Kim Jong-un Menangis di Depan Ibu-Ibu Korea Utara, Ini Penyebabnya
Momen langka ini terjadi ketika pemimpin Korea Utara itu menghadiri acara Pertemuan Nasional Para Ibu.
Momen langka ini terjadi ketika pemimpin Korea Utara itu menghadiri acara Pertemuan Nasional Para Ibu.
Kim Jong-un Menangis di Depan Ibu-Ibu Korea Utara, Ini Penyebabnya
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un tampak menghapus air matanya dengan sapu tangan saat menghadiri pertemuan dengan para ibu di Pyongyang.
Sumber: Sky News
Momen langka ini terjadi dalam acara Pertemuan Nasional Para Ibu.
Kim terlihat berusaha menahan tangis sepanjang pidatonya sembari menyerukan agar perempuan turut memperkuat kekuatan bangsa.
"Menghentikan penurunan angka kelahiran dan menyediakan perawatan anak yang baik serta pendidikan adalah urusan keluarga kita yang harus kita atasi bersama-sama dengan ibu-ibu kita," kata Kim kepada peserta pertemuan tersebut.
Analisis menunjukkan, tingkat kesuburan di Korea Utara mengalami penurunan selama satu dekade terakhir karena kekhawatiran di kalangan keluarga terkait "kebutuhan uang yang besar" untuk membesarkan anak-anak.
Para ahli meyakini banyak keluarga baru di Korea Utara tidak memiliki lebih dari satu anak karena "mereka memerlukan banyak uang untuk membesarkan anak-anak mereka."
Data yang akurat tentang angka kelahiran sulit dikumpulkan karena keterbatasan statistik yang diungkapkan oleh Korea Utara, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Penilaian yang dilakukan pemerintah Korea Selatan menunjukkan tingkat kesuburan di Korea Utara telah mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir.
Rata-rata jumlah bayi yang diperkirakan akan dilahirkan dari seorang perempuan sepanjang hidupnya adalah 1,79 di Korea Utara pada tahun 2022, turun dari 1,88 pada tahun 2014.
Meskipun penurunan ini lebih lambat dibandingkan dengan Korea Selatan, di mana tingkat kelahiran tahun lalu adalah 0,78, turun dari 1,20 pada tahun 2014.
Permohonan Kim yang penuh air mata ini sangat kontras dengan program pengendalian kelahiran yang diperkenalkan oleh Korea Utara sekitar pada tahun 1970 dan 1980 untuk memperlambat pertumbuhan populasi pascaperang.
Pada pertengahan tahun 1990-an, kelaparan diperkirakan telah menewaskan ratusan ribu orang, menyebabkan tingkat kesuburan di negara tersebut menurun tajam, menurut laporan yang diterbitkan pada Agustus lalu oleh Hyundai Research Institute yang berbasis di Seoul.
“Banyak keluarga di Korea Utara juga tidak berniat memiliki lebih dari satu anak saat ini karena mereka tahu bahwa mereka membutuhkan banyak uang untuk membesarkan anak-anak mereka, menyekolahkan mereka dan membantu mereka mendapatkan pekerjaan,” kata Ahn Kyung-su, kepala keluarga dari DPRKHealth.org, sebuah situs web yang berfokus pada masalah kesehatan di Korea Utara.
Badan statistik Korea Selatan memperkirakan populasi Korea Utara saat ini berjumlah 25,7 juta. Laporan dari Institut Hyundai menyebutkan populasi di Korea Utara diperkirakan menyusut mulai tahun 2034 dan turun menjadi 23,7 juta pada tahun 2070Media pemerintah Korea Utara, KCNA melaporkan bahwa negara tersebut telah memperkenalkan sejumlah manfaat untuk keluarga dengan tiga anak atau lebih. Hal ini termasuk pengaturan perumahan gratis, subsidi negara, makanan gratis, obat-obatan, dan barang rumah tangga, serta fasilitas pendidikan untuk anak-anak.