Revolusi Bergolak di Myanmar dan Kaum Perempuan Berada di Garis Paling Depan
Merdeka.com - Ma Kyal Sin suka taekwondo, makanan pedas dan lipstik warna merah merona. Dia memakai nama bahasa Inggris Angel dan ayahnya memeluknya sambil mengucapkan selamat jalan ketika dia pergi demo di Kota Mandalay untuk bergabung dengan unjuk rasa damai menentang kudeta militer.
Kaos oblong hitam yang dipakainya memuat sebuah pesan sederhana: "Semuanya akan baik-baik saja."
Tapi sore itu hari yang nahas. Kyal Sin, 18 tahun, tertembak di kepala oleh aparat keamanan yang sudah membunuh lebih dari 30 demonstran sejak kudeta 1 Februari lalu.
-
Bagaimana Ratu Sinuhun memperjuangkan kesetaraan perempuan? Dalam undang-undang yang disusun oleh Ratu Sinuhun ini sangatlah tegas dan tertata begitu baik. Hampir seluruh bab undang-undang itu tak jauh dari kehidupan sehari-hari seperti aturan kaum, adat bujang gadis dan kawin, serta lainnya.
-
Apa yang diusung para aktivis di demo Hari Perempuan? Massa juga menyuarakan beragam isu perempuan melalui poster, spanduk dan orasi selama unjuk rasa berlangsung.
-
Kenapa demo Hari Perempuan Internasional digelar? Dalam aksinya, para aktivis mendesak pemerintah segera mewujudkan kebijakan yang memiliki keberpihakan pada perempuan.
-
Apa yang terjadi saat wanita membela diri? 'Setiap kali seorang wanita membela dirinya sendiri, dia membela semua wanita.'
-
Siapa saja yang ikut demo Hari Perempuan? Seorang aktivis mengangkat poster saat berunjuk rasa memperingati Hari Perempuan Internasional di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Jumat (8/4/2024).
-
Siapa yang disebut Ibu Komando? Di bagian komentar, ada yang menyebut Juliana sebagai Ibu Komando.
"Dia pahlawan bagi negara kami," kata Ma Cho Nwe Oo, salah satu teman perempuan Kyal Sin yang juga ikut turun ke jalan seperti demonstran lain di seantero negeri, seperti dikutip the New York Times, Kamis (4/3). "Dengan ikut revolusi ini, generasi perempuan muda memperlihatkan kami tidak kalah berani dari kaum laki-laki."
Meski penuh risiko, kaum perempuan Myanmar berada di garis depan dalam demonstrasi menentang kudeta kali ini. Aksi mereka menjadi pesan tersendiri bagi para jenderal Myanmar yang menyingkirkan pemimpin sipil sekaligus Ibu Negara, Aung San Suu Kyi. Kaum perempuan Myanmar kerap ditindas junta militer selama lebih dariseparuh abad.
Ratusan ribu demonstran termasuk kaum perempuan berunjuk rasa menentang junta, termasuk serikat guru, buruh pabrik garmen, dan tenaga medis--semua sektor itu didominasi kaum hawa. Perempuan belia sering kali berada di garis depan berhadapan langsung dengan aparat keamanan. Dua perempuan ditembak di kepala Rabu lalu dan yang lainnya di bagian jantung. Tiga peluru mengakhiri nyawa mereka.
Awal pekan lalu stasiun televisi junta mengumumkan aparat keamanan diperintahkan untuk tidak memakai peluru tajam dan mereka hanya diperbolehkan menembak ke arah badan bagian bawah ketika harus membela diri.
"Kita akan kehilangan pahlawan dalam revolusi ini," kata Ma Sandar, asisten Sekjen Serikat Konfederasi Perdagangan Myanmar yang juga ikut berdemo. "Darah kaum perempuan kami merah."
Bentrokan yang terjadi Rabu lalu membuat korban tewas selama demonstrasi menjadi sedikitnya 54 orang. Tiga anak ditembak mati bulan lalu dan korban tewas pertama sejak kudeta militer adalah perempuan 20 tahun yang ditembak di kepala pada 9 Februari.
Pembunuhan ini menuai kemarahan para pembela hak asasi di dunia.
"Militer Myanmar harus menghentikan pembunuhan dan penahanan demonstran," kata Michelle Bachelet, pejabat HAM di PBB Kamis lalu. "Sungguh mengerikan aparat keamanan melepaskan peluru tajam terhadap demonstran di seantero negeri."
"Kami tidak peduli nyawa kami"
Beberapa pekan setelah demo berlangsung sejumlah kelompok relawan medis ikut turun ke jalan untuk mengobati dan merawat mereka yang luka. Kaum perempuan ikut serta dalam gerakan pembangkangan sipil yang berkumandang di seluruh negeri. Mereka sudah mendobrak tradisi di sebuah negara yang menganggap pakaian rok dan sarung dari kaum perempuan dan laki-laki tidak boleh dicuci berbarengan agar tidak tercampur aura perempuan.
Dengan kreativitas unik, demonstran memasang barisan sarung perempuan yang biasa disebut htamein, untuk melindungi wilayah demo karena sebagian laki-laki menganggap tabu untuk berjalan di bawahnya. Sebagian orang menggantung poster wajah Jenderal Min Aung Hlaing, pemimpin kudeta, di htamein untuk mempermalukannya.
"Perempuan muda memimpin demo karena kami dewasa lebih dulu dan kami tidak bisa membiarkan generasi berikutnya dihancurkan," ujar Dr Yin Yin Hnoung, 28 tahun, yang dihujani peluru di Mandalay.
"Kami tidak peduli nyawa kami. Kami peduli dengan generasi masa depan kami."
Selama ini tidak ada sosok perempuan di jabatan tinggi militer Myanmar atau Tatmadaw. Tentara juga kerap memperkosa perempuan dari kaum etnis minoritas, menurut penyelidikan PBB. Di mata para jenderal, perempuan itu lemah dan kotor. Hierarki keagamaan di negara mayoritas Buddha ini juga menempatkan perempuan di bawah laki-laki.
Bintang terang
Dalam pidato propaganda di stasiun televisi junta awal pekan ini, Jenderal Min Aung Hlaing, menyinggung soal pakaian tidak pantas para demonstran yang dianggap "tidak patut dan bertentangan dengan tradisi Myanmar." Yang dia maksud dalam hal ini termasuk pakaian perempuan demonstran.
Sesaat sebelum dia ditembak mati, Kyal Sin, memakai kaos oblong dan jins sobek sambil mengomando teman-teman demonya.
Ketika mereka dihajar tembakan gas air mata, Kyal Sin membagikan air untuk membersihkan mata rekan-rekannya.
"Kami tidak akan lari," teriaknya dalam sebuah video yang direkam seorang demonstran. "Darah rakyat tidak boleh menyentuh tanah."
"Dia perempuan paling berani yang pernah saya kenal," kata Ko Lu Maw, fotografer yang mengabadikan saat-saat terakhir Kyal Sin.
Di balik kaos oblongnya Kyal Sin memakai liontin berbentuk bintang karena namanya berarti "bintang terang" dalam bahasa Birma.
"Dia suka bilang, 'kalau kau melihat bintang, ingatlah aku'," kata Cho Nwe Oo, temannya. "Saya akan selalu mengenangnya dengan bangga."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.
Baca SelengkapnyaBerakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaPartai Liga Nasional untuk Demokrasi (LND) dibentuk setelah Pemberontakan 8888.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024 untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Baca SelengkapnyaDPR RI mengusulkan Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) membentuk satuan tugas untuk membantu demokratisasi di Myanmar
Baca SelengkapnyaMelalui aksi unjuk rasa tersebut, mereka menuntut Ketua DPR RI Puan Maharani untuk segera mengesahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PRT).
Baca SelengkapnyaAktivis menyoroti pola-pola kekerasan terhadap perempuan yang tak kunjung disikapi secara serius oleh negara.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya, para aktivis mendesak pemerintah segera mewujudkan kebijakan yang memiliki keberpihakan pada perempuan.
Baca SelengkapnyaPuan menyinggung soal peran perempuan untuk memajukan bangsa.
Baca SelengkapnyaWanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaSejumlah catatan mengungkapkan, saat penyerbuan Belanda, Seksi Wanita turut Wingate Action ke daerah pendudukan Belanda.
Baca SelengkapnyaSetelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia masih harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Itu disebut dengan Revolusi Fisik.
Baca Selengkapnya