Suku Bunga Acuan The Fed Diprediksi Tak Jadi Turun Karena Ini
The Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
The Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Suku Bunga Acuan The Fed Diprediksi Tak Jadi Turun Karena Ini
Suku Bunga Acuan The Fed Diprediksi Tak Jadi Turun Karena Ini
- The Fed Turunkan Suku Bunga Acuan, OJK: Bisa Turun Lagi Jadi 3,5 Persen
- Jangan Lengah, Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bisa Jadi Bumerang Bagi Indonesia
- Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
- Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Konflik Israel dan Palestina telah menghapus asa atas adanya penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Khususnya lewat kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang sempat memberi harapan akan adanya penurunan suku bunga pada tahun ini.
"Konflik antara Iran-Israel ini memupus harapan untuk segera terjadinya penurunan suku bunga global, khususnya Fed Fund Rate yang sampai saat ini dia masih di 6 persen," kata Ekonom Eko Listyanto dan sesi webinar, Senin (22/4).
Berkaca terhadap hasil survei terbaru di sektor finansial, Eko melihat saat ini terjadi ketidakpastian yang semakin tinggi terkait penurunan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Padahal sebelumnya The Fed diperkirakan akan menurunkan tingkat suku bunga yang dinantikan banyak pihak.
"Juni akan terjadi penurunan Fed Fund Rate semakin tidak relevan. Artinya, higher for longer untuk Fed Fund Rate, untuk suku bunga kebijakan Amerika Serikat itu masih akan terjadi," ungkap Eko.
Ungkapan senada pun sempat dilontarkan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara.
Dia memprediksi The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
merdeka.com
Saat ini, The Fed masih menahan suku bunga acuan federal fund rate (FFR) di level 5,25 sampai 5,5 persen.
"Kelihatannya suku bunga di Amerika Serikat belum akan diturunkan oleh bank sentral Amerika," ucap Suahasil dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2024 di Jakarta beberapa waktu lalu.
Suahasil menerangkan proyeksi berlanjutnya suku bunga tinggi tersebut lantaran laju inflasi di AS yang dianggap masih tinggi.
Sehingga, menjadi pertimbangan kuat bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga di level 5,25 sampai 5,5 persen.
"Karena itu kalau beberapa bulan yang lalu kita mengharapkan suku bunga Amerika sudah akan turun, sepertinya tidak akan tidak akan terjadi dalam jangka waktu yang terlalu dekat," kata Suahasil.
Merespons tren suku bunga tinggi tersebut, Suahasil memprediksi mata uang dolar AS akan semakin mengalami tren penguatan yang mendorong pelemahan nilai Tukar Rupiah. Menyusul, semakin banyaknya aliran modal investor yang masuk ke AS.
"Karena itu akan terjadi situasi yang sepertinya suku bunga Amerika masih tinggi, global modal di tingkat global Masih akan mengalir ke Amerika Serikat, artinya kita masih harus menjaga berbagai macam kondisi volatilitas yang terjadi di dunia," kata Suahasil.