Ramai-Ramai Warga Korsel Ogah Nikah dan Punya Anak, Ini Alasannya
Banyak faktor yang menyebabkan warga Korea Selatan enggan menikah dan memiliki anak.
Banyak faktor yang menyebabkan warga Korea Selatan enggan menikah dan memiliki anak.
Ramai-Ramai Warga Korsel Ogah Nikah dan Punya Anak, Ini Alasannya
Ramai-Ramai Warga Korsel Ogah Nikah dan Punya Anak
Korea Selatan kini tengah diambang krisis populasi. Hal itu disebabkan penduduknya banyak yang enggan menikah dan memiliki anak.
Banyak faktor yang menyebabkan warga Korea Selatan enggan menikah dan memiliki anak.
Melansir dari The Korean Herald, menurut penelitian di Korea oleh Research Institute for Human Settlements menyimpulkan penurunan tersebut sangat besar selama lonjakan biaya perumahan.
Mereka mencatat angka kelahiran cenderung tidak banyak berubah ketika harga rumah stabil.
merdeka.com
Para peneliti menemukan korelasi antara tingkat kesuburan total dengan jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang wanita hingga akhir masa suburnya.
Ini sejalan dengan tingkat kesuburan spesifik usia yang berlaku pada tahun tertentu dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keluarga berencana.
Hal ini mencakup berbagai angka dari tahun sebelumnya. Termasuk harga rumah, harga sewa, biaya pendidikan swasta, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.
Biaya tempat tinggal termasuk biaya membeli atau menyewa rumah yang merupakan faktor terbesar memengaruhi pasangan suami istri dalam memiliki anak pertama, kedua, atau ketiga, meski dampaknya sedikit berbeda.
Menariknya, para peneliti menemukan kenaikan harga rumah sebesar 1 persen pada suatu tahun menyebabkan penurunan tingkat kesuburan total sebesar 0,00203.
Kemudian kenaikan harga sewa sebesar 1 persen menyebabkan penurunan sebesar 0,00247.
Laporan tersebut menyebutkan 30,4 persen keputusan pasangan menikah untuk memiliki anak pertama disebabkan oleh biaya tempat tinggal.
Menurut Statistik Korea, rumah tangga berpendapatan ganda mencakup 46,1 persen dari 12,69 juta rumah tangga menikah pada bulan Oktober 2022.
Ini merupakan angka tertinggi sepanjang masa sejak lembaga tersebut memulai penghitungannya.
Para peneliti KRIHS mengatakan salah satu kunci untuk mengatasi rekor tingkat kesuburan yang rendah di Korea Selatan adalah mengatasi biaya perumahan.
“(Pemerintah) harus mengambil kebijakan sehingga pengantin baru yang mengalami kesulitan finansial dapat memperoleh rumah tanpa mengambil pinjaman dalam jumlah berlebihan,” tulis mereka.