Survei: Tak Punya Tabungan hingga Gaji Tak Cukup Ternyata Bikin Banyak Orang Stres
Riset ini dipublikasi pada Oktober 2024 dengan melibatkan 2.000 orang.
Sebuah riset dari lembaga peneliti MarketWatch menunjukkan, uang ternyata bisa menjadi penyebab gangguan jiwa. Dalam temuan tersebut, 88 persen merasakan tekanan finansial tertentu, dan 65 persen mengatakan keuangan adalah sumber stres terbesar banyak orang.
Riset ini dipublikasi pada Oktober 2024 dengan melibatkan 2.000 orang di Amerika
-
Bagaimana uang berperan dalam penimbunan kekayaan? Ini berarti menyimpan uang sama artinya dengan menyimpan kekayaan.
-
Kenapa Kue Keranjang dianggap sebagai lambang keberuntungan? Jika dilihat dalam kepercayaan masyarakat di Tiongkok secara turun temurun, kue ini melambangkan keberuntungan. Membuka Keberuntungan Barangsiapa yang menghadirkan atau memakan kue ini dipercaya akan berikan rasa beruntung selama satu tahun ke depan.
-
Siapa yang dikabarkan mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Kapan cegukan dianggap sebagai tanda keberuntungan? Di beberapa budaya, cegukan terus-menerus dianggap sebagai tanda keberuntungan atau pertanda baik.
-
Apa saja modus penipuan keuangan yang sering terjadi? Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan ada empat modus penipuan yang belakangan ini terjadi dan memakan banyak korban kerugian.
-
Gimana sifat kehati-hatian membantu orang kaya mengelola keuangan? Sementara pendidikan memiliki hubungan penting dengan tingkat pendapatan, mungkin saja kehati-hatian lebih membantu dalam mengelola pengeluaran dan perawatan dengan tabungan dan investasi.
Tekanan finansial umum terjadi pada semua generasi, tetapi warga yang lebih muda yang disurvei mengatakan, mereka merasakan tekanan lebih dari kebanyakan orang.
Generasi milenial, yang lahir antara tahun 1981 dan 1996, telah melewati masa-masa sulit finansial dan tertinggal dari generasi yang lebih tua dalam indikator kekayaan seperti kepemilikan saham dan properti.
Dengan aset yang lebih sedikit untuk diandalkan, upah yang lebih rendah daripada profesional yang lebih tua, dan biaya perumahan yang tinggi di pusat kota, warga yang lebih muda mengalami tekanan finansial yang makin parah.
Dengan banyaknya berita utama yang negatif tentang PHK dan kenaikan biaya, warga dari semua generasi melaporkan bahwa mereka merasa sulit untuk melihat sisi positifnya.
Dalam riset MakrketWatch juga menunjukkan 64 persen mereka yang disurvei melaporkan kalau merasakan jenuh atau kelelahan karena berurusan dengan keuangan.
- Survei: Kenaikan Gaji Indonesia Paling Tinggi Se-Asia Tenggara, Singapura dan Thailand Paling Rendah
- Survei: Karyawan di Singapura Paling Tidak Bahagia Se-Asia Tenggara
- Hasil Survei Ungkap Banyak Orang Indonesia Tak Siapkan Rencana Keuangan Masa Depan, Apa Solusinya?
- Survei Litbang Kompas: 87,8% Masyarakat Puas Kinerja Polri
Dampak Buruk Masalah Keuangan
Dampak buruk dari kelelahan ini adalah banyak warga Amerika menghindari atau mengabaikan penanganan masalah keuangan secara keseluruhan. Hampir 44 persen responden survei mengakui bahwa mereka akan mengabaikan masalah keuangan hingga menjadi krisis.
Meskipun sebagian besar responden survei mengakui adanya kecerobohan finansial, menurut hasil survei, mereka mengaitkan sebagian besar kesulitan mereka dengan "harga barang-barang penting yang tinggi". Sumber stres finansial tersebut disebutkan lebih sering daripada yang lain, oleh 57 persen responden survei.
Departemen Pertanian AS melaporkan bahwa harga pangan di rumah naik lebih dari 11 persen pada tahun 2022, dan beberapa kategori masih mengalami kenaikan harga. Misalnya, harga telur diperkirakan akan naik 4,8 persen lagi pada tahun 2024, menurut laporan USDA, dan harga daging sapi diperkirakan akan naik lebih dari 3 persen.
Selain harga yang tinggi, warga yang mengikuti jajak pendapat menyebutkan kurangnya tabungan 47 persen dan pendapatan yang tidak mencukupi 46 persen sebagai penyebab stres finansial mereka. Sekitar 39 persen mengatakan kinerja ekonomi menyebabkan mereka stres, yang muncul saat PHK mencapai titik tertinggi dalam 14 bulan , khususnya di sektor pemerintah dan teknologi.