Tak Banyak Orang Tahu, Bob Sadino Pernah Jadi Kuli Batu dengan Upah Rp100
Masyarakat Indonesia mungkin sudah populer dengan pengusaha ulung, Bob Sadino. Pria dengan nama lengkap Bob Mustari Sadino ini nyatanya pernah menjadi sopir taksi gelap hingga menjadi kuli pemecah batu dengan upah Rp100.
Masyarakat Indonesia mungkin sudah populer dengan pengusaha ulung, Bob Sadino. Pria dengan nama lengkap Bob Mustari Sadino ini nyatanya pernah menjadi sopir taksi gelap hingga menjadi kuli pemecah batu dengan upah Rp100.
Mengutip biografiku, kondisi itu dialami Bob ketika pulang dari Belanda. Jika dilihat latar belakang keluarganya, Bob memang berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, yang bernama Sadino bekerja sebagai seorang guru sekolah yang kemudian menjadi Kepala Sekolah. Sementara ibunya bernama Itinah Soeraputra.
-
Kapan Ki Joko Bodo meninggal dunia? Ki Joko Bodo tutup usia di umur 58 tahun, tepatnya pada 22 November 2022.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Kapan Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto meninggal dunia? Ayah Irjen Krishna Murti meninggal dunia. Ia adalah Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto Bin Soejitno yang mengembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (10/7) kemarin.
-
Kapan Ki Joko Bodo meninggal? Pada 22 November 2022, ia tutup usia di usia 58 tahun.
-
Kapan Goo Hara meninggal dunia? Perjuangan Koo Ho In dimulai pada tahun 2019, setelah Goo Hara, yang kala itu berusia 28 tahun, meninggal dunia.
-
Kapan Purwanto meninggal dunia? Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Purwanto meninggal dunia pada Selasa (5/12) pukul 20.05 WIB.
Bob juga mudah mendapatkan akses pendidikan. Dia memulai pendidikannya di SR (Sekolah Rakyat) yang setingkat SD, kemudian masuk SMP, hingga masuk SMA dan lulus pada tahun 1953.
Selepas lulus SMA, dia kemudian diterima bekerja di perusahaan Unilever. Namun di sana dia hanya bekerja beberapa bulan saja. Dia memilih mengikuti temannya mendaftar kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Namun di bangku kuliah, dia cepat merasa bosan. Tak lama kemudian, dia memutuskan meninggalkan bangku kuliahnya dan memilih kembali bekerja di Unilever.
Dia kembali merasa jenuh dan mencari tantangan baru dengan bekerja di perusahaan pelayaran bernama Jakarta Lyod.
Di perusahaan pelayaran itu, dia melanglang buana ke luar negeri. Belanda dan Jerman merupakan negara yang paling sering dikunjungi olehnya. Tak heran bila dia sangat fasih dengan bahasa Inggris, Jerman dan Belanda.
Pergaulan yang Luas
Bekerja di luar negeri dan bertemu dengan berbagai macam orang membuat pergaulannya semakin luas. Gaji yang dia terima di sana lebih dari cukup untuk menopang kebutuhan hidupnya selama di Eropa.
Dalam biografi Bob Sadino yang ditulis oleh Hana Wisteria dalam buku ‘Bob Sadino: Goblok Pangkal Kaya’ disebutkan bahwa walaupun memiliki penghasilan yang cukup selama di Eropa, ternyata tidak membuatnya bahagia.
Dia selalu merasa tertekan ketika diperintah oleh atasan. Di sisi lain, dia adalah orang yang sangat menghargai apa itu arti kebebasan. Sembilan tahun bekerja, hidup enak dan tinggal di Eropa akhirnya suami dari Soelami Soejoed memutuskan berhenti bekerja.
Pada tahun 1967, Bob bersama dengan keluarganya kembali ke Indonesia dan memulai meniti usaha dari nol.
Dari luar negeri dia memboyong dua buah mobil Mercedes miliknya ke Indonesia. Salah satu mobilnya dia jual dan kemudian membeli sebidang tanah di wilayah Kemang, Jakarta yang kala itu masih sepi dan dibangun tempat tinggal.
Pekerjaan Pertama dan Pernah Jadi Tukang Batu
Pekerjaan pertama yang dia geluti adalah menjadi sopir taksi gelap berbekal mobil mercedes yang dia punya. Namun dia mengalami kecelakaan dan menyebabkan mobilnya hancur.
Peristiwa tersebut membuat Bob beralih profesi menjadi tukang batu dengan upah Rp100. Kondisi itu membuatnya tertekan dan depresi.
Suatu hari, dia melihat perbedaan bahwa telur ayam lokal sangat kecil dibandingkan dengan telur ayam di luar negeri. Dia melihat sebuah peluang dengan mencoba memasarkan telur ayam negeri di tempat tinggalnya.
Karena tak ada modal, dia menghubungi sahabatnya Sri Mulyono Herlambang di Belanda untuk dikirimkan 50 bibit ayam broiler langsung dari Belanda.
Bob Sadino bukanlah sarjana peternakan. Dia kemudian mempelajari cara mengembangbiakkan ayam broiler berbekal petunjuk dari majalah peternakan dan perkebunan yang berbahasa Belanda.
Dia berhasil mengembangbiakkan ayam peliharaannya dan menjual telur ayamnya kepada tetangga sekitar tempat tinggalnya. Dari aktivitas ini bisa dikatakan Bob merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan telur ayam negeri di Indonesia.
Telur ayamnya banyak disukai terutama tetangganya yang kala itu kebanyakan ekspatriat atau orang asing karena ukurannya yang kala itu lebih besar dibanding telur ayam kampung. Di sisi lain, dia yang fasih dalam berbahasa Inggris membuat usahanya semakin laris manis.
Awalnya, dia menjual beberapa kilogram telur ayam. Lama-kelamaan kemudian meningkat menjadi puluhan kilo dalam sehari. Ini berkat keuletannya dalam melayani pelanggan walaupun tak jarang ia kadang dimaki oleh pelanggannya.
Rambah Bisnis Sayur Mayur
Ketika menjual telur dia tidak lupa menyisipkan setangkai anggrek dalam kemasan telurnya. Dari berjualan telur, dia kemudian merambah ke bisnis sayur mayur segar. Dia melihat peluang bahwa banyak sayur mayur serta buah-buah unik di luar negeri yang belum ada di Indonesia.
Bob Sadino lah orang yang pertama kali memperkenalkan jagung manis, brokoli serta melon yang kala itu masih belum dikenal di Indonesia. Dia juga adalah orang yang memperkenalkan cara berladang dan berkebun secara hidroponik. Dari cara ini membuatnya dapat menghasilkan sayur-sayuran segar.
Di samping itu, dia juga bekerja sama dengan para petani lokal. Dari sini dia kemudian mendirikan PT Kem Farm yang kemudian produknya berupa sayur-sayuran diekspor ke Jepang.
Dari bisnis sayur mayur, Bob kemudian merambah ke bisnis daging olahan. Produk andalannya adalah sosis, bakso, burger dengan sertifikasi MUI dan berstandar mutu tinggi.Bob kembali berekspansi dengan mendirikan Kem Chicks, sebuah supermarket yang sangat modern di wilayah Kemang, Jakarta.
Setelah sukses sebagai pengusaha agribisnis, Bob Sadino melebarkan usahanya ke sektor properti dengan mendirikan The Mansion, sebuah hunian apartemen di wilayah Kemang, Jakarta bekerja sama dengan Agung Sedayu Group.
Bisnisnya yang cukup banyak membuat Bob Sadino dikenal sebagai seorang konglomerat atau pengusaha sukses. Walaupun demikian dia juga dikenal sebagai sosok yang ramah dan bersahaja.
Dalam kesehariannya selain mengurus usahanya, dia juga banyak mengisi seminar sebagai seorang pembicara. Pria yang dikenal gemar mengenakan celana pendek dan baju safari ini sangat menyukai musik country.
Setelah sempat dirawat selama dua bulan, pengusaha nyentrik Bob Sadino akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada hari Senin, tanggal 19 januari 2015 setelah berjuang dengan penyakitnya yaitu infeksi saluran pernafasan kronis.