Penyelidik Temukan Ada Kesamaan Kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air JT 610
Merdeka.com - Juru bicara Kementerian Transportasi Ethiopia, Muse Yiheyis mengatakan ada kesamaan antara kecelakaan yang dialami pesawat Ethiopian Airlines ET 302 dan Lion Air JT 610.
"Kasusnya sama dengan yang terjadi di Indonesia (Lion Air). Sejauh ini ada sejumlah kesamaan antara dua kecelakaan pesawat itu," kata Yiheyis.
Selain keduanya sama-sama terbang dengan pesawat Boeing 737 MAX 8, penyelidik juga menemukan bukti baru dari lokasi kecelakaan pesawat yang terjadi pekan lalu.
-
Kapan kecelakaan pesawat terjadi? De Havilland Comet merupakan desain jet komersial awal yang memiliki jendela persegi. Namun, dalam waktu lima tahun setelah diperkenalkan, tiga Komet mengalami serangkaian kecelakaan tragis dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Melansir IFLScience & Daily Mail, Senin (13/5), setelah kecelakaan ketiga di 1954, penyelidikan menemukan bahwa retaknya kusen jendela menjadi penyebabnya.
-
Dimana Ethiopia terletak? Negara yang terletak di bagian paling timur daratan Afrika ini memang bisa dibilang berbeda dari negara lainnya.
-
Di mana lokasi kecelakaan helikopter? Kecelakaan ini terjadi di hutan Dizmar, yang berada di antara kota Varzaqan dan Jolva di Provinsi Azerbaijan Timur.
-
Bagaimana pesawat Thai Airways 311 jatuh? Dalam situasi yang genting, kapten pilot terus menanyakan jalur alternatif yang bisa dilalui tetapi pada akhirnya pesawat hilang kontak. Beberapa detik sebelum tumbukan, sistem peringatan kedekatan darat (GPWS) diaktifkan dan membunyikan alarm yang memperingatkan awak akan tabrakan yang akan segera terjadi dengan pegunungan.
-
Dimana pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini menabrak lereng gunung Kathmandu, Nepal. Sebanyak 113 orang tewas akibat tragedi ini.
-
Bagaimana helikopter jatuh? Dalam foto yang dirilis Press TV, helikopter berwarna biru itu terlihat jatuh menghantam gunung dan tergelincir dari gunung yang curam dan dipenuhi vegetasi.
Menurut sebuah laporan The New York Times, para penyelidik di lokasi kecelakaan penerbangan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang, menemukan bukti yang menunjukkan bahwa stabilisator pesawat dimiringkan ke atas.
Pada sudut itu, stabilisator otomatis akan memaksa hidung jet melakukan nosedive, mirip dengan pesawat Lion Air yang jatuh di Laut Jawa 12 menit setelah lepas landas, menewaskan semua 189 penumpang dan awak, The Times melaporkan, seperti dikutip dari Vox, Minggu (17/3).
"Kedua penyelidikan sama-sama masih dalam tahap awal, tetapi bukti baru berpotensi menunjukkan bahwa kedua pesawat keduanya memiliki masalah dengan sistem otomatis yang baru dipasang, Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver," The Times melaporkan.
MCAS adalah sistem anti-stalling otomatis Boeing 737 MAX yang dirancang untuk menjaga pesawat agar tidak berada dalam kondisi stall.
Dalam dinamika aviasi, stall adalah pengurangan koefisien gaya angkat yang dihasilkan oleh foil sebagai Angle of Attack (AOA) yang bertambah dari batas normal. Hal ini terjadi ketika sudut kritis AOA pada foil itu telah melewati batas wajar.
Demi keluar dari stall, pilot biasanya meningkatkan AOA dan sudut kritis AOA dengan tujuan untuk memperlambat kecepatan stall dalam level flight.
Namun, jika langkah antisipasi tidak dilakukan, kondisi stall mengakibatkan airflow menjadi terpisah dari airfoil. Itu akan memicu pesawat mengalami hentakan (buffeting) atau perubahan attitude (perubahan pada rotasi tiga dimensi sudut) --yang salah satunya adalah penurunan altitude secara mendadak.
Boeing merancang mesin MAX lebih besar dan dipasang lebih jauh ke depan pada sayapnya, sebuah konfigurasi yang dapat mendorong hidung ke atas menuju sebuah kondisi stall dalam keadaan tertentu.
Untuk mengimbangi itu, Boeing memasang MCAS untuk secara otomatis mendorong hidung ke bawah untuk menangkal kekuatan-kekuatan yang menyebabkan stall, dengan harapan membuat 737 MAX lebih aman.
Tetapi dua kecelakaan dalam beberapa bulan terakhir mengkhawatirkan tanda-tanda bahwa sistem MCAS itu bisa memiliki risiko yang tidak terduga.
Dalam kasus penerbangan Ethiopian Airlines yang jatuh, penyelidik di lokasi kecelakaan secara khusus melihat peralatan yang dikenal sebagai jackscrew, yang mengontrol sudut stabilisator horisontal. Stabilisator bisa dimiringkan karena alasan lain, tetapi mereka dapat dipicu oleh MCAS.
Dan dalam kecelakaan Lion Air, para penyelidik juga memeriksa apakah MCAS memicu pergulatan antara sistem kontrol penerbangan baru dan pilot.
"Sistem otomatis (MCAS), yang mungkin telah mendorong hidung pesawat dalam kecelakaan Lion Air, menjadi aktif jika hanya satu dari dua sensor yang dipasang di bagian luar pesawat mengatakan hidung pesawat terlalu tinggi. Itu berarti satu sensor yang tidak berfungsi dapat memaksa pesawat ke arah yang salah, seperti yang telah diteorikan dalam kecelakaan Lion Air," The Times melaporkan.
Boeing dan Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengatakan bahwa mereka terus mendukung keselamatan pesawat 737 MAX. Meski begitu, perusahaan berusaha untuk menyelesaikan pembaruan perangkat lunak dan mendorongnya pada bulan April yang akan memodifikasi fitur jet di sekitar sistem otomatis MCAS.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebab kejadian tergelincirnya pesawat tersebut masih dalam penyelidikan.
Baca SelengkapnyaKasau telah mengeluarkan surat perintah penyelidikan. Sehingga penyebab jatuhnya pesawat masih diselidiki.
Baca SelengkapnyaSepuluh orang tewas dalam insiden mengerikan kecelakaan pesawat jet di Selangor Malaysia. Delapan penumpang di dalam pesawat dan dua orang di darat ikut tewas.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah deretan pesawat yang pernah mengalami turbulensi hebat.
Baca SelengkapnyaTuntutan ini muncul setelah Boeing membuat kesepakatan dengan Departemen Kehakiman AS untuk mengaku bersalah atas penipuan kriminal.
Baca SelengkapnyaMarsma Agung mengaku belum dapat memastikan penyebab pastinya.
Baca SelengkapnyaKecelakaan mengerikan ini menjadi salah satu tragedi terbesar di dunia penerbangan.
Baca SelengkapnyaHampir 360 orang meninggal di negara dalam 19 kecelakaan udara sejak tahun 2000.
Baca SelengkapnyaPilot pesawat Super Tucano yang mengalami kecelakaan di Pasuruan, Jawa Timur, sempat menyampaikan mereka memasuki awan sebelum akhirnya hilang kontak.
Baca SelengkapnyaPesawat komersil Halla Airlines Selasa lalu tergelincir di bandara Mogadishu, Somalia.
Baca SelengkapnyaSeluruh awak dan penumpang pesawat Japan Airlines selamat. Namun, lima awak pesawat lain yang ditabrak meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPesawat Airbus A350 Japan Airlines terbakar usai menabrak pesawat penjaga pantai Jepang di landasan pacu.
Baca Selengkapnya