Transformasi Pariwisata Banyuwangi Kala Pandemi
Pemerintah Daerah Banyuwangi menerapkan kebijakan sertifikasi bagi pelaku usaha UMKM dan sektor pariwisata yang ingin beroperasi di masa pandemi Covid-19. Langkah ini diambil demi menekan angka penyebaran virus corona dan roda perekonomian di Timur Pulau Jawa ini tetap bergerak.
Pemerintah Daerah Banyuwangi menerapkan kebijakan sertifikasi bagi pelaku usaha UMKM dan sektor pariwisata yang ingin beroperasi di masa pandemi Covid-19. Langkah ini diambil demi menekan angka penyebaran virus corona dan roda perekonomian di Timur Pulau Jawa ini tetap bergerak.
"Kami sertifikasi program rancangan di UMKM," kata Anas dalam Dialog Covid-19 bertajuk Bangkit dari Covid-19: Sinergi Pemerintah Daerah dan UMKM di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (26/10).
-
Apa saja tempat wisata yang hits dan terbaru di Banyuwangi? Merdeka.com merangkum informasi tentang wisata di Banyuwangi yang hits dan terbaru, sangat cocok untuk memanjakan mata di akhir pekan.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Bagaimana Banyuwangi menjaga inflasi? Salah satu programnya adalah menjamin ketersediaan bahan pangan melalui intervensi kepada petani hingga perbaikan jalan yang menjadi akses distribusi hasil pertanian.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
Anas mengaku kebijakan ini telah dilakukan sejak Juni 2020. Pihaknya telah mengatur ulang sektor pariwisata di Banyuwangi dengan berpedoman pada protokol kesehatan yang dibuat pemerintah pusat.
Salah satu perubahan yang dibuat yakni destinasi wisata dan tempat liburan hanya boleh beroperasi 5 hari dalam seminggu. Waktu 2 hari sisanya diperuntukkan bagi pelaku usaha untuk mengkondisikan lokasi usaha terbebas dari penyebaran virus. Dalam praktiknya, dua hari libur dikhususkan bagi bersih-bersih tempat usaha.
"Dua hari ini jadi alat konsolidasi bagi pelaku wisata," kata Anas.
Selain itu, para pengunjung wisata juga dilarang antre saat memasuki lokasi wisata. Pemesan tiket bisa dilakukan secara daring untuk memastikan lokasi wisata masih bisa dikunjungi. Sebab semua lokasi wisata hanya boleh menerima kunjungan setengah dari kapasitas yang bisa ditampung.
Di area wisata juga sudah tidak ada lagi atraksi yang membuat orang berkerumun. Beberapa kegiatan yang melibatkan banyak orang pun dipindah ke dalam hotel-hotel yang ada di Banyuwangi. Sehingga bila ada pertunjukkan seni semua pindah ke hotel-hotel.
Langkah ini merupakan bagian dari desain baru pariwisata di Banyuwangi. Para pengusaha perhotelan didorong mengubah konsep bisnis menjadi lokasi liburan di tempat (staycation). "Staycation ini bagian dari cara yang digunakan," kata dia.
Tak hanya atraksi yang dibawa masuk ke hotel, seni pertunjukkan juga ikut diboyong. Begitu juga para pelaku UMKM yang mengandalkan sektor pariwisata ikut masuk hotel agar wisatawan tetap bisa berlibur dan berbelanja walau hanya di dalam lingkungan hotel.
Tentu saja, lanjut Anas, sektor perhotelan ini juga harus menerapkan protokol kesehatan yang telah dibuat secara khusus untuk industri ini. Hanya saja, dalam hal ini dia mengaku kesulitan untuk menerapkan protokol kesehatan bagi para pelaku seni.
Salah satunya dalam hal pemakaian alat rias yang biasanya dilakukan secara bersamaan. Pemerintah Daerah meminta semua produk atau alat yang biasa dipakai secara bersama, kini harus digunakan masing-masing.
"Ada problem di pelaku seni, yang mungkin biasanya misal pakai lipstik massal ini sekarang harus digunakan secara personal," kata Anas.
Anas mengaku hal ini memang tidak mudah diterapkan. Namun, pihaknya akan terus melakukan pelatihan agar para pelaku seni ini memakai perlengkapan penunjang secara pribadi.
Kepada mereka Anas mengatakan jika terjadi penyebaran virus di sektor pariwisata, maka bukan tidak mungkin kepercayaan masyarakat akan hilang. Lalu sektor pariwisata kembali ambruk dan semua pelaku industri ini kembali terpuruk.
"Kami sampaikan kalau ini dijalankan semntara karena pemerintah saja, ini akan jadi resiko tinggi bagi kesehatan mereka dan kalau ada yang terpapar, orang tidak akan lagi datang kembali lagi dan dampaknya akan lebih besar lagi," kata dia.
Destinasi Wisata Banyuwangi Jadi Tujuan Para Pelancong Lokal
Abdullah Azwar Anas mengatakan Banyuwangi menjadi tiga besar tujuan wisata turis domestik di masa pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan Anas berdasarkan survei yang dilakukan Traveloka beberapa waktu lalu.
"Banyuwangi masuk 3 besar yang mau dituju orang untuk berlibur setelah Bali dan Jogja," kata Anas dalam Dialog Covid-19 bertajuk Bangkit dari Covid-19: Sinergi Pemerintah Daerah dan UMKM di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (26/10).
Bagi Anas, pandemi Covid-19 ini membawa berkah bagi Banyuwangi. Sebab, jika tidak ada wabah ini, sulit bagi Banyuwangi menjadi tujuan utama para pelancong Indonesia.
Anas mengaku capaian ini menjadi buah dari kebijakan Pemerintah Daerah yang menggencarkan protokol kesehatan sektor pariwisata. Persiapan ini dilakukan mulai bulan Juni 2020 oleh Pemda setempat.
Beberapa langkah yang dilakukan mulai dari sertifikasi kegiatan usaha pelaku UMKM, sertifikasi pemandu wisata sampai dengan operasi yustisi penerapan protokol kesehatan. Lalu dikuatkan oleh kunjungan Presiden Joko Widodo dan para menteri kabinet Indonesia Maju untuk yang melakukan kunjungan kerja di timur pulau jawa ini.
"Pelaku UMKM melakukan sertifikasi semua, tour guide juga kami sertifikasi dan ini gratis," kata Anas.
Anas menekankan kepada masyarakat jika penerapan protokol kesehatan dijalankan setengah hati, maka perekonomian akan kembali terhenti. Selain itu dia juga meminta semua pihak saling melakukan pengawasan meski bukan menjadi tugas pokoknya. Sebab dia menyadari secara personel, Pemda Banyuwangi kekurangan orang. Sehingga pengawasan dilakukan secara bersamaan.
"Satpol PP kami kan terbatas, maka semua dinas itu Satpol PP ya dari kepala dinas, camat, lurah, RT, RW, kepala sekolah, guru dan lainnya itu mendorong orang agar tidak melanggar aturan Covid-19. Semua dinas dan lainnya seolah-olah dinas Satpol PP," papar Anas.
Selain itu, destinasi wisata di Banyuwangi juga mengalami perubahan konsep. Di restoran atau kafe yang semula berkonsep di dalam ruangan kini berubah menjadi di ruang terbuka atau ruang publik. Semisal makan di pinggir pantai dengan menggelar tikar.
"Restoran jadi bukan tujuan, tapi lebih ke konsep outdoor tourism, makanannya yang menyehatkan," kata Anas.
Salah satu konsep yang ditawarkan Banyuwangi yakni menyiapkan konsep agrowisata. Semua makanan yang ditawarkan diolah tanpa proses digoreng. Sehingga makanan yang disajikan hanya diproses rebus, kukus atau bakar.
Pihaknya juga melakukan pembenahan tempat-tempat yang dianggap kumuh. Para pedagang kaki lima juga didorong untuk menyediakan makanan sehat dan sangat memperhatikan aspek kebersihan .
Dalam sepekan, Pemda Banyuwangi juga membuka wisata kuliner kaki lima (food street) di beberapa tempat. Lokasi yang dipilih di jalan raya dengan penutupan akses jalan.
Cara ini dianggap lebih baik dan mampu menyediakan pasar bagi pedagang kaki lima yang tidak mampu menyewa tempat untuk berusaha. Hanya saja kegiatan ini hanya berlangsung satu kali dalam satu minggu.
Tujuannya agar makanan yang dijual bukan hasil proses masak dua kali. "Sehingga makanan yang disajikan bukan masakan hasil olahan kemarin," kata Anas.
(mdk/bim)