Kisruh politik bisa jadi jalan kembalinya kudeta

Merdeka.com - Selama lebih dari dua pekan, dua tokoh oposisi terkemuka di Pakistan telah memobilisasi pendukung mereka di belakang sebuah tujuan tunggal, yakni menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif.

Imran Khan dan Tahir ul-Qadri telah mengadakan aksi duduk di Ibu Kota Islamabad disebut Zona Merah, yakni rumah bagi parlemen dan kediaman perdana menteri, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera, Senin (1/9).

Tapi pada Sabtu malam, para pengunjuk rasa menerobos garis polisi dan mencoba untuk berbaris ke rumah perdana menteri.

Polisi menanggapi dengan gas air mata dan peluru karet. Aksi duduk merupakan tantangan terbesar bagi pemerintahan Nawaz Sharif, dan datang meskipun pemilu bersejarah telah membawanya kepada kekuasaan pada tahun lalu.

Pemungutan suara ini dianggap sebagai pengalihan demokratis pertama kekuasaan Pakistan.

Pihak militer telah merebut kekuasaan di Pakistan empat kali sejak 1958, biasanya pada saat-saat pergolakan dalam sistem politik. Sejarah yang sangat signifikan untuk Sharif, di mana kekuasaan terakhirnya berakhir pada tahun 1999 dengan kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Pervez Musharraf.

Kali ini, Sharif berkuasa dengan menyapu mandat setelah kemenangan mutlak partainya pada Mei 2013, dengan menjanjikan bakal memperkuat supremasi sipil. Tapi tahun ini dia telah bentrok dengan militer pada beberapa isu-isu kunci seperti pembicaraan damai dengan Taliban dan kebijakan terhadap India.

Sedikitnya 15 orang cedera pada Senin sore, saat bentrokan meletus kembali antara pemrotes dan polisi di Ibu Kota Islamabad.

Menurut laporan, bentrokan meletus kembali setelah pemrotes dari Tehrik Awami Pakistan (PAT) berpawai ke arah rumah perdana menteri di Zona Merah di Islamabad.

Pada Senin pagi, dua pejabat senior polisi dipukul oleh pemrotes dengan menggunakan tongkat ketika mereka memimpin satuan polisi untuk membubarkan para pengunjuk rasa.

Kedua pejabat itu segera dibawa ke rumah sakit di mana keduanya dilaporkan sudah berada dalam kondisi stabil.

Demonstran juga menyerbu markas stasiun televisi milik pemerintah Pakistan dan menghancurkan kaca serta barang lain yang mengakibatkan dihentikannya penyiaran. Pemrotes juga membawa pergi semua makanan dan minuman dari kafetaria di stasiun televisi tersebut.

Personel Angkatan Darat Pakistan, yang bertanggung-jawab melindungi bangunan itu, bergegas ke lokasi dan mengosongkan gedung dari pemrotes.

Para pekerja dari Tehrik Awami Pakistan (PAT) dan Tehrik-i-Insaf Pakistan (PTI), penyelenggara aksi-duduk itu, telah menggelar protes guna menggolkan tuntutan mereka termasuk pengunduran diri Perdana Menteri Nawaz Sharif. (mdk/fas)