Sederet Keuntungan Menggunakan Gas Bumi, Termasuk Lebih Hemat
Dari sisi keamanan, juga menurutnya gas bumi lebih baik. Dengan pemasangan yang menggunakan pipa kemungkinan terjadinya bocor sangat kecil.
Pemerintah Jokowi terus menggenjot pembangunan jaringan gas (jargas). Pemerintah bahkan telah menandatangani kontrak pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (jargas) tahap II tahun 2021 senilai Rp137,13 miliar untuk membangun 15.440 sambungan rumah (SR).
Di mana pembangunan jargas di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang sebanyak 8.541 sambungan rumah (SR) senilai Rp66,283 miliar dan jargas di Kabupaten Banyuasin sebanyak 6.899 SR senilai Rp70,85 miliar.
-
Dimana gas-gas rumah kaca itu berada? Efek rumah kaca adalah kondisi pemanasan atmosfer yang disebabkan oleh adanya gas-gas rumah kaca di atmosfer yang menahan panas dari matahari dan mempertahankannya di bumi.
-
Dimana lokasi semburan gas tersebut? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Kapan semburan gas itu terjadi? Disampaikan jika kejadian tersebut berlangsung pada Rabu (11/10) sore hari setelah aktivitas kegiatan penggalian dihentikan.
-
Kenapa semburan gas itu muncul? Pihak berwenang pun masih mencari tahu penyebab munculnya semburan tersebut secara tiba-tiba.
-
Bagaimana semburan gas di Bogor terjadi? Semburan tersebut muncul setelah para pekerja hendak menghentikan pencarian sumber air baru. Saat itu mereka merasa putus asa, dan hendak membereskan alat. Di tengah suasana itu, tiba-tiba semburan kencang dengan suara gemuruh muncul di lokasi hingga menghebohkan orang di sana.
-
Apa peran gas bumi di era transisi energi? Sektor hilir migas memiliki peranan penting di era transisi ekonomi, salah satunya yang terkait dengan pengoptimalan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik.
Sebenarnya apa keunggulan dan keuntungan memanfaatkan jargas?
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, energi yang digunakan untuk memasak di Indonesia saat ini seperti LPG, listrik dan gas bumi sebenarnya memiliki karakteristik masing-masing. Namun jika dibandingkan harga gas bumi masih jauh lebih murah. Penggunaan gas bumi diklaim lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan LPG.
"Kalau bicara itu menurut saya yang lebih murah saat ini adalah gas bumi. Jauh jika dibandingkan LPG non subsidi. Kalau kompor listrik harus mengeluarkan biaya unutuk membeli peralatan masak yang sesuai karakter untuk kompor listrik," ucapnya di Jakarta, Senin (17/5).
Dari sisi keamanan, juga menurutnya gas bumi lebih baik. Dengan pemasangan yang menggunakan pipa kemungkinan terjadinya bocor sangat kecil.
"Tinggal pakai pipa disalurkan. Jadi jauh lebih aman dibandingkan LPG yang kemungkinan terjadi kebocoran. Kalau gas alam kalaupun ada kebocoran dia tidak terlalu menimbulkan ledakan karena tekanannya tidak besar," terangnya.
Sebelum gas didistribusikan ke pengguna akhir, gas bumi akan diberi pembau dengan aroma yang khas dengan menambahkan thiol agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas.
Selain itu berat jenis gas bumi lebih ringan dari udara, sehingga cenderung ‘terbang’ ke atas bila terlepas ke udara terbuka. Bila terjadi kebocoran, gas bumi tidak mengendap di bagian bawah ruangan tertutup. Tentu jika gas mengendap di bagian bawah ruangan dapat membahayakan bila ada percikan api.
Ramah Lingkungan
Gas bumi sebagai bahan bakar untuk rumah tangga disalurkan dengan tekanan sangat rendah yaitu di bawah 100 milibar (mbar). Gas bumi juga memiliki karakter yang ramah lingkungan dengan mengurangi emisi karbondioksida dari hasil pembakaran.
Namun gas bumi juga memiliki kelemahan. Di balik murahnya harga gas bumi, dibutuhkan pembangunan infrastruktur jaringan gas (jargas) yang tidak murah.
"Sebetulnya kalau bicara yang lebih murah ya gas bumi, tapi membangun infrastrukturnya kan mahal," kata Pengamat Energi Sofyano Zakaria.
Dengan biaya yang mahal, memang gas bumi agak sulit untuk penggunaan rumah tangga di desa yang jarak rumahnya cukup jauh. Namun sebaliknya, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya seharusnya sudah memanfaatkan gas bumi.
"Di Jakarta misalnya di kampung-kampung padat penduduk seharusnya nggak masalah dan bisa dibangun pipanya. Jadi masalah dari gas bumi hanya infrastrukturnya saja," tambahnya.
Reporter: Liputan6.com
(mdk/idr)