Rupiah Ditutup Menguat di Level Rp 14.612 per USD
Mengutip data Bloomberg, pagi tadi Rupiah dibuka di level Rp 14.623 per USD. Kemudian bergerak fluktuatif hingga menyentuh level Rp 14.557 per USD. Meski ditutup melemah, namun nilai tukar Rupiah masih mampu menjaga penguatannya di level Rp 14.600-an per USD.
Nilai Tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup menguat di perdagangan hari ini, Jumat (16/11). Rupiah ditutup di level Rp 14.612 per USD, menguat dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.665 per USD.
Mengutip data Bloomberg, pagi tadi Rupiah dibuka di level Rp 14.623 per USD. Kemudian bergerak fluktuatif hingga menyentuh level Rp 14.557 per USD. Meski ditutup melemah, namun nilai tukar Rupiah masih mampu menjaga penguatannya di level Rp 14.600-an per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, Rupiah mengalami penurunan (depresiasi) hingga Oktober 2018. Menurutnya, pergerakan nilai tukar ini sudah sesuai mekanisme pasar, mengingat Rupiah kembali menguat di November 2018.
"Secara point to point, Rupiah melemah sebesar 3,84 persen pada triwulan III 2018 dan 1,98 persen pada Oktober 2018 akibat ketidakpastian ekonomi global," kata Perry di kantornya, Kamis (15/11).
Dia mengungkapkan, pada November 2018, Rupiah menguat dipengaruhi aliran masuk modal asing dipicu kondisi perekonomian domestik yang tetap kondusif, kebijakan pendalaman pasar keuangan.
"Dan pengaruh sentimen positif dari hasil pemilu di AS dan sempat meredanya ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok," ujarnya.
Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik terjadi pada semua jenis aset, termasuk ke pasar saham. Dengan perkembangan tersebut, sampai 14 November 2018, secara year to date (ytd) Rupiah terdepresiasi 8,25 persen atau lebih rendah dari Turki, Afrika Selatan, India, dan Brazil.
"Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan," tutupnya.
Baca juga:
Per Oktober 2018, Rupiah dan Harga Minyak Meleset Dari Target APBN
Bos BI: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Sudah Sesuai Mekanisme Pasar
Rupiah Kembali Menguat ke Level Rp 14.782 per USD
Rupiah Kembali Melemah Nyaris Rp 15.000 per USD, Ini Kata Sri Mulyani
Sempat Menguat, Rupiah Kembali Melemah ke Level 14.928 per USD