Pengamat Amerika: Tanpa AS Dunia akan Lebih Miskin dan Berbahaya
Kondisi global saat ini memicu pertanyaan penting, apakah peran AS di kancah dunia mulai memudar?

Sejak peristiwa 7 Oktober 2023 serangan kelompok Hamas ke Israel, masyarakat dunia kini banyak yang baru mengetahui sejarah konflik Palestina-Israel.
Terutama melalui media sosial yang menampilkan genosida di Gaza, masyarakat dunia--terutama Barat--bisa melihat sendiri kekejaman Israel dengan sekutunya Amerika Serikat dan negara Barat di Eropa.
Gelombang demonstrasi pro-Palestina berlangsung di berbagai belahan dunia, termasuk di dalam negeri AS. Warga AS yang cukup kritis pun bersuara dan mengecam pemerintahan mereka yang terus mendukung Israel melakukan genosida di Gaza. AS dipandang terlibat dalam kejahatan kemanusiaan terbesar dalam sejarah manusia modern itu.
Di sisi lain masyarakat dunia juga menyaksikan perkembangan pesat kemajuan China dari segi ekonomi dan teknologi yang dinilai menjadi pesaing utama AS di peta geopolitik dunia.
Berkaca pada sejarah keruntuhan imperium Romawi, kondisi global saat ini memicu pertanyaan penting, apakah dominasi AS di kancah dunia sudah menunjukkan tanda-tanda memudar?
Pengamat Timur Tengah William Wechsler dalam Munich Security Conference (MSC) di Jerman baru-baru ini menyampaikan pandangannya tentang kondisi global saat ini.

Menurut pengamat asal Amerika ini, faktor utama yang menentukan apakah AS akan mengalami penurunan bukanlah China, melainkan keputusan yang dibuat oleh AS sendiri.
"Jika AS mengambil keputusan yang memperkuat perannya di dunia, maka dominasi AS dapat bertahan dalam waktu yang lama," kata dia dalam sesi wawancara di MSC.
"Namun, jika AS memilih untuk mundur dari peran globalnya—seperti yang terjadi sebelum Perang Dunia II—maka dunia akan kembali menjadi lebih miskin dan lebih berbahaya," ujarnya tanpa mengelaborasi lebih jauh.