Singapura dan Malaysia Kompak Bersekutu Mau 'Lawan' Indonesia, Menko Luhut: Kami Tidak Takut Bersaing dengan Mereka
Dua negara tersebut tengah bersekutu untuk segera merampungkan pembangunan Special Economic Zone (SEZ) di kawasan Johor, Malaysia Selatan.
Dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Indonesia harus siap bersaing dengan Malaysia dan Singapura. Sebab kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dua negara tersebut tengah bersekutu untuk segera merampungkan pembangunan Special Economic Zone (SEZ) di kawasan Johor, Malaysia Selatan.
"Kita akan punya pesaing KEK dari Johor dan Singapur, yang akan ditandatangani koridor Special Economic Zone," kata Luhut dalam Seremoni Peresmian Pabrik Anoda Baterai Litium di KEK Kendal, Jawa Tengah, Rabu (7/8).
- Indonesia-Malaysia Kompak Perkuat Sistem Kelistrikan ASEAN, Begini Cara Dilakukan
- Konglomerat Indonesia Ini Butuh Rp5 Triliun Bangun Sirkuit F1 di PIK
- Ditangkap, Ini Tampang Pemasok Senjata ke KKB Bikin Konflik Papua Tak Berujung
- PM Singapura: Di Bawah Jokowi, Indonesia Memberikan Suara Konstruktif di Dunia yang Terpecah
Luhut menjelaskan dalam proyek tersebut Johor akan menyediakan sumber lahan dan sumber daya energi yang kompetitif. Sementara itu, Singapura akan mengambil peran medukung kualitas SDM yang tinggi.
Tak Gentar Lawan Negara Tetangga
Meski demikian, Luhut mengaku tak gentar bersaing dengan Singapura dan Malaysia. Ia percaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mempersiapkan itu.
"Saya senang Bapak Presiden selalu bilang kita harus kompetitif. Kami tidak takut bersaing dengan mereka, karena kita punya modal kekuatan baik dan kredibilitas, kepercayaan yang sudah kita bangun," tegas dia.
Sebagai contoh, Luhut menyebut Jokowi sudah berhasil membangun program hilirisasi untuk pengembangan ekosistem baterai dan mobil listrik. Meskipun upaya tersebut sempat mendapat pertentangan di awal saat pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mengekspor nikel.
Hasilnya, angka ekspor nikel Indonesia bisa melonjak pesat setelah adanya kebijakan tersebut. Luhut menilai langkah itu jadi modal besar Indonesia dalam membangun kepercayaan investor asing, agar mau menanamkan modalnya sekaligus membangun industri di Tanah Air.
"Kredibilitas ini penting karena ini akan jadi daftar kepercayaan dari investor. Kita tidak dapat bersaing dengan negara tetangga hanya mengandalkan insentif, tapi kredibilitas dan kepercayaan jadi faktor kunci yang harus kita pertahankan," tuturnya.
Pabrik Anoda Baterai Litium di KEK Kendal Dibangun Cuma 10 Bulan
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jokowi berharap dengan hadirnya pabrik ini bisa memperkuat ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Tanah Air.
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini saya resmikan pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia," kata Jokowi dalam Seremoni Peresmian Pabrik Bahan Anoda Baterai Lithium di Kendal, Jawa Tengah, Rabu (7/8).
Kepala Negara menghargai kecepatan pembangunan pabrik tahap pertama di KEK Kendal tersebut. Mengingat prosesnya selesai dalam waktu 10 bulan pascapenandatanganan perjanjian kerja sama di Beijing, China, Oktober 2023 lalu.
"Saya sangat menghargai kecepatan pembangunan pabrik ini, baru 10 bulan yang lalu kita tanda tangan (perjanjian kerja sama) di Beijing (China) tahu-tahu pabriknya sudah jadi," kata Jokowi seperti dilansir dari Antara.
Menurut Jokowi, pembangunan tahap awal yang hanya 10 bulan ini layak dianggap sebagai sebuah prestasi. Mengingat Indonesia kini menunjukkan diri sebagai negara yang lebih baik.
"Ini yang namanya kecepatan dan bolak balik saya sampaikan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan kita sekarang sudah menjadi negara yang cepat," ujar Presiden.