Presiden Prancis Peringatkan Netanyahu Agar Tahu Diri Soal Sejarah Berdirinya Israel
Ketegangan antara kedua pemimpin meningkat menyusul serangan Israel ke Lebanon.
Ketegangan semakin meningkat antara Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Dalam pertemuan mingguan dengan para menterinya pada Selasa (15/10), Macron mengingatkan Netanyahu untuk tidak mengabaikan keputusan-keputusan PBB.
"Pak Netanyahu harus ingat bahwa negara Anda didirikan berdasarkan keputusan PBB," ungkap Macron, seperti dilansir POLITICO, Kamis (17/10), merujuk pada pemungutan suara Majelis Umum PBB pada November 1947 yang mengakhiri mandat Inggris di Palestina dan membagi wilayah tersebut menjadi negara Yahudi dan Arab.
Peringatan Macron mengenai pentingnya keputusan PBB terkait dengan situasi di Lebanon selatan dan serangan Israel terhadap Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), yang mendapat kecaman dari 40 negara pada hari Sabtu (12/10). Lima anggota UNIFIL terluka akibat serangan Israel pekan lalu, termasuk dua di antaranya berasal dari Indonesia.
Ketegangan antara Macron dan Netanyahu meningkat seiring dengan intensifikasi serangan Israel ke Lebanon, negara yang memiliki hubungan historis yang panjang dengan Prancis. Israel berdalih serangannya menargetkan Hizbullah, tetapi banyak warga sipil yang menjadi korban. Menurut laporan kantor berita AP yang mengutip Kementerian Kesehatan Lebanon, serangan Israel sejak Oktober tahun lalu telah mengakibatkan sekitar 2.300 kematian, dengan lebih dari tiga per empat dari jumlah tersebut terjadi dalam sebulan terakhir.
Embargo Senjata ke Israel
Pada hari yang sama, Netanyahu menanggapi pernyataan Macron dengan menyatakan Israel tidak didirikan oleh keputusan PBB, melainkan melalui perang kemerdekaan pada tahun 1948.
"Saya ingin mengingatkan presiden Prancis bahwa Negara Israel didirikan bukan oleh resolusi PBB, tetapi melalui kemenangan dalam perang kemerdekaan yang melibatkan pengorbanan darah para pejuang heroik, banyak di antaranya adalah penyintas Holocaust, termasuk dari rezim Vichy di Prancis," dalih Netanyahu.
Rezim Vichy diketahui bekerja sama dengan pasukan pendudukan Adolf Hitler selama Perang Dunia II dan membantu Nazi Jerman dalam mendeportasi 76.000 orang Yahudi dari Prancis ke kamp konsentrasi.
Sebelum mengeluarkan pernyataan tentang pendirian Israel, Macron juga menyerukan agar pengiriman senjata ke Israel dihentikan, yang langsung memicu kemarahan Netanyahu, yang menyebut seruan tersebut "memalukan."
Bulan lalu, Prancis berupaya menjadi mediator dalam gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah, namun upaya tersebut gagal setelah Netanyahu memerintahkan serangan terhadap markas besar Hizbullah, yang mengakibatkan terbunuhnya pemimpin kelompok tersebut, Hassan Nasrallah.