Waspada, Inflasi Akibat Harga Pangan Ancam Kesejahteraan Masyarakat
Dunia saat ini dihadapkan pada krisis pangan dan energi akibat perang Rusia-Ukraina. Bahkan, memicu beberapa negara mencatatkan rekor inflasi tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung menyebut bahwa inflasi bisa menjadi ancaman kesejahteraan masyarakat Indonesia. Utamanya pada sektor pangan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Dia menceritakan, dunia saat ini dihadapkan pada krisis pangan dan energi akibat perang Rusia-Ukraina. Bahkan, memicu beberapa negara mencatatkan rekor inflasi tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Bahan pangan apa yang mengalami kenaikan harga di Jakarta? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kenapa harga tanah dan rumah di Indonesia semakin mahal? Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ketersediaan lahan atau tanah semakin terbatas. Dampaknya, harga rumah dan tanah yang naik setiap tahunnya.
-
Bagaimana kondisi harga beras di pasaran saat ini? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
"Kita di Indonesia walaupun tak setinggi di negara lain, tapi inflasi ini sudah mulai menjadi ancaman bagi kesejahteraan masyarakat. Pada Juli kemarin 4,9 persen, salah satu sumber utama melonjaknya inflasi kita bersumber dari inlfasi pangan yang telah mencapai 11,5 persen (11,47)," kata dia dalam Kick-Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sumatera Utara, Rabu (31/8).
Juda Agung menegaskan bahwa tingkat inflasi ini adalah angka terbesar dalam 8 tahun berturut-turut. Tingkat inflasi pangan juga menjadi satu hal yang kritikal. Sebab, bobot inflasi pangan terhadap pengeluaran rumah tangga di Indonesia khususnya menengah ke bawah cukup besar. Sehingha kenaikan inflasi bahan pangan akan menggerus daya beli.
"Dan akhirnya menurunkan kesejahteraan masyarakat di (golongan) menengah ke bawah apabila kita tak tangani dengan baik akan berdampak pada sosial politik dan bahkan keamanan," terangnya.
"Acara di Deli Serdang ini ini tentu sebuah pertemuan yang srategis di antara sawah dan kebun cabai di sini. Ini pertemuan strategis untuk kita saling bergandeng tangan didalam kita mengatasi inflasi pangan di daerah sumut ini," tambah dia.
Minta Segera Diatasi
Pada kesempatan ini, Anggota Komisi XI Sihar Sitorus berharap segera ada solusi dalam mengatasi inflasi pangan. “Kendala dan tantangan dapat terselesaikan melalui kolaborasi seluruh komponen, harga dapat terjaga dan kesejahteraan petani dapat meningkat. Bank Indonesia perlu terus mendorong terobosan untuk membantu penerapan digitalisasi pertanian," kata dia.
Rangkaian kegiatan Kick Off GNPIP Sumatera Utara diawali dengan pelaksanaan panen bersama cabai merah oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Gubernur Sumatera Utara serta segenap unsur Forkopimda Sumatera Utara. Upaya sinergitas pengendalian inflasi pada kegiatan ini juga meliputi komitmen perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD) Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Kemudian peresmian klaster baru hortikultura, pemberian 77.000 bibit cabai merah dalam rangka mendorong gerakan Urban Farming, serta penyerahan program dedikasi untuk negeri berupa alat digital farming, sarana prasarana usaha alat tangkap nelayan, dan sarana pendukung produksi pertanian guna mendukung pengembangan serta peningkatan kapasitas di sisi hulu.
Pengendalian Inflasi Pangan
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Utara memperkuat sinergi bersama dengan 43 kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) BI lainya dengan mengendalikan laju inflasi melalui inovasi dan digitalisasi. Salah satunya pengembangan klaster cabai merah dengan sistem integrated farming yang akan menopang kesinambungan produksi nasional ke depan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juga Agung mengatakan bahwa Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) hadir sebagai salah satu arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rakornas pengendalian inflasi 2022.
GNPIP diharapkan dapat mengoptimalkan upaya dalam stabilisasi harga pangan dan mendorong produksi guna meningkatkan ketahan pangan yang lebih terintegrasi serta berdampak nasional berdasarkan pada kerangka 4K.
"Ini juga mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional. Kita harus mengambil langkah untuk menangani aspek yang lebih struktural, dengan mendorong inovasi dan digitalisasi pertanian, seperti yang telah dilakukan oleh klaster cabai merah di Sumatera Selatan," ujar Juda pada keterangan resmi, Jakarta, Rabu (31/8).
Upaya sinergitas pengendalian inflasi pada kegiatan ini juga meliputi komitmen perluasan kerja sama antar daerah (KAD) Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, peresmian klaster baru hortikultura, pemberian 77.000 bibit cabai merah dalam rangka mendorong gerakan Urban Farming,
Kemudian, penyerahan program dedikasi untuk negeri berupa alat digital farming, sarana prasarana usaha alat tangkap nelayan, dan sarana pendukung produksi pertanian guna mendukung pengembangan serta peningkatan kapasitas di sisi hulu.
Reporter: Arief Rahman Hakim
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)