Survei: 58 Persen Perusahaan Indonesia Manfaatkan Teknologi Manajemen Rantai Pasok, Apa Untungnya?
Tren digitalisasi manajemen rantai pasok akan terus bertumbuh karena transformasi digital telah menjadi bagian dari perencanaan strategi jangka panjang.
Ini digunakan untuk mengotomatisasi proses dan kegiatan di rantai pasok yang terbukti berdampak positif pada pendapatan perusahaan.
Survei: 58 Persen Perusahaan Indonesia Manfaatkan Teknologi Manajemen Rantai Pasok, Apa Untungnya?
Survei: 58 Persen Perusahaan Indonesia Manfaatkan Teknologi Manajemen Rantai Pasok, Apa Untungnya?
- Kebijakan Strategis BUMN Indonesia Re di Tahun 2025, dari Restrukturisasi hingga Digitalisasi
- Asosiasi Logistik dan Perusahaan Digital Dorong Aturan Wajib Transaksi Digital, Ini Alasannya
- Digitalisasi Bisa Dorong Indonesia Jadi Negara Maju, Begini Caranya
- Begini Transformasi Dijalankan BUMN Indonesia Re dalam Tiga Tahun Terakhir, Termasuk Digitalisasi IT
Survei perusahaan software-as-a-service (SaaS), Mekari mencatat 58 persen perusahaan di Indonesia sudah menggunakan teknologi solusi supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasok berbasis awan.
Ini digunakan untuk mengotomatisasi proses dan kegiatan di rantai pasok yang terbukti berdampak positif pada pendapatan perusahaan.
Chief Business Officer ( CBO) Mekari, Jansen Jumino mengatakan, manajemen rantai pasok yang tepat akan membantu perusahaan meningkatkan pendapatan dengan memungkinkan untuk mengendalikan biaya operasional, meminimalisir efek dari ketidakstabilan pasar, dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat.
Dia menyebut, perusahaan lebih tertarik pada solusi SCM berbasis awan dibanding on-premise karena manfaat yang dihadirkannya. Solusi SCM berbasis awan membutuhkan biaya investasi dan bulanan yang lebih rendah, serta membebaskan perusahaan dari biaya pemeliharaan
software dan infrastruktur milik sendiri.
"Tren digitalisasi rantai pasok di tingkat global semakin meluas karena teknologi terbukti memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengontrol dan mengamati proses di setiap titik rantai pasok. Lebih spesifik, teknologi dalam bentuk solusi SCM berbasis awan meningkatkan otomasi, efisiensi, dan visibilitas rantai pasok sehingga perusahaan bisa merespon dengan cepat fluktuasi permintaan pasar,” kata Jansen dalam keterangannya, Sabtu (15/6).
Tak hanya itu, perusahaan yang memanfaatkan solusi SCM berbasis awan untuk mengelola rantai pasok mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 45 persen lebih tinggi dibanding sebelum menggunakan teknologi tersebut.
merdeka.com
"Ini membuktikan bahwa pemanfaatan solusi SCM berbasis awan membuahkan hasil positif yang tercermin dari peningkatan pendapatan bisnis," jelas dia.
Bahkan perusahaan-perusahaan mengakui bahwa tantangan utama yang mereka hadapi terkait manajemen rantai pasok adalah menekan kenaikan biaya produksi dan logistik sebanyak 43 persen, diikuti oleh mencegah dampak lingkungan dari aktivitas rantai pasok hingga 37 persen serta memitigasi dampak dari disrupsi eksternal seperti keterlambatan dan kekurangan pasokan 36 persen.
Jansen melanjutkan, saat ini mayoritas perusahaan ada di tahap adopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses utama di rantai pasok. Hanya 6 persen perusahaan yang sudah maju ke tahap adopsi teknologi berikutnya, yaitu menggunakan artificial intelligence ( AI) untuk mengelola rantai pasok.
“Namun, 43 persen dari mereka berencana untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam 2- 3 tahun ke depan. Ini berarti bahwa potensi transformasi digital, baik di tahap otomatisasi dan di tahap pengimplementasian AI, masih sangat luas," bebernya.
Dia menambahkan bahwa tren digitalisasi manajemen rantai pasok akan terus bertumbuh karena transformasi digital telah menjadi bagian dari perencanaan strategi jangka panjang di berbagai perusahaan.
Menurut Jansen kehadiran teknologi mutakhir seperti AI akan membuka peluang baru bagi perusahaan untuk mendongkrak bisnis dengan teknologi.
"Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mulai mempersiapkan diri untuk bisa menggunakan teknologi masa depan," tandas dia.
merdeka.com