Sederet Upaya Agar Indonesia Bisa Bertahan dari Krisis Ekonomi
Menteri Keuangan periode 2004-2016, Bambang Brodjonegoro mempunyai formulasi agar Indonesia bisa bertahan dari krisis ekonomi. Langkah ini berkaca pada penanganan krisis terjadi akibat pandemi Covid-19.
Menteri Keuangan periode 2004-2016, Bambang Brodjonegoro mempunyai formulasi agar Indonesia bisa bertahan dari krisis ekonomi. Langkah ini berkaca pada penanganan krisis terjadi akibat pandemi Covid-19.
Dia mengatakan, untuk mengatasi kondisi krisis terjadi akibat pandemi pemerintah terus melakukan upaya vaksinasi dan mereformasi sistem kesehatan. Tujuannya adalah bagaimana bisa mencegah terjadinya penularan atau wabah yang memberatkan para penderitanya .
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana Mbah Abdul Bahri merasakan kondisi ekonomi di zaman sekarang? Mbah Abdul Bahri mengatakan, dibandingkan zaman dulu, ia merasakan kondisinya secara ekonomi lebih bagus di zaman sekarang. Ia bercerita, dulu petani yang belum bayar pajak harus sampai dikejar-kejar. Pada zaman sekarang, pendekatan untuk menagih pajak cenderung lebih halus. “Dulu sampai diancam. Kalau nggak bayar pajak, rumahmu akan dijual,” kata Mbah Abdul Bahri.
-
Kenapa Presiden Sukarno merasa kesulitan keuangan? "Adakah seorang kepala negara lain yang melarat seperti aku hingga sering meminjam uang dari ajudan?' kata Sukarno. "Dalam hal keuangan aku tidak mencapai banyak kemajuan sejak zaman Bandung," tambahnya.
-
Bagaimana responden menilai kondisi ekonomi nasional saat ini? Ini ditandai dengan 26,0 persen masyarakat yang menilai ekonomi nasional saat ini buruk. Angka ini seimbang dengan 26,0 persen masyarakat yang mengatakan ekonomi baik. Umumnya ekonomi nasional dinilai sedang, yakni sebesar 42,4 persen, akan tetapi lebih banyak yang menilai sangat buruk daripada yang sangat baik. Dengan persentase 3,5 persen sangat buruk. Lalu hanya 1,4 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional sangat baik.
-
Kenapa penting untuk membuat anggaran yang ketat dalam menghadapi potensi krisis ekonomi? Mulailah dengan membuat anggaran yang sangat rinci untuk memantau pendapatan dan pengeluaran secara teratur. Identifikasi area di mana Anda dapat mengurangi biaya, seperti langganan yang tidak perlu atau pengeluaran makan di luar.
"Jadi intinya kita harus mengarahkan agar ekonomi kita bisa preventif daripada nanti kita harus selalu berupaya untuk memulihkan kondisi ekonomi yang sudah memburuk terkena dampak yang besar," kata dia dalam acara Peluncuran Buku 25 Tahun Kontan : Melintasi 3 Krisis Multidimensi, Minggu (24/10).
"Jadi kita penekanannya adalah bagaimana ekonomi ini menjadi preventif dan tidak tergantung kepada yang kuratif," sambung dia.
Dia melanjutkan, upaya-upaya dilakukan pemerintah pada krisis 98 pada saat itu lebih kepada kuratif. Sehingga apapun dilakukan agar ekonomi pada saat itu bisa kembali normal.
"Sehingga muncullah beban utang yang kian besar yang kemudian sampai hari ini kadang-kadang masih dianggap punya peran terhadap kestabilan ekonomi jadi artinya upaya pada waktu itu sangat 100 persen kuratif," kata Bambang.
Mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas itu pun menyebut pembelajaran dari kondisi krisis 98 itulah yang kemudian mendorong adanya urgensi untuk reformasi ekonomi. Reformasi dilakukan tentunya berkelanjutan yang mencakup dua hal. Pertama reformasi di bidang institusinya dan reformasi untuk kebijakannya.
"Untuk institusi sudah disampaikan juga mengenai munculnya LPS kemudian munculnya OJK yang kemudian merupakan koreksi dari waktu itu deregulasi perbankan yang dilakukan 1988 kemudian menjadi tidak terkendali. Artinya fungsi pengawasan dilakukan BI menjadi kurang efektif sehingga terjadilah meskipun tidak 100 persen dari akibat dari regulasi tetapi itulah juga memicu trigger terjadinya krisis yang skala besar secara ekonomi dan mungkin dimensi dan perlu dicatat pada waktu itu pertumbuhan ekonomi yang minus yang paling besar dalam sejarah setelah tahun 70 di mana kontraksinya mencapai 13 persen," pungkas dia.
Baca juga:
Sri Mulyani Ungkap Penyebab Terjadinya Krisis 1998
Jokowi Ungkap Cara Indonesia Mampu Tangkal Berbagai Dampak Krisis
Sunyi Reruntuhan Romawi Kuno Lebanon Akibat Krisis
SMRC: 56,2% Masyarakat Percaya Jokowi Mampu Bawa Indonesia Keluar dari Krisis
Kondisi Ekonomi Afghanistan: Inflasi Meroket dan Sektor Perbankan Nyaris Tumbang
Bos PNM: Pandemi jadi Ujian Sekaligus Berkah