Target Asian Agri bangun pola kemitraan dengan petani sawit
Perusahaan mengincar petani swadaya dengan luas lahan hingga 60.000 ha.
Isu perubahan iklim belakangan ini sangat kencang mengalir, bahkan di dunia internasional. Conference of Parties (COP 21) di Paris, Prancis bahkan membahas masalah ini dengan serius. Semua negara diwajibkan berkomitmen mengurangi pemanasan global di bawah 2 derajat celcius.
Industri kelapa sawit kerap kali dituding menyumbang emisi karbon yang berdampak pada pemanasan global. Indonesia, dengan luas kebun sawit mencapai 11 juta ha yang terdiri dari 51 persen dikelola perusahaan swasta, lalu 7 persen dikelola perusahaan negara, dan sisanya sekitar 42 persen dikelola oleh petani.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Eropa merupakan pasar utama bagi sawit Indonesia. Pada 2014 sekitar 3,09 juta ton sawit Indonesia masuk ke Eropa, terbesar ketiga setelah ke India 3,87 juta ton dan ke China 3,2 juta ton.
Meski demikian, pengusaha dalam negeri mengklaim telah mengedepankan prinsip pengelolaan perkebunan sawit yang berkelanjutan dan memberikan dampak bagi kesejahteraan petani. Salah satunya caranya adalah membangun kemitraan dengan para petani dan memberi manfaat dalam meningkatan kesejahteraan petani sekaligus memperhatikan aspek lingkungan.
Managing Director Asian Agri, Kelvin Tio, mengatakan, sebagai salah satu perusahaan perkebunan sawit terbesar di Indonesia, pihaknya telah menerapkan pengelolaan perkebunan sawit secara berkelanjutan dan pada saat yang sama juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
"Asian Agri saat ini telah menggandeng 29.000 petani dengan melibatkan 60.000 ha lahan sawit untuk dikembangkan dengan pola inti-plasma, kemitraan antara perusahaan dengan petani. Skema kemitraan itu telah dikembangkan selama 28 tahun dan salah satu pola inti-plasma terbesar di industri sawit. Dengan pengalaman tersebut, Asian Agri optimistis pola tersebut dapat diterapkan kepada para petani swadaya yang mengelola perkebunannya secara mandiri," ucap Kelvin dalam keterangannya yang diterima merdeka.com di Jakarta, Jumat (4/12).
Dengan kemitraan ini, petani swadaya memperoleh pengetahuan secara langsung dalam mengelola perkebunan yang mengedepankan kelestarian lingkungan sehingga produknya memiliki nilai tambah di pasaran. Hasilnya, saat diluncurkan pada tahun 2012 lalu, sekitar 2.791 ha lahan perkebunan petani swadaya, tergabung dalam program kemitraan tersebut.
Saat ini ada lebih dari 17.000 ha lahan yang merepresentasikan lebih dari 5.000 keluarga petani swadaya, telah bergabung di dalam program tersebut dan menikmati pendampingan dan fasilitasi dari Asian Agri. Hingga 2020 mendatang, Asian Agri menargetkan memberikan pendampingan secara optimal kepada petani swadaya dengan luas lahan hingga 60.000 ha.
Menurut Kevin, pola kemitraan dapat mendorong produktivitas petani, meningkatkan kesejahteraannya, serta memberi manfaat terhadap produk sawit berkualitas yang dihasilkan.
(mdk/idr)