Tidak sampai 1 persen pekerja Indonesia yang berinvestasi
Jumlahnya tidak sampai 1 persen.
Masyarakat cenderung memilih bank sebagai tempat menyimpan uang. Alasannya, masyarakat takut mengambil risiko dan merasa lebih aman jika menyimpan di bank dibanding menaruh uangnya di instrumen investasi.
President Director Syailendra Capital, Jos Parengkuan mengamini kebiasaan masyarakat memilih bank sebagai tempat menyimpan uang. Menurutnya, sekitar 90 persen masyarakat Indonesia menyimpan dana di bank. Sementara di pasar modal, jumlahnya tidak sampai 1 persen. Kondisi ini tidak lepas dari minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pasar modal dan produk investasi.
-
Apa yang dimaksud dengan Reksa Dana Pasar Uang? Reksa Dana Pasar Uang adalah produk investasi dengan portofolio instrumen aset jangka pendek, bertujuan menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risiko rendah-sedang dengan return rata-rata 3% - 4% pa dalam tenor 1-2 tahun.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham? Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Siapa saja yang bisa berinvestasi di reksa dana? Faktanya reksa dana tersedia untuk berbagai jenis investor dan terjangkau untuk semua orang. Pasalnya, terdapat instrumen reksa dana yang bermodal Rp100.000 sudah bisa mulai investasi reksa dana.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kenapa Reksa Dana dinilai mudah untuk diinvestasikan? Investasi ini dinilai cukup mudah, karena Anda bisa menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk saham, obligasi dan pasar uang.
"Investor reksadana ada 160.000. Tenaga kerja di Indonesia 125 juta yang tercatat, kalau dipilah lagi 40 juta di sektor formal, sisanya di sektor non formal. Yang berinvestasi di reksadana tidak sampai 1 persen atau 450.000," ujarnya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (17/9).
Dia melanjutkan, jika dibandingkan dengan negara lain dalam lingkup ASEAN, Indonesia masih jauh tertinggal.
"Negara lain jauh lebih besar dari Indonesia, kenapa? Kalau kita liat banyak sekali hilangnya investor di Indonesia," jelas dia.
Untuk menggairahkan minat masyarakat pada produk investasi, pendidikan pentingnya investasi perlu terus digalakkan. Joss menuturkan, peluang dan keuntungan berinvestasi di pasar modal sangat besar. Apalagi pertumbuhan di pasar modal sebenarnya lebih besar dibandingkan perbankan. Karena itu sayang jika tidak dimanfaatkan masyarakat.
Baca juga:
Uang cash bakal habis, sudah waktunya paksakan berinvestasi
Kini menabung tak menjamin bisa bikin kaya
Tak digaji tetap bisa jadi alasan artis berinvestasi
Jokowi: Kemudahan investasi diberlakukan untuk asing dan lokal
Tak puas proses investasi di Indonesia, Presiden Jokowi puji Dubai
Darmin: Izin harus ke RT/RW, berapa kali orang harus bolak-balik?