Sejarah Kebaya Jadi Aset Budaya Bangsa, Soekarno Pernah Titip Pesan Seperti Ini
Saat Kongres KOWANI X tahun 1950 yang dihadiri oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, semua peserta yang hadir menggunakan kain kebaya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana hadir langsung mendukung terselenggaranya Hari Kebaya Nasional yang diperingati pada tanggal 24 Juli 2024 di Istora Senayan, Jakarta. Pada kesempatan ini, Iriana memperoleh Penganugerahan Ibu Bangsa dari Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
- Kebaya Masuk Daftar Warisan Budaya Indonesia UNESCO, Ini Semua yang Diakui
- Tampil Cantik dengan Kebaya Lurik dan Sanggul, Soimah Terima Penghargaan Upakarya Budaya dari Sri Sultan Hamengku Buwono X
- Bikin Heboh Peserta, Momen Jokowi Gandeng Iriana saat Acara Hari Kebaya Nasional di Istora Senayan Jakarta
- Kowani Undang Jokowi di Hari Kebaya Nasional Juli Nanti, 7.000 Perempuan Berkebaya Akan Hadir
Hari Kebaya Nasional 2024 resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 19 Tahun 2023. Penetapan tersebut dikarenakan kebaya merupakan salah satu aset budaya dan memiliki nilai sejarah. Saat Kongres KOWANI X tahun 1950 yang dihadiri oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, semua peserta yang hadir menggunakan kain kebaya.
“Apa yang disampaikan Pak Presiden Soekarno pada saat itu adalah peran perempuan sangat penting dalam revolusi dan pembangunan bangsa dan negara. Tanpa perempuan, Indonesia belum merdeka,” jelas Ketua Umum KOWANI, Giwo Rubianto Wiyogo dikutip Kamis (25/7).
KOWANI sebagai penyelenggara acara puncak peringatan Hari Kebaya Nasional 2024, ingin kebaya menjadi simbol pemberdayaan dan perjuangan perempuan. Lewat kebaya, tidak hanya budaya yang dilestarikan namun juga keberlangsungan dampak bagi industri dan usaha yang beririsan dengan perempuan.
“Ini merupakan jalan panjang dan pekerjaan rumah kita bersama dalam pelestarian identitas budaya bangsa. Kita juga membawa kebaya sebagai warisan budaya ke UNESCO melalui joint nomination bersama beberapa negara anggota ASEAN lainnya seperti Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, dan Malaysia,” jelas Giwo.
Sebanyak 9.250 perempuan berkebaya diungkapkan Giwo ikut memeriahkan acara ini. Beberapa di antaranya merupakan organisasi yang ikut aktif menyuarakan soal kebaya seperti OASE Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang dipimpin Iriana Jokowi, Cahaya Ladara Nusantara (CLN) yang dipimpin Nanny Hadi Tjahjanto, hingga komunitas seperti Kebaya, Kopi, dan Buku (KKB). Turut hadir pula peserta dari negara-negara Asia Tenggara.
Tema “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya” diangkat pada peringatan Hari Kebaya Nasional perdana. Harapannya, kebaya menjadi warisan budaya yang menyimbolkan perjuangan, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan.
“Dengan menggunakan kebaya, kita juga jadi agen perubahan dalam ekonomi,” tambah Giwo.
Berbicara soal kaitan kebaya dan ekonomi, desainer kebaya ternama, Anne Avantie, menjelaskan bahwa ada berbagai sosok yang terlibat di balik kehadiran sebuah kebaya. Sosok-sosok itulah yang turut menjadi penggerak ekonomi dan memberdayakan perempuan.
“Ada tukang bordir, ada tukang jahit, ada pembuat aksesoris, ada pembatik, ada penenun. Kebaya bukan hanya masalah sebuah baju, ada perjuangan kita untuk sebuah perjalanan kehidupan,” ucap Anne.
Sehari sebelumnya, telah berlangsung rangkaian acara Hari Kebaya Nasional 2024 berupa KOWANI Expo, yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Pameran tersebut dihadiri sekitar 181 UMKM wastra, kerajinan, maupun kuliner dan turut didukung oleh Cahaya Ladara Nusantara. Selain itu, penyelenggaraan Hari Kebaya Nasional 2024 oleh KOWANI ini turut memperoleh penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Selain acara utama yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 23 dan 24 Juli 2024, beberapa side event telah berlangsung sebelumnya. Seperti acara berkebaya pada saat car free day tanggal 14 Juli lalu dan diramaikan oleh sekitar 3 ribu peserta.