Pemerintah China imbau warga tak kuburkan jenazah karena alasan lingkungan
Merdeka.com - Pemerintah China dikabarkan tengah menggalakkan kampanye yang dinilai kontroversial, yaitu membujuk rakyat untuk mengalihkan tradisi pemakaman jenazah, menjadi kremasi.
Konon, alasan di balik kampanye itu adalah untuk mendukung kelestarian lingkungan.
Dikutip dari BBC pada Selasa (26/6), pemerintah China berupaya mengubah persepsi publik tentang pemakaman tradisional, dengan menyebut hal itu berisiko memperparah krisis sumber daya lahan akibat membludaknya populasi hingga lebih dari satu miliar jiwa.
-
Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan di Indonesia? Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.
-
Mengapa penting untuk menjaga kelestarian lingkungan? Penting bagi kita untuk memahami bahwa kerusakan alam akibat ulah tangan manusia memiliki dampak yang sangat nyata bagi kehidupan dan memerlukan tindakan nyata untuk menjaga kelestarian alam.
-
Bagaimana cara menjaga lingkungan hidup? Makalah ini membahas mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup di era modern ini. Dalam makalah ini, kami mencoba untuk memberikan pemahaman tentang dampak negatif dari polusi lingkungan serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
-
Bagaimana cara menjaga lingkungan agar tetap sehat? Dengan tersedianya sistem yang mengharuskan setiap lingkungan untuk menjaga kebersihan dari lingkungan, maka bisa didapatkan sebuah kondisi lingkungan yang kondusif dan tertata dengan baik.
-
Mengapa KKP memprioritaskan penerapan zero waste? 'Meminimalisir bagian terbuang, semua bagian ikan bisa dimanfaatkan untuk jadi produk,' ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya di Jakarta.
-
Mengapa penting untuk mengurangi konsumsi plastik? Meskipun efek buruk dari mikro dan nanoplastik masih dalam penelitian, namun temuan saat ini menunjukkan bahwa mereka dapat menyebabkan stres oksidatif, kelainan reproduksi, disfungsi gastrointestinal, dan peningkatan mortalitas.
Selain itu, pemerintah juga beralasan imbauan tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian lingkungan, yakni melalui penghematan konsumsi kayu potong untuk membuat peti mati.
Salah satu situs berita berpengaruh di Negeri Tirai Bambu, The paper, menggarisbawahi pada 23 Juni lalu, bahwa lebih dari 5.000 penduduk Provinsi Jiangxi di wilayah tenggara China, berbondong-bondong menyerahkan peti mati jenazah keluarganya kepada otoritas setempat.
Beberapa laporan yang dikutip situs tersebut mengatakan, ada cukup banyak warga yang "dipaksa" untuk menggali makam keluarga yang telah meninggal, dan menyerahkan jenazahnya kepada pemerintah untuk dikremasikan.
Bersamaan dengan unggahan berita tersebut, situs The Paper juga memuat sebuah foto yang menunjukkan tumpukan peti mati bekas, dibuang di pinggiran Kota Gao'an, Provinsi Jiangxi.
Secara tradisional, menurut kantor berita resmi Xinhua, masyarakat China percaya bahwa pemakaman adalah "cara yang tepat untuk menangani jenazah".
Banyak orang di Negeri Tirai Bambu berinvestasi besar-besaran dalam pemakaman dan peti mati. Mereka percaya bahwa melakukan hal yang rumit itu adalah cara menunjukkan bakti kepada leluhur.
Dilaporkan pula bahwa selama akhir pekan lalu, banyak kendaraan bermotor lalu lalang di sekitar Gao'an, mengumpulkan satu per satu peti mati dari rumah penduduk.
Surat kabar Global Times menulis laporan bahwa kompensasi yang diterima untuk penyerahan setiap satu peti jenazah adalah sekitar 2.000 yuan, atau setara Rp 4,3 juta.
Namun, nilai kompensasi tersebut jauh lebih kecil dari pengeluaran rata-rata masyarakat China, untuk menguburkan peti jeazah anggota keluarganya yang meninggal.
Tidak hanya berbentuk imbauan dengan kompensasi, pemerintah China juga menerapkan kebijakan denda kepada mereka yang kedapatan telah menyimpan peti jenazah di rumahnya.
Adalah sebuah tradisi bagi masyarakat Negeri Tirai Bambu untuk menyiapkan secara dini segala perlengkapan pemakaman, termasuk peti mati. Kebanyakan dari mereka tidak ingin jika tempat peristirahatan terakhirnya tidak dihias secara apik.
Akibat kebijakan tersebut, dilaporkan bahwa lebih dari 1.000 peti mati berbahan baku kayu, dihancurkan di kota Shangrao --tidak jauh dari Gao'an-- menjelang akhir tahun lalu.
Bukan tanpa protes, kampanye kontroversial tersebut memicu kecaman oleh warganet setempat. Situs media sosial khas China, Weibo, dibanjiri oleh ribuan komentar bernada prihatin terhadap kebijakan terbaru Beijing itu.
Banyak di antara komentar itu menyebut penukaran paksa peti jenazah dengan kremasi adalah tindakan yang menyinggung sisi emosional.
Di sisi lain, kantor berita Xinhua mencatat pada 2016, ibu kota Beijing tengah menghadapi persoalan genting tentang ketersediaan lahan.
"Kebanyakan pemakaman penuh (di Beijing), sehingga lahan-lahan kosong di berbagai kota tetangga terus dilirik sebagai lokasi pemakaman. Sekitar 80 persen lahan pemakaman di kota-kota di Provinsi Hebei dijual ke warga Beijing," tulis kantor berita Xinhua dalam sebuah laporan.
Untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah China menawarkan opsi pengurusan jenazah dengan cara kremasi atau penguburan di laut. Hal itu diharapkan mampu mendukung visi Negeri Tirai Bambu untuk menghemat sumber daya lahan pada 2020 mendatang.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Bey, seharusnya sosialisasi sudah secara masif dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat dan pemda kota/kabupaten.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti kurangnya pohon dan banyaknya kendaraan di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diimbau untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan.
Baca Selengkapnya"Saya minta Walkot, Camat, Lurah untuk menyadarkan masyarakat untuk tidak bakar sampah di lingkungannya," kata Heru.
Baca SelengkapnyaGiok sangat lekat dengan kebudayaan China dan telah berlangsung sejak tahun 6.000 SM.
Baca SelengkapnyaGerakan pecinta lingkungan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan.
Baca SelengkapnyaHasil penelitian di Afrika Selatan yang membuktikan jika spora yang dihasilkan dari bakteri Antraks ini bisa bertahan hingga 250 tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaAksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaTips mengurangi sampah rumah tangga adalah cara yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir limbah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari di rumah.
Baca SelengkapnyaCegah Kebakaran saat Malam Tahun Baru, Warga Jakarta Diimbau Tidak Main Petasan
Baca Selengkapnya