Sri Mulyani Pamer Indonesia Bisa Jaga Angka Inflasi Dampak Pandemi
"Di Indonesia kita masih bisa menekan tingkat inflasi, sebagai dampak pandemi covid-19. Indonesia bersama dengan negara-negara lain di dunia ini telah menggunakan kebijakan yang ada khususnya di bidang fiskal, makro dan kebijakan finansial yang ada," kata Sri Mulyani.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu menekan atau menjaga angka inflasi dibanding negara-negara lain di dunia, di masa pandemi covid-19 ini.
Sri Mulyani mengakui, pandemi covid-19 memberikan dampak yang luar biasa, dan ini telah mengubah kegiatan-kegiatan ekonomi di dunia. Di mana selama 1,5 tahun pandemi, pemerintah berupaya untuk pulih bersama, tidak hanya dari segi kesehatan tapi juga dari segi ekonomi.
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Bagaimana Banyuwangi menjaga inflasi? Salah satu programnya adalah menjamin ketersediaan bahan pangan melalui intervensi kepada petani hingga perbaikan jalan yang menjadi akses distribusi hasil pertanian.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa yang terjadi pada nilai tukar rupiah ketika Indonesia mengalami hiperinflasi di tahun 1963-1965? Di tahun 1963 hingga Soekarno lengser sebagai Presiden tahun 1965, Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 635 persen dengan nilai tukar rupiah saat itu berkisar Rp11 per USD1.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
Di sisi lain, berbagai varian virus corona masih muncul, tetapi Indonesia mampu mengatur konsekuensi dari perkembangan pandemi tersebut. Kendati begitu, meski di tengah adanya pertumbuhan varian omicron, pemulihan ekonomi juga terus diakselerasi.
"Di Indonesia kita masih bisa menekan tingkat inflasi, sebagai dampak pandemi covid-19. Indonesia bersama dengan negara-negara lain di dunia ini telah menggunakan kebijakan yang ada khususnya di bidang fiskal, makro dan kebijakan finansial yang ada," kata Menkeu dalam Indonesia PPP-Day Plenary Session - Quality Infrastructure Investment for Sustainable and Inclusive Growth, Senin (28/3).
Menurut Sri Mulyani, dampak yang dihadapi oleh berbagai negara dalam bentuk inflasi yang tinggi, seperti yang dialami Amerika Serikat, Eropa dan lainnya, telah membuat mereka untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih ketat lagi.
"Dan ini menciptakan kerumitan dalam proses pemulihan bagi banyak negara di dunia ini," ujarnya.
Upaya Indonesia
Namun, Indonesia terus berupaya untuk bekerja keras untuk menavigasi dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada, baik di bidang kesehatan dampak dari pandemi covid-19, maupun dari situasi geopolitik, dan lingkungan kebijakan yang makin menantang.
Hal itu dibuktikan dengan komitmen Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu), yang kembali mengalokasikan Rp455,62 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2022. Jumlah anggaran ini turun dari tahun 2021 yang mencapai Rp744,77 triliun.
"Kami alokasikan Rp455 triliun untuk mendukung recovery atau pemulihan, dan intervensi yang kuatlah membantu menciptakan kesempatan kerja dan juga membantu ekonomi yang ada dan mencegah masyarakat menuju kemiskinan," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)