Profil
Bejo Sujanto
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd lahir di Kulonprogo, Yogyakarta pada tanggal 16 Maret 1951. Tak banyak yang mengenal sosoknya sebagai pemegang kekuasaan nomor satu di Universitas Negeri Jakarta. Bahkan popularitasnya di kalangan beberapa mahasiswa dikalahkan oleh orang dekatnya sendiri, Fachrudin Arbah yang mengurusi bidang kemahasiswaan.
Bedjo Sujanto merupakan rektor terpilih untuk UNJ (Universitas Negeri Jakarta) periode jabatan tahun 2004 – 2009 dan kembali terpilih pada untuk periode tahun 2009 – 2013. Sebelumnya, Bedjo harus melewati berbagai rintangan untuk akhirnya menduduki posisi rektor UNJ. Civitas Akademika UNJ Peduli sempat menolak pencalonannya dalam menjadi rektor UNJ periode tahun 2005 - 2009 karena menilai Bedjo memiliki track record yang kurang baik. Menurut Civitas Akademika UNJ Peduli , Bedjo Sujanto terbukti telah aktif berpolitik dengan menjadi salah satu ketua DPW DKI dari Partai Perjuangan Pendidikan yang digagas para mantan pejabat PGRI. Partai tersebut juga sudah terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM, tetapi tidak lolos dalam tahap verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Selain itu, Bedjo juga dinilai tidak memiliki kredibilitas yang baik dalam setiap melakukan kerja sama dengan pihak luar UNJ. Hal ini dapat dilihat dari gagalnya menyelesaikan proyek yang diamanatkan Bagian Evaluasi Balitbang Diknas. Dia diduga melakukan penggelapan dana dari Biro Pengabdian Masyarakat (BPM) Pemda DKI Jakarta, yaitu Rp 2 miliar untuk penyelenggaraan Radio Siaran Kampus UNJ (ERA FM). Namun, apapun tuduhan yang ditujukan padanya, Bedjo Sujanto yang sebelumnya menjabat Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat UNJ berhasil memenangi pemilihan dengan perolehan pemilih sebanyak 31 suara sedangkan lawannya Muchlis Rantoni Ludin memperoleh 25 suara. Muchlis sendiri direkomendasikan sebagai rektor UNJ oleh Mendiknas. Pertimbangan Mendiknas untuk mengusulkan Muchlis sebagai Rektor UNJ antara lain karena Muchlis dinilai memiliki latar belakang akademik lebih baik dibandingkan Bedjo, pengalaman manajerial Muchlis di dalam maupun di luar kampus dianggap lebih baik dibandingkan Bedjo, kemampuan networking Munchlis dianggap lebih baik dibandingkan Bedjo. Namun, itu semua tetap tidak bisa menghentikan kemenangan Bedjo. Pada tahun 2009, Bedjo kembali muncul dalam bursa pemilihan rektor sebagai calon incumbent. Dengan mengusung tagline UNJ Kompetitif, Bedjo kembali dipercaya untuk memimpin UNJ hingga tahun 2013.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh