Semua negara ASEAN tak siap hadapi MEA
Kemenlu menyebutkan MEA bukanlah liberalisasi perdagangan
Tidak hanya Indonesia, semua negara Asia Tenggara disebut-sebut tidak siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang mulai diterapkan akhir 2015. Ketidaksiapan mengarah pada kemampuan daya saing menghadapi negara ASEAN yang sudah lebih maju, semisal Singapura dan Thailand.
Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri Ina Krisna Murthi mengakui mayoritas negara-negara ASEAN belum memiliki persiapan menghadapi MEA. Pasar bebas ASEAN secara tidak langsung menuntut setiap negara memperkuat daya saing, dan itu tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat.
-
Apa yang diusulkan oleh Kementan untuk memperkuat sektor pertanian di negara Asean? Indonesia sendiri mendorong semua negara Asean untuk meningkatkan teknologi pertanian digital, ekonomi sirkular, energi biomassa, pengurangan emisi gas rumah kaca dan pengendalian hama terpadu,
-
Kapan Pasar Weleri diresmikan? Sejatinya gedung itu telah diresmikan pada Desember 2023.
-
Bagaimana cara ASEAN dan Tiongkok memperdalam kerja sama perdagangan dan ekonomi? Para menteri juga mencatat implementasi Program Kerja 2022-2026 untuk memperdalam kerja sama Perdagangan dan Ekonomi ASEAN China FTA, termasuk kerja sama finansial dan dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ASEAN dan dukungan Tiongkok untuk promosi ekspor produk ASEAN.
-
Kapan Pasar Dondong ramai pengunjung? Suami dari Ibu Martini mengatakan kalau Pasar Dondong ramai pada musim-musim tertentu. Dulu pasar itu bisa ramai sampai jam 9 pagi. Tapi sekarang jam 7 pagi pasar itu sudah sepi.
-
Apa yang disampaikan Menteri Perdagangan tentang peran Tiongkok dalam perdagangan ASEAN? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar bagi ASEAN sejak 2009. Tidak hanya itu, mereka juga sumber investasi asing terbesar keempat di antara mitra-mitra dialog ASEAN.
-
Kapan Konsultasi ke-22 Menteri Ekonomi ASEAN dengan Kementerian Perdagangan Tiongkok diadakan? Hal tersebut disampaikan Zulkifli Hasan dalam Konsultasi ke-22 Menteri Ekonomi ASEAN dengan Kementerian Perdagangan (Ministry of Commerce/MOFCOM) Tiongkok atau 22ndAEM-MOFCOM Consultation di di Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/8)
"Kesiapan 10 negara kalau mau jujur, tidak ada yang siap. Karena MEA berarti berdaya saing, dan daya saing tidak bisa diperoleh dalam waktu semalam. Karena itu memang setiap daerah di Indonesia harus bersaing untuk siap menghadapi MEA," katanya dalam jumpa pers di kantor Kementerian Luar Negeri, kemarin (9/7).
Menurut Ina, agar Indonesia siap menghadapi MEA, masing-masing daerah di Tanah Air harus mempersiapkan diri dengan bersaing sendiri agar produknya dapat bersaing dan memiliki standarisasi ASEAN. Tidak hanya produk, tenaga kerja juga harus memenuhi standar pekerja profesional. Salah satunya kemampuan berbahasa asing atau bahasa internasional. Pekerja profesional di delapan bidang wajib memiliki standarisasi. "Ada arsitek, insinyur, dokter, dokter gigi, perawat, pariwisata, dan lain-lain," terang Ina.
Usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi kunci daya saing Indonesia menghadapi MEA. Beberapa produk UMKM Indonesia seperti keripik pedas Maicih, sudah melalang buana ke ASEAN. Bagi Ina, hal ini sudah memperlihatkan kemampuan produk Indonesia menghadapi MEA.
Dia mengingatkan, tantangan utama Indonesia menghadapi MEA sebenarnya soal pemahaman mengenai arti MEA itu sendiri. MEA bukanlah liberalisasi perdagangan, dan bukan suatu event. "MEA adalah bagian dari proses integrasi kawasan," kata dia.
MEA sendiri punya empat pilar, yaitu pasar tunggal atau pasar bebas, daya saing, pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan, serta orientasi pada perekonomian global.
(mdk/noe)