Saat Bung Hatta Takjub dengan Orang Kaya-kaya, Penduduk Asli Merauke Cerdas dalam Berhitung
Mohammad Hatta menjadi saksi bahwa suku asli Merauke kaya-kaya dan sangat pintar dan cerdas dalam berhitung.
Wakil Presiden Mohammad Hatta menjadi saksi bahwa suku asli Merauke kaya-kaya dan sangat pintar dan cerdas dalam berhitung.
Saat Bung Hatta Takjub dengan Orang Kaya-kaya, Penduduk Asli Merauke Cerdas dalam Berhitung
Bung Hatta Takjub dengan Penduduk Asli Merauke
Pemerataan kesejahteraan dan kemajuan sumber daya manusia masih menjadi tugas besar bagi pemerintah Indonesia. Warga Indonesia Timur, menjadi masyarakat yang kerap menghadapi kesulitan ketika ingin mendapatkan akses dasar, seperti pangan hingga pendidikan. Di satu sisi, Wakil Presiden Mohammad Hatta menjadi saksi bahwa suku asli Merauke kaya-kaya dan sangat pintar dan cerdas dalam berhitung.
- Diperiksa Sebagai Tersangka, Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementan Muhammad Hatta Penuhi Panggilan KPK
- Kapolda Aceh Irjen Ahmad Haydar, Keturunan Nabi Muhammad SAW Masuk Masa Pensiun Digantikan Irjen Achmad Kartiko
- Kiai & Gus Poros Tambak Beras Dorong Yenny Wahid jadi Cawapres, Siap Bergerak Hingga Ketuk Pintu Langit
- Demi Menunaikan Haji, Eko Budi Susilo Gowes dari Jakarta ke Mekah Arab Saudi
Dalam buku Memoir: Bung Hatta, pemerintah kolonial Belanda mengasingkan Mohammad Hatta ke Boven Digoel, Papua. Saat itu, Hatta membawa banyak barang dan pakaian yang dia kemas di dalam beberapa peti.
Dari tumpukan peti, Hatta paling banyak mengisi peti tersebut dengan buku-buku. Setidaknya, ada 16 peti berisi buku-buku yang akan dibaca Hatta selama masa pengasingan.
"Seorang anggota panitia penerimaan mengusulkan kepadaku supaya barang-barangku Itu diminta tolongkan mengusungnya oleh orang Kaya-kaya (penduduk asli) yang ada di situ yang sudah agak 'jinak' yang sebagian sudah bekerja pada orang buangan," ujar Hatta.
'Gaji’ yang diberikan Hatta berupa separuh dari beras ransumnya, dan ikan asin yang tidak digoreng, sehelai baju dan celana pendek serta satu kapak.
"Selama aku di Digul, kubelikan juga untuk dia tiap kali mau pulang sekilo tembakau," ucap Bung Hatta.
Pada akhir tahun pemerintah kolonial berencana memindahkan Hatta ke tempat pengasingan orang lain Banda Neira. Lagi, orang Kaya-kaya berjasa menyelamatkan peti-peti buku Hatta untuk dibawa ke Banda Neira. Hatta meminta 20 orang Kaya-kaya untuk menggotong koper pakaian dan peti-peti bukunya. Ketika merundingkan biaya angkut, Hatta mendapati kemajuan yang signifikan dalam hitung-hitungan orang Kaya-kaya