UMKM Indonesia Paling Banyak di ASEAN, Bos Kadin: Ekspornya Masih Kalah dari Malaysia dan Thailand
Kadin Ungkap kinerja ekspor UMKM di Indonesia masih kalah daru Malaysia dan Thailand.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta pelaku UMKM turut dilibatkan dalam pengembangan bioavtur di Indonesia. Dia melihat ada potensi yang bisa dimanfaatkan oleh UMKM.
- Indonesia-Malaysia Kompak Perkuat Sistem Kelistrikan ASEAN, Begini Cara Dilakukan
- Wasapada, UMKM Malaysia Diam-Diam Incar Bisnis Makanan dan Pendidikan di Indonesia
- Menkop Teten dan Ketua Kadin Cari Solusi agar Produk UMKM Tembus Pasar Ekspor dan Buka Lapangan Kerja
- Modal Awal Cuma Rp200.000, Pemuda Ini Sukses Jadi Juragan Kambing Hingga Ekspor ke Malaysia
Contohnya pengembangan yang dilakukan oleh Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net) soal bioavtur ini. Dia turut meminta Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid untuk menangkap peluang tersebut.
"Salah satu Pak Ketua Umum Kadin yang bisa didorong, kemarin di Jepang juga IJB-Net itu dengan SME membuat bioavtur, nah ini bisa direplikasi," ungkap Airlangga dalam Pesta Rakyat UMKM Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Senin (22/7).
Dia menilai dalam pengembangan bioavtur ini, UMKM tidak bisa sendiri, sehingga perlu dibentuk semacam gabungan UMKM. Sementara itu, bahan bakunya bisa disuplai dari minyak inti biji kelapa sawit (palm kernel oil) atau minyak jelantah.
Menanggapi hal tersebut Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasyid menyebut jumlah UMKM di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Dari 65 juta UMKM Indonesia mampu menyerap 97 persen tenaga kerja. Jumlah ini juga disebut setara dengan 90 persen UMKM di ASEAN. Hanya saja Kadin menilai UMKM lokal ini masih minim masuk ke pasar ekspor.
"Ini adalah potensi yang juga harus kita rayakan, untuk itu sekali lagi kami ingin supaya jelas bahwa UMKM itu adalah pejuang, pejuang UMKM Indonesia," ungkap Arsjad dalam Pesta Rakyat UMKM Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Senin (22/7).
Kendati begitu, dia mengantongi data lainnya. Khususnya terkait porsi ekspor produk UMKM yang baru menyentuh 15 persen dari jumlah total tadi.
Angka ini berada di bawah perolehan Malaysia dan Thailand.
"Namun kita belum boleh berpuas diri, terlebih baru 15 persen UMKM Indonesia yang menembus ekspor dan angka ini terbilang jauh bila kita bandingkan nilai ekspor tetangga kita di di Asean seperti di Malaysia di angka 17,3 persen dan Thailand di angka 28,7 persen," tuturnya.
Arsjad menemukan banyak keluhan dari pelaku UMKM yang belum bisa merambah ke pasar ekspor. Mulai dari sulitnya memilih agen eskportir hingga mencari mitra negara tujuan ekspor.
"Beberapa kali saya membaca DM yang komentar ini di Instagram dari pelaku UMKM yang bingung bagaimana cara menembus pasar ekspor. Misalnya kesulitan mencari jasa ekspor yang kredibel, susah mencari informasi mitra negara tujuan dan akses ekspor dan masih banyak lagi," kata Arsjad.
Padahal terkait hal itu sudah ada wadahnya di Kadin Indonesia. Kadin bisa membantu UMKM merambah pasar internasional, namanya Kadin Wiki Export. Program ini dinilai jadi upayanya mendukung program pemerintah.
"Nah untuk menjawab kebingungan tersebut. Kadin Indonesia sebagai mitra strategis yang berkomitmen dalam mendukung agenda pemerintah, kami hadir. Di Kadin kami berkomitmen untuk mendukung UMKM Indonesia untuk naik kelas dan menembus pasar ekspor," kata Arsjad.
Arsjad menambahkan tahun ini Kadin berkomitmen mendorong lebih banyak lagi UMKM mengakses pasar internasional. Salah satunya melalui Kadin Wiki Ekspor dengan 50 program.
"Kadin mendukung lebih dari 200 UMKM untuk mendapatkan pelatihan bersertifikasi ekspor dan menjadi pusat informasi resmi tentang ekspor-impor," kata Arsjad.