YLKI: Bahayakan penerbangan, boikot grup Lion Air
Konsumen lebih baik berpikir ulang untuk menggunakan maskapai grup Lion Air.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyerukan konsumen untuk memboikot grup Lion Air. Hal ini menyusul kejadian yang menimpa penumpang Wings Air rute Rote Ndao-Kupang.
"Konsumen lebih baik berpikir ulang untuk menggunakan maskapai grup Lion Air sebagai salah satu transportasi udara," kata Tulus dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (11/6).
-
Bagaimana cara Lion Air merawat pesawatnya? Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengungkapkan, Batam Aero Technic (BAT) menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional. Setiap pesawat diperlakukan (penanganan) penuh perhatian dan ketelitian, mengikuti regulasi yang ketat industri penerbangan.
-
Apa saja jenis perawatan yang dilakukan pada pesawat Lion Air? Berbagai jenis pemeriksaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang dilakukan di bengkel atau di bandar udara (line maintenance) Pemeriksaan harian yang dilakukan sebelum dan sesudah pesawat terbang beroperasi, seperti sebelum keberangkatan (preflight check/ inspection), transit check dan daily inspection.
-
Kenapa pesawat Lion Air masuk bengkel? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Kapan pesawat Lion Air masuk bengkel untuk perawatan? Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel.
-
Bagaimana Lion Air Group dapat menjadi maskapai terbesar di Indonesia? Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Apa saja jenis kursi terbaik di pesawat Lion Air? Menurut testimoni sebagian besar penumpang, kursi terbaik untuk armada 737 milik Lion Air adalah nomor 17 dan 20. Kursi terbaik untuk armada Airbus 330 adalah yang terdekat dengan pintu keluar.
Tulus mengatakan, konsumen sebaiknya memilih maskapai lain yang lebih kredibel dan memperlakukan penumpang secara manusiawi serta tidak mengabaikan keselamatan penerbangan.
Menurut Tulus, kejadian yang menimpa penumpang Wings Air merupakan kecerobohan luar biasa yang dilakukan petugas darat maskapai tersebut. "Kejadian itu bukan hanya melanggar hak konsumen tetapi juga mengancam keselamatan penerbangan di Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Seorang penumpang Wings Air rute Rote Ndao-Kupang, Taufiq, membuat petisi online atas kekecewaannya terhadap layanan maskapai anak usaha Lion Air tersebut. Hingga saat ini, petisi tersebut telah ditandatangani sebanyak 33.064 orang dari jumlah yang dibutuhkan 35.000.
Taufiq mengaku membuat petisi ini usai terjadi insiden ditinggalkannya bagasi penumpang. Menurutnya, Pilot In Command (PIC) memerintahkan untuk mengurangi beban pesawat tanpa diinformasikan pada penumpang.
Petisi ini nantinya akan ditunjukan kepada Presiden Joko Widodo, Badan Perlindungan Konsumen Nasional, dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
Berikut isi lengkap petisi yang dibuat oleh Taufiq:
Yth. Bapak/Ibu
Nama saya Taufiq. saya penumpang wings air (lion air grup) Rote Ndao tujuan Kupang dengan nomor penerbangan IW 1936 tanggal 8 Juni 2016.
Seperti biasa saya check in di counter wings air. Koper saya diminta untuk ditimbang, hasil nya 7,45 kg dan diminta masuk dalam bagasi. awalnya saya menolak karena selama ini bisa masuk dalam bagasi kabin pesawat. tapi akhir nya saya bersedia memasukkan nya dalam bagasi karena berat nya lebih dari 7kg.
Tidak lama kemudian, panggilan boarding. pada saat akan memasuki pesawat, saya melihat kopilot ada di bawah dan menginstruksikan kepada petugas ground handling agar para penumpang tidak sekaligus tapi tiap 5 orang. saya juga mendengar bahwa jika tidak dilaksanakan pesawat bisa terguling (tipe pesawat ATR 72-500). selama saya naik pesawat ATR baru kali ini proses boarding dilakukan tiap 5 orang, apalagi mendengar bahwa jika dilakukan dengan cara tersebut pesawat bisa terguling.
Akhirnya semua penumpang duduk di kursi masing-masing. sekitar 20 menit, pesawat tidak kunjung bergerak. kemudian petugas ground handling mengumumkan (tanpa pengeras suara) bahwa pesawat kelebihan muatan dan meminta kerelaan 3 orang penumpang untuk tidak ikut terbang untuk mengurangi beban. setelah beberapa saat (kira-kira 5-10 menit) ada 3 orang penumpang yang rela untuk tidak terbang. Aneh nya pramugari mengatakan bahwa ke-3 penumpang tersebut untuk kembali duduk dan pesawat segera take off.
Selama proses take off sampai mendarat, banyak penumpang termasuk saya merasa was-was karena sebelumnya diumumkan bahwa pesawat kelebihan beban dan tidak akan terbang jika tidak ada pengurangan beban (meminta 3 orang penumpang untuk tidak ikut terbang).
Sekitar jam 17.10 WITA pesawat kami mendarat dengan selamat di bandara El Tari Kupang walaupun dengan hard landing. seperti biasa para penumpang turun dari pesawat dan menunggu di ruang pengambilan bagasi. keanehan ke-2 terjadi saat mobil yang biasanya digunakan untuk mengambil bagasi di pesawat untuk kemudian diantar ke belt conveyor tidak membawa 1 pun tas, koper, dus untuk diletakkan di belt conveyor.
Sekitar 10 menit menunggu, saya menanyakan ke petugas Lion mengenai bagasi kami. Saya terkejut ketika petugas tersebut mengatakan bahwa semua bagasi penumpang diturunkan di Bandara Rote Ndao untuk mengurangi beban sehingga pesawat bisa terbang ke Kupang. para penumpang diminta untuk menunjukkan boarding pass, label bagasi dan KTP untuk kemudian di data. Penumpang diminta untuk mengambil bagasi di Bandara El Tari pada tanggal 9 Juni 2016 jam 16.30 WITA.
Saya dan beberapa penumpang tidak terima dengan kejadian ini karena:
1. besok pagi kami ada penerbangan menuju kota lain
2. sudah ada 3 penumpang yang tadi secara suka rela untuk tidak terbang.
3. penurunan bagasi para penumpang tidak dikonfirmasi ke kami.
Di antara kami ada 1 penumpang yang tas nya berisi obat penyakit gula (injeksi) yang ikut tertinggal. menurut penumpang tersebut saat di Rote dia telah menjelaskan ke petugas check in bahwa tas ini berisi obat gula darah dia dan tidak perlu masuk bagasi tapi petugas tetap memaksa agar tas masuk bagasi.
Dari kejadian ini, petugas angkasa pura bandara El Tari Kupang curiga bahwa terdapat muatan kargo pada pesawat tersebut karena :
1. Tidak mungkin pesawat akan kelebihan beban jika hanya membawa barang-barang penumpang
2. Label bagasi tidak seperti label bagasi biasa nya tapi menggunakan label bagasi "LATE"
3. proses boarding yang tidak sepeti biasanya.
Rupa nya manajemen Lion Air Grup tidak jera dengan peringatan dari Pemerintah melalu Kementerian Pehubungan setelah kejadian salah turun bis kemarin. pada saat Kementerian Perhubungan membekukan ground handling Lion Air Grup, mereka seolah-olah menantang balik dengan melaporkan salah satu Dirjen Kementerian Perhubungan ke Bareskrim. setelah beberapa waktu lalu pembekuan dihentikan selama 30 hari dan memberi kesempatan Lion Air Grup untuk berbenah, kejadian ini terjadi.
Kejadian ini menunjukkan :
1. Manajemen Lion Air Grup merasa bahwa mereka bisa melakukan sesuka hati mereka tanpa peduli dengan penumpang.
2. Manajemen Lion Air Grup merasa mereka tidak tersentuh hukum dengan adanya pembatalan sanksi pembekuan ground handling selama 30 hari.
3. Manajemen Lion Air Grup merasa bahwa teguran dari Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan adalah angin lalu saja.
Dukung saya agar Pemerintah melakukan audit investigasi kepada Lion Air Grup tidak terbatas hanya manajemen ground handling tetapi hingga manajemen keselamatan penumpang.
Atas petisi tersebut, Lion Air memberikan penjelasannya. Public Relations Manager Lion Air Group, Andy M Saladin, mengaku maskapai Wings Air dengan tujuan Rote Ndao melalui Bandar Udara Lekunik menuju Kupang melalui Bandar Udara Internasional El Tari dengan nomor penerbangan IW 1936 pada hari Rabu tanggal 8 Juni 2016 terpaksa tidak bisa mengangkut seluruh bagasi yang dibawa oleh penumpang pada saat itu.
Hal ini, lanjutnya, demi mengutamakan faktor serta aspek keselamatan dan keamanan penerbangan dan adanya beberapa hal yang menjadi catatan Pilot in Command (PIC), maka PIC memutuskan untuk mengurangi muatan dari isi beban pesawat tersebut.
Terdapat sebanyak 41 Koli atau 283 Kg barang penumpang yang tidak terangkut pada hari yang sama atau diturunkan dari pesawat dan telah diinformasikan ke penumpang. "Penurunan barang tersebut atas perintah dari PIC dan menurut informasi terdapat catatan yang menyebabkan beban berat pesawat harus dikurangi," jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (10/6).
Andy mengaku, pada hari Kamis 9 Juni 2016, sebagian besar bagasi penumpang telah diantarkan langsung ke rumah penumpang masing masing dan ada juga yang mengambil barangnya di Bandara. "Kami pastikan bahwa seluruh penumpang telah menerima barangnya. Atas kejadian ini kami mohon maaf kepada para penumpang kami atas ketidak nyamanannya dan kami akan terus melakukan perbaikan kedepannya," imbuhnya.
Baca juga:
DPR minta Lion Air grup tak sembarangan seperti Metro Mini
Wings Air tinggalkan bagasi, penumpang bikin petisi
'Lion Air harusnya perbaiki layanan, bukan malah ajukan gugatan'
Kasus Lion Air, Bareskrim segera periksa Dirjen Perhubungan Udara
Ini hasil investigasi Kemenhub terkait 'dosa' Lion Group
Bandara sempit, JK anggap wajar kasus salah antar penumpang
Loket check in error, penumpang Lion Air di Batam mengamuk