Ilmuwan Ungkap Makanan Terakhir yang Masih Ada di Dalam Perut Mumi Berusia 2.400 Tahun, Ternyata Hidangan Lezat dan Bergizi
Mumi ini diyakini korban penumbalan manusia di Zaman Besi.

Mumi ini diyakini korban penumbalan manusia di Zaman Besi.

Ilmuwan Ungkap Makanan Terakhir yang Masih Ada di Dalam Perut Mumi Berusia 2.400 Tahun, Ternyata Hidangan Lezat dan Bergizi
Baru-baru ini, ilmuwan menganalisis ulang perut mumi berusia 2.400 tahun menggunakan teknologi terbaru. Mumi ini ditemukan pada 1950 dan dikenal dengan nama Tollund Man. Tollund Man merupakan korban tumbal pada Zaman Besi di Denmark.
Hasil analisis mengungkapkan makanan terakhir yang dikonsumsi pria ini sebelum meninggal. Ilmuwan menemukan sisa makanan bergizi seperti bubur jelai atau barley, biji rami (flax), dan ikan, seperti dikutip dari Greek Reporter, Senin (22/7).
Pria ini diperkirakan berusia 30 sampai 40 tahun saat meninggal.

Jasadnya ditemukan di rawa di semenanjung Jutland.
Jasad pria ini utuh dan tidak ada yang membusuk sehingga penemu pertama meyakini jasad ini korban pembunuhan baru-baru ini, karena tali kulit yang digunakan untuk membunuhnya masih tergantung di lehernya. Faktanya, para ilmuwan meyakini dia dibunuh antara tahun 405 dan 380 SM.
Sekelompok ilmuwan Denmark, dipimpin oleh Nina Hilt Nielsen, direktur penelitian di Museum Silkeborg di Denmark, memeriksa kembali isi perutnya menggunakan teknologi terkini, yang jauh lebih maju dibandingkan teknologi yang tersedia pada tahun 1950-an.
Tim Nielsen menggunakan teknologi canggih untuk menganalisis protein mikroskopis, partikel tumbuhan, bahan kimia, dan sampel serbuk sari dari usus besar dan kecilnya, dan memastikan pria tersebut mengonsumsi makanan lezat berupa bubur berbahan dasar jelai, biji rami, dan ikan sebelum kematiannya.
Ini adalah makanan terakhir yang mengejutkan bagi korban ritual tumbal, karena tidak mengandung bahan-bahan mewah atau zat psikoaktif dan analgesik, yang sering ditemukan dalam pengorbanan manusia.
Namun ada satu zat aneh yang ditemukan dalam makanannya. Para ilmuwan dapat menentukan bahwa pria tersebut telah mengonsumsi limbah perontokan, atau sisa-sisa tanaman dan biji-bijian yang biasanya dibuang selama proses perontokan. Beberapa ahli percaya bahwa zat tersebut mungkin memiliki aspek ritual di dalamnya.
Meskipun sederhana, makanan tersebut sangat bergizi dan mengenyangkan, karena memenuhi lebih dari setengah kalori harian pria tersebut.
Analisis lebih luas menemukan bahwa pria tersebut tidak dalam kondisi kesehatan yang sempurna. Dia terinfeksi tiga parasit pada saat kematiannya, yang kemungkinan karena mengonsumsi daging yang belum matang.