cilacap Jawa Tengah, Siti Zaenatun (58). Dia mengaku sudah beberapa waktu terakhir tidak bisa lagi memproduksi tahu. "Sudah sebulan ini terpaksa berhenti beroperasi lagi, karena produksinya jadi mahal," ucapnya, Jumat (28/8).
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Siapa Cecep? Cecep Abdullah berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemuda 26 tahun ini sempat viral di media sosial lantaran berkeliling kampung untuk membersihkan masjid.
-
Apa yang istimewa dari Risol Ceu Empit? Risol ini punya banyak keistimewaan sehingga mampu bertahan selama 36 tahun. Jajanan ini namanya risol Ramadan. Penjualnya Ceu Empit yang sudah eksis sejak 1988. Selama 36tahun, kudapan itu setia menemani warga Tangerang sebagai santapan takjil berbuka puasa.
-
Siapa yang menjual Risol Ceu Empit? Penjualnya Ceu Empit yang sudah eksis sejak 1988.
-
Kapan Risol Ceu Empit bisa didapatkan? Dulu, Ceu Empit berjualan sejak sebelum Ramadan, namun peruntukkannya tetap bagi warga yang berpuasa dihari Senin dan Kamis. Biasanya risol ini nikmat disantap bersama cabai rawit pedas, maupun sambal khas racikannya yang kelewat lezat.
-
Kapan Benteng Pendem di Cilacap dibangun? Benteng pendem ini merupakan benteng peninggalan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1861. Ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang bisa mengedukasi tentang sejarah terutama ketika penjajahan Belanda.
Dia menjelaskan, dalam sehari biasanya membutuhkan 30 kilogram hingga 40 kilogram kedelai untuk membuat tahu. Untuk sekali masak tiap 4,5 kilogram, dia bisa memproduksi sampai 200 tahu.
"Dalam sekali produksi biasanya sampai tiga hingga enam kali masak, tetapi sekarang sudah berhenti," ucapnya.
Melihat kondisi ini, dia berharap pemerintah bisa menyelesaikan persoalan yang membelit perajin tahu. "Kalau sudah seperti ini, kami bingung akan menyambung hidup seperti apa," ujarnya.
Lain cerita dengan perajin tahu di sentra pembuatan tahu Desa Kalisari Cilongok Banyumas Jawa Tengah. Dengan harga kedelai impor yang saat ini menyentuh harga di kisaran Rp 7.500 per kilogram membuat perajin tahu di desa tersebut terpaksa mengurangi produksinya.
Seorang perajin tahu di Desa Kalisari, Sumirah (50) mengatakan saat ini, hanya mampu memproduksi 80 kilogram per hari. Padahal sebelumnya, bisa mencapai 100 kilogram.
"Untuk menyiasatinya terpaksa mengurangi produksi dari 100 kilogram menjadi 80 kilogram kedelai per hari. Kalau harga kedelai impor terus naik, kami akan mengurangi jumlah produksi,” katanya.
Kenaikan harga kedelai, jelas Sumirah, mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 7.500 hanya berselang seminggu. Setiap hari, kenaikan harga kedelai sekitar Rp 100 hingga Rp 200 per kilogram.
Padahal, selain harga kedelai ada beberapa komponen lain yang menunjang produksi tahu, seperti bahan bakar berupa kayu dan biaya operasional.
"Nanti kalau harga kedelai sampai Rp 8.000 per kilogram kami tidak bisa apa-apa. Saat ini yang penting bisa menutup operasional, bahan bakar dan beli kedelai. Untuk bicara untung kami belum bisa, terpenting usaha turun temurun ini terus berjalan,”ujarnya.
Perajin tahu lainnya, Karsono (45) mengaku saat ini harus mengeluarkan Rp 600.000 untuk satu rit kayu bakar. Satu rit kayu bakar tersebut habis untuk memasak 500 kilogram kedelai menjadi tahu.
Biaya tersebut belum termasuk pengeluaran operasional seperti bensin dan ongkos pekerja yang mencapai Rp 150.000 per hari.
"Pengeluarannya banyak, saat kayu bakar habis uang belum terkumpul. Padahal butuh kayu bakar untuk memasak atau memproduksi tahu. Sementara penjualan tahu di Pasar juga sepi," tutupnya.
(mdk/idr)