Chikita Meidy Hadapi Laporan Dugaan Pencemaran Nama Baik, Dipicu Konflik Bisnis Skincare dengan Sahabat
Chikita Meidy, penyanyi muda yang sedang menghadapi masalah hukum, dilaporkan oleh temannya, Silda Oktavia Rossa, karena dugaan pencemaran nama baik.
Chikita Meidy, mantan penyanyi cilik yang terkenal dengan lagu "Kampuang Jauah di Mato," kini menjadi perbincangan hangat setelah sahabatnya, Silda Oktavia Rossa, melaporkannya ke aparat kepolisian. Laporan tersebut berisi dugaan pencemaran nama baik, yang muncul setelah Chikita menyebut Silda sebagai penyebab kerugian dalam bisnis skincare yang ia jalankan, yaitu Vierology.
Perselisihan ini menarik perhatian publik, mengingat hubungan akrab mereka kini beralih menjadi konflik hukum yang serius. Awal mula perseteruan ini terjadi ketika Chikita membuat pernyataan di media sosial, yang kemudian berujung pada laporan pencemaran nama baik yang diajukan oleh Silda ke Polda Metro Jaya.
Di bawah ini akan dipaparkan kronologi yang menjelaskan perjalanan konflik antara dua mantan sahabat yaitu Chikita Meidy dan Silda Oktavia Rossa. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Merdeka.com dari berbagai sumber pada Rabu (6/11/2024):
1. Chikita Menuding Silda Sebagai Penyebab Kebangkrutan Bisnis
Pada 6 September 2024, Chikita Meidy mengadakan siaran langsung di TikTok dan menyebut Silda sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerugian bisnis skincare-nya. Chikita mengklaim bahwa kebangkrutan bisnis yang terjadi pada 2018 disebabkan oleh tindakan Silda. Selain itu, tuduhan ini juga menyentuh aspek pribadi yang lebih sensitif.
2. Silda Membuat Laporan Polisi, Merasa Nama Baiknya Dicemarkan
Silda Oktavia Rossa, yang merasa difitnah, telah mengambil tindakan hukum dengan melaporkan Chikita Meidy ke Polda Metro Jaya. Proses pelaporan ini dilakukan pada tanggal 12 September 2024. Didampingi oleh kuasa hukumnya, Erik Hutajulung, Silda mengungkapkan bahwa pernyataan yang dikeluarkan oleh Chikita telah merusak reputasinya.Tindakan ini menunjukkan komitmen Silda untuk membela nama baiknya dan mencari keadilan atas tuduhan yang dianggap tidak berdasar. Kasus ini menarik perhatian publik dan menjadi sorotan media, mengingat pentingnya menjaga reputasi di era digital saat ini. Silda berharap langkah hukum ini dapat memberikan efek jera dan mencegah terulangnya tindakan serupa di masa depan.
3. Perkenalan Chikita dan Silda Bermula dari Bisnis
Hubungan antara Chikita dan Silda awalnya berjalan baik ketika mereka mulai berkenalan pada 2017 di sebuah pusat kebugaran. Dari pertemuan tersebut, mereka berkolaborasi dalam bisnis skincare. Silda membantu mempromosikan produk tanpa adanya perjanjian tertulis. Namun, setelah kerja sama mereka berakhir, Chikita menuding Silda sebagai penyebab kerugian bisnisnya.
4. Chikita Merasa Kecewa, Somasi Dilayangkan
Mendengar dirinya dilaporkan, Chikita menyatakan kekecewaannya karena tidak ada upaya mediasi sebelumnya. Dalam keterangannya di Jakarta Selatan pada 27 September 2024. Adam Barkah Setiadi, kuasa hukum Chikita, menyatakan bahwa jika somasi kedua juga diabaikan, pihaknya akan melaporkan balik. Hal ini sebagai bentuk perlindungan diri dan klarifikasi yang lebih tegas.
5. Ancaman Laporan Balik dari Pihak Chikita
Chikita dan tim hukumnya menegaskan bahwa tindakan lebih lanjut akan diambil jika somasi kedua tetap tidak merespon. Chikita berharap konflik ini dapat diselesaikan secara damai tanpa harus terus berlarut-larut di ranah hukum. Sementara itu, publik terus mengikuti perkembangan kasus ini dengan antusias, menanti apakah perselisihan yang bermula dari persahabatan ini akan menemukan titik temu.
6. Apa penyebab utama konflik antara Chikita Meidy dan Silda Oktavia?
Penyebab utama konflik adalah tuduhan Chikita yang menyebut Silda sebagai penyebab kebangkrutan bisnis skincare miliknya, yang kemudian membuat Silda melaporkan Chikita atas dugaan pencemaran nama baik.
7. Mengapa Chikita Meidy dilaporkan ke polisi?
Chikita dilaporkan oleh Silda ke Polda Metro Jaya karena dianggap mencemarkan nama baiknya dalam siaran langsung di TikTok pada 6 September 2024.
