Jepang Sukses Luncurkan Satelit Michibiki 6 ke Luar Angkasa
Roket H3 yang mengangkut satelit Michibiki 6 berhasil meluncur dari Pusat Antariksa Tanegashima, yang terletak di pulau barat daya Jepang.

Badan Antariksa Jepang sukses meluncurkan satelit navigasi menggunakan roket terbarunya, H3, pada hari Minggu (2/2/2025). Upaya ini merupakan bagian dari strategi Jepang untuk meningkatkan akurasi sistem penentuan posisi dalam navigasinya. Roket H3 yang mengangkut satelit Michibiki 6 diluncurkan dari Pusat Antariksa Tanegashima, yang terletak di pulau barat daya Jepang. Proses peluncuran berjalan dengan baik, dan satelit berhasil terpisah dari roket sesuai jadwal sekitar 29 menit setelah lepas landas. Hal ini disampaikan oleh Makoto Arita, manajer proyek H3 dari Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA), sebagaimana dikutip dari Japan Today pada Senin (3/2/2025).
Para pejabat menyatakan bahwa satelit ini diperkirakan akan mencapai orbit geospasial yang diinginkan dalam waktu kurang lebih dua minggu. Saat ini, Jepang telah memiliki sistem satelit quasi-zenith atau QZSS yang terdiri dari empat satelit untuk sistem navigasi regional yang mulai beroperasi pada tahun 2018. Dengan peluncuran Michibiki 6, jumlah satelit dalam jaringan ini menjadi lima. Sinyal yang dipancarkan oleh Michibiki berfungsi untuk melengkapi sistem GPS yang dimiliki Amerika Serikat, serta meningkatkan akurasi data penentuan posisi untuk berbagai aplikasi seperti smartphone, navigasi kendaraan, maritim, dan drone. Jepang juga merencanakan peluncuran dua satelit navigasi tambahan pada Maret 2026, yang akan membentuk sistem tujuh satelit, sehingga mampu memberikan penentuan posisi global yang lebih akurat tanpa ketergantungan pada layanan luar negeri, termasuk dari AS, menurut Badan Sains dan Teknologi Jepang. Di akhir tahun 2030-an, Jepang berambisi untuk memiliki jaringan yang terdiri dari 11 satelit.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengapresiasi keberhasilan peluncuran ini dalam sebuah pernyataan dan berkomitmen untuk meningkatkan upaya pemerintah dalam "memaksimalkan" pemanfaatan sistem satelit navigasi agar lebih banyak masyarakat dapat mengakses data penentuan posisi dengan mudah.
Peluncuran mengalami penundaan

Peluncuran tersebut mengalami penundaan satu hari akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung. Ini menjadi penerbangan keempat yang sukses secara beruntun untuk sistem H3, setelah sebelumnya mengalami kegagalan pada debutnya tahun lalu ketika roket harus dihancurkan beserta muatannya. Jepang menganggap pentingnya memiliki sistem transportasi antariksa yang stabil dan mampu bersaing secara komersial sebagai kunci untuk program antariksa dan keamanan nasionalnya. Untuk itu, mereka telah mengembangkan dua jenis roket baru sebagai pengganti dari seri H2A, yaitu H3 yang lebih besar hasil kolaborasi dengan Mitsubishi Heavy Industries dan sistem Epsilon yang lebih kecil yang dikembangkan oleh unit kedirgantaraan dari produsen mesin berat IHI. Jepang berharap dapat memenuhi beragam kebutuhan pelanggan dan memperkuat posisinya di pasar peluncuran satelit yang terus berkembang.