Semester I-2016, Neraca perdagangan RI surplus USD 900,2 juta
Dengan nilai ekspor sebesar USD 12,92 miliar, dan nilai impor sebesar USD 12,02 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan neraca perdagangan pada Juni 2016 mengalami surplus sebesar USD 900,2 juta. Dengan nilai ekspor sebesar USD 12,92 miliar, dan nilai impor sebesar USD 12,02 miliar.
Menurutnya, nilai neraca perdagangan ini merupakan nilai terbesar jika dibandingkan dengan bulan Januari 2016. Sehingga, diharapkan kegiatan perekonomian di Indonesia bisa terus meningkat.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa BSI fokus untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Indonesia? Direktur Kepatuhan & SDM BSI Tribuana Tunggadewi dalam acara tersebut mengatakan bahwa BSI sebagai bank syariah terbesar dan perusahaan milik pemerintah tentunya akan terus melakukan inovasi-inovasi kreatif untuk meningkatkan partisipasi perseroan dalam kemajuan ekonomi Indonesia. “Hal ini tentunya menjadi perhatian utama kami, bahwa sebagai perusahaan kami tidak hanya berbicara mengenai profit atau business only, tapi kami juga harus memberikan manfaat yang nyata kepada masyarakat,” kata Dewi.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
"Jadi angka USD 12 miliar itu baru pertama kali di tahun ini. Sedangkan bulan Januari-Mei hanya dikisaran angka USD 10-11 miliar. Kalau impor rendah juga dikhawatirkan karena kita masih banyak yang terganggu kepada komoditi yang harus diproses kembali, khususnya untuk bahan baku industri. Ini mudah-mudahan saja membaik, dengan surplus di tahun 2016," kata Suryamin di kantornya, Jakarta, Jumat (15/7).
Secara kumulatif Januari-Juni 2016, neraca perdagangan juga mengalami surplus sebesar USD 3,59 miliar, dengan total ekspor sebesar USD 69,51 miliar dan impor sebesar USD 65,92 miliar.
"Jadi untuk Januari-Juni 2016 dengan surplus dan ekspor impor yang sudah mulai agak menggeliat mudah-mudahan bisa mendorong sektor-sektor yang lain. Yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Berdasarkan komoditi, Suryamin menjelaskan, komoditi nonmigas mengalami surplus sebesar USD 1,4 miliar, namun migas justru mengalami defisit sebesar USD 498,4 miliar.
"Surplus USD 900,2 juta ini juga terkompensasi oleh nonmigas dan kumulatif surplus nonmigas membesar lagi menjadi USD 5,7 miliar. Dan migas defisit sebesar USD 2,115 miliar. Walaupun di dalamnya kita masih surplus. Tapi hasil minyak defisit karena kebutuhan masih tinggi," pungkasnya.
Baca juga:
BPS catat impor Indonesia Juni 2016 meningkat 7,86 persen
Juni 2016, ekspor Indonesia meningkat 12,18 persen
RI-Malaysia rencana perbarui perjanjian dagang lintas batas
Lima BUMN pamer produk teknologi militer Indonesia di Polandia
Perabot bahan bambu asal Bali paling banyak dikirim ke Amerika
Hidupkan industri konsumsi Tanah Air, DAJK cari investor
Tepis kritik, Menteri Susi sebut tren impor ikan menukik