Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah China imbau warga tak kuburkan jenazah karena alasan lingkungan

Pemerintah China imbau warga tak kuburkan jenazah karena alasan lingkungan suasana di tk beijing china tempat guru siksa murid. ©AP

Merdeka.com - Pemerintah China dikabarkan tengah menggalakkan kampanye yang dinilai kontroversial, yaitu membujuk rakyat untuk mengalihkan tradisi pemakaman jenazah, menjadi kremasi.

Konon, alasan di balik kampanye itu adalah untuk mendukung kelestarian lingkungan.

Dikutip dari BBC pada Selasa (26/6), pemerintah China berupaya mengubah persepsi publik tentang pemakaman tradisional, dengan menyebut hal itu berisiko memperparah krisis sumber daya lahan akibat membludaknya populasi hingga lebih dari satu miliar jiwa.

Orang lain juga bertanya?

Selain itu, pemerintah juga beralasan imbauan tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian lingkungan, yakni melalui penghematan konsumsi kayu potong untuk membuat peti mati.

Salah satu situs berita berpengaruh di Negeri Tirai Bambu, The paper, menggarisbawahi pada 23 Juni lalu, bahwa lebih dari 5.000 penduduk Provinsi Jiangxi di wilayah tenggara China, berbondong-bondong menyerahkan peti mati jenazah keluarganya kepada otoritas setempat.

Beberapa laporan yang dikutip situs tersebut mengatakan, ada cukup banyak warga yang "dipaksa" untuk menggali makam keluarga yang telah meninggal, dan menyerahkan jenazahnya kepada pemerintah untuk dikremasikan.

Bersamaan dengan unggahan berita tersebut, situs The Paper juga memuat sebuah foto yang menunjukkan tumpukan peti mati bekas, dibuang di pinggiran Kota Gao'an, Provinsi Jiangxi.

Secara tradisional, menurut kantor berita resmi Xinhua, masyarakat China percaya bahwa pemakaman adalah "cara yang tepat untuk menangani jenazah".

Banyak orang di Negeri Tirai Bambu berinvestasi besar-besaran dalam pemakaman dan peti mati. Mereka percaya bahwa melakukan hal yang rumit itu adalah cara menunjukkan bakti kepada leluhur.

Dilaporkan pula bahwa selama akhir pekan lalu, banyak kendaraan bermotor lalu lalang di sekitar Gao'an, mengumpulkan satu per satu peti mati dari rumah penduduk.

Surat kabar Global Times menulis laporan bahwa kompensasi yang diterima untuk penyerahan setiap satu peti jenazah adalah sekitar 2.000 yuan, atau setara Rp 4,3 juta.

Namun, nilai kompensasi tersebut jauh lebih kecil dari pengeluaran rata-rata masyarakat China, untuk menguburkan peti jeazah anggota keluarganya yang meninggal.

Tidak hanya berbentuk imbauan dengan kompensasi, pemerintah China juga menerapkan kebijakan denda kepada mereka yang kedapatan telah menyimpan peti jenazah di rumahnya.

Adalah sebuah tradisi bagi masyarakat Negeri Tirai Bambu untuk menyiapkan secara dini segala perlengkapan pemakaman, termasuk peti mati. Kebanyakan dari mereka tidak ingin jika tempat peristirahatan terakhirnya tidak dihias secara apik.

Akibat kebijakan tersebut, dilaporkan bahwa lebih dari 1.000 peti mati berbahan baku kayu, dihancurkan di kota Shangrao --tidak jauh dari Gao'an-- menjelang akhir tahun lalu.

Bukan tanpa protes, kampanye kontroversial tersebut memicu kecaman oleh warganet setempat. Situs media sosial khas China, Weibo, dibanjiri oleh ribuan komentar bernada prihatin terhadap kebijakan terbaru Beijing itu.

Banyak di antara komentar itu menyebut penukaran paksa peti jenazah dengan kremasi adalah tindakan yang menyinggung sisi emosional.

Di sisi lain, kantor berita Xinhua mencatat pada 2016, ibu kota Beijing tengah menghadapi persoalan genting tentang ketersediaan lahan.

"Kebanyakan pemakaman penuh (di Beijing), sehingga lahan-lahan kosong di berbagai kota tetangga terus dilirik sebagai lokasi pemakaman. Sekitar 80 persen lahan pemakaman di kota-kota di Provinsi Hebei dijual ke warga Beijing," tulis kantor berita Xinhua dalam sebuah laporan.

Untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah China menawarkan opsi pengurusan jenazah dengan cara kremasi atau penguburan di laut. Hal itu diharapkan mampu mendukung visi Negeri Tirai Bambu untuk menghemat sumber daya lahan pada 2020 mendatang.

Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo

Sumber: Liputan6.com

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pj Gubernur Jabar Ingatkan Masyarakat Soal Limbah Kurban dan Bungkusnya Ramah Lingkungan
Pj Gubernur Jabar Ingatkan Masyarakat Soal Limbah Kurban dan Bungkusnya Ramah Lingkungan

Menurut Bey, seharusnya sosialisasi sudah secara masif dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat dan pemda kota/kabupaten.

Baca Selengkapnya
Perubahan Iklim Hantui Semua Negara, Jokowi Ajak Masyarakat Tanam Pohon Sebanyak-banyaknya
Perubahan Iklim Hantui Semua Negara, Jokowi Ajak Masyarakat Tanam Pohon Sebanyak-banyaknya

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti kurangnya pohon dan banyaknya kendaraan di DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya
Polusi Udara Meningkat, Warga Jakarta Diminta Kembali Kenakan Masker
Polusi Udara Meningkat, Warga Jakarta Diminta Kembali Kenakan Masker

Masyarakat juga diimbau untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan.

Baca Selengkapnya
Heru Budi Minta Kesadaran Warga Tak Bakar Sampah Guna Kurangi Polusi
Heru Budi Minta Kesadaran Warga Tak Bakar Sampah Guna Kurangi Polusi

"Saya minta Walkot, Camat, Lurah untuk menyadarkan masyarakat untuk tidak bakar sampah di lingkungannya," kata Heru.

Baca Selengkapnya
Orang China Kuno Dikubur dengan Pakaian Berlapis Giok dan Dijahit dengan Benang Emas, Ini Fungsinya
Orang China Kuno Dikubur dengan Pakaian Berlapis Giok dan Dijahit dengan Benang Emas, Ini Fungsinya

Giok sangat lekat dengan kebudayaan China dan telah berlangsung sejak tahun 6.000 SM.

Baca Selengkapnya
Pecinta Lingkungan adalah Kelompok Peduli Kesehatan Alam, Ketahui Tujuan dan Manfaatnya
Pecinta Lingkungan adalah Kelompok Peduli Kesehatan Alam, Ketahui Tujuan dan Manfaatnya

Gerakan pecinta lingkungan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan.

Baca Selengkapnya
Pakar Ungkap 'Ngerinya' Penularan Antraks, Hewan Terpapar Tak Bisa Ditangani Sembarangan
Pakar Ungkap 'Ngerinya' Penularan Antraks, Hewan Terpapar Tak Bisa Ditangani Sembarangan

Hasil penelitian di Afrika Selatan yang membuktikan jika spora yang dihasilkan dari bakteri Antraks ini bisa bertahan hingga 250 tahun lamanya.

Baca Selengkapnya
Perubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan
Perubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan

Aksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.

Baca Selengkapnya
6 Tips Mengurangi Sampah Rumah Tangga, Buat Lingkungan Bersih dan Nyaman
6 Tips Mengurangi Sampah Rumah Tangga, Buat Lingkungan Bersih dan Nyaman

Tips mengurangi sampah rumah tangga adalah cara yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir limbah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari di rumah.

Baca Selengkapnya
Cegah Kebakaran saat Malam Tahun Baru, Warga Jakarta Diimbau Tidak Main Petasan
Cegah Kebakaran saat Malam Tahun Baru, Warga Jakarta Diimbau Tidak Main Petasan

Cegah Kebakaran saat Malam Tahun Baru, Warga Jakarta Diimbau Tidak Main Petasan

Baca Selengkapnya