Strategi hemat saat Lebaran, tak perlu beri angpau saat mudik
Meningkatnya kebutuhan jelang Lebaran bisa disiasati sekaligus dihindari.
Tiap menjelang Ramadan, Taufik (35) tidak sibuk mengantar istrinya berbelanja kebutuhan yang harus dipersiapkan. Untuk urusan barang-barang yang dibeli, Taufik menyerahkan sepenuhnya pada sang istri.
Dari ceritanya, ritual berbelanja seolah sudah menjadi kewajiban dan bagian tak terpisahkan dari aktivitas menjelang perayaan hari kemenangan. Biasanya, target sasarannya tak lain pasar tradisional dan pusat perbelanjaan modern. Tak jarang juga dia harus 'blusukan' ke mal jika memang diperlukan.
Taufik dan istri harus memastikan barang-barang yang hendak dibeli sudah tersedia di rumah sebelum berangkat menuju kampung halamannya di Lamongan, Jawa Timur. Sebab, barang-barang itu buah tangan bagi sanak saudara di kampungnya. Barang yang dibeli beragam, mulai dari makanan sampai pakaian.
"Beli makanan juga harus banyak karena biasanya tetangga banyak yang silahturahmi ke rumah. Pokoknya lebih besar dari biasa lah," ujar Taufik saat berbincang dengan merdeka.com di Jakarta, Senin (29/6).
Dia tak menampik, pengeluarannya berkali-kali lipat lebih besar saat menjelang Ramadan. Dia juga harus memenuhi keinginan anak istrinya untuk membeli baju baru yang akan digunakan saat Lebaran. Belanja tambahan memaksa pegawai swasta di Jakarta ini merogoh kantong lebih dalam.
Selain kebutuhan itu, Taufik juga dipusingkan dengan kebutuhan membeli tiket mudik. Dia memilih mudik menggunakan kereta, sebab harga menjadi salah satu pertimbangannya.
Selama ini Taufik tidak mempermasalahkan besarnya dana yang harus dikeluarkan saat lebaran. Sebab, hanya saat Lebaran saja dia harus pulang ke kampung halaman.
Pengakuan Taufik itu bukan hal baru. Sebagian besar masyarakat merasakan hal sama. Dari tradisi mudik, kita bisa melihat meningkatnya kebutuhan masyarakat. Tiket pelbagai moda transportasi ludes dibeli masyarakat. Mal dan pusat perbelanjaan menawarkan diskon demi menarik perhatian konsumen, dan lainnya.
Agar Anda tidak terbebani dengan banyaknya kebutuhan dan dana yang harus dipersiapkan saat Lebaran, Perencana Keuangan Prita Ghozie menyarankan membuat tabel perencanaan prioritas kebutuhan saat Lebaran. Anggaran dibuat disesuaikan antara pendapatan yang diterima selama bulan Ramadhan termasuk menghitung Tunjangan Hari Raya (THR), dengan kebutuhan prioritas.
"Selain itu, membuat alokasi dalam pos-pos pengeluaran saat menerima penghasilan," ujar Prita.
Perencana Keuangan Eko Endarto menambahkan, Anda harus berani menghilangkan kebutuhan yang tak jadi prioritas. Semisal memberikan angpau atau buah tangan secara berlebihan. Dengan begitu, keuangan tidak akan menjadi masalah berarti di tengah kemeriahan merayakan Idul Fitri.
"Untuk angpau itu tidak prioritas selama di kampung. Kemudian, hidup selama di sana sehari-hari, itu yang harus mereka prioritaskan apabila pulang kampung," kata Eko.
Menurutnya, meningkatnya kebutuhan jelang Lebaran bisa disiasati sekaligus dihindari. Syaratnya, masyarakat harus bisa mengelola keuangan dengan seksama.
Pengelolaan keuangan bisa didasarkan kebutuhan dan pengeluaran tahun sebelumnya. "Sebenarnya pendapatan sudah cukup untuk tutupi kebutuhan Lebaran. Bila masih kekurangan, harusnya dibuat perencanaan di tahun sebelumnya, entah menabung atau membangun usaha mungkin," katanya.