Ribuan Warga Turki Demo Tuntut Erdogan Mundur Setelah Wali Kota Istanbul Ditangkap
Protes besar-besaran terjadi di Turki setelah penangkapan Ekrem İmamoğlu, menuntut pengunduran diri Presiden Erdoğan.

Ribuan orang di Turki menggelar protes besar-besaran pada 19 Maret 2025, sebagai respons terhadap penangkapan Ekrem İmamoğlu, Wali Kota Istanbul dan saingan utama Presiden Recep Tayyip Erdoğan. Penangkapan ini terjadi beberapa hari sebelum İmamoğlu dijadwalkan menerima nominasi kepresidenannya, memicu gelombang demonstrasi di berbagai kota, terutama di Istanbul dan Ankara.
Meskipun pihak berwenang memberlakukan larangan demonstrasi selama empat hari, menutup beberapa jalan, dan membatasi akses ke platform media sosial, ribuan demonstran tetap turun ke jalan. Mereka berkumpul di lokasi-lokasi strategis seperti markas polisi Istanbul, Balai Kota, dan markas Partai Rakyat Republik (CHP) yang dipimpin oleh İmamoğlu. Para demonstran menilai penangkapan tersebut sebagai tindakan ilegal dan tidak berdasar, serta menuduh pemerintah Erdoğan melemahkan demokrasi di Turki.
“Kami tidak akan diam. Ini adalah serangan terhadap demokrasi dan kebebasan berpendapat,” kata salah satu demonstran yang hadir di Balai Kota Istanbul. Protes ini juga diwarnai dengan tuntutan pengunduran diri Erdoğan, yang dianggap telah menyalahgunakan kekuasaan untuk membungkam lawan politiknya.
Penangkapan İmamoğlu dan Tudingan Korupsi
Pihak berwenang Turki menuduh Ekrem İmamoğlu dan para ajudannya terlibat dalam kasus korupsi, termasuk pemerasan dan penipuan. Selain itu, mereka juga dituduh membantu Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Ankara, Washington, dan sekutu-sekutu Turki lainnya. Tuduhan ini membuat situasi semakin tegang, dengan banyak pihak yang meragukan keabsahan dakwaan tersebut.
Partai CHP, yang merupakan kekuatan oposisi terpenting di Turki, menyebut penangkapan ini sebagai upaya kudeta oleh pemerintah Erdoğan. “Ini adalah langkah yang jelas untuk menghilangkan oposisi politik di negara ini,” ungkap seorang anggota senior CHP. Penangkapan ini dianggap sebagai bagian dari strategi untuk menekan suara-suara yang berbeda dan mempertahankan kekuasaan.

Reaksi Internasional dan Situasi Terkini di Turki
Reaksi terhadap penangkapan İmamoğlu tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari komunitas internasional. Uni Eropa mengecam keras tindakan tersebut, menegaskan bahwa penangkapan ini mencerminkan penurunan standar demokrasi di Turki. “Kami sangat prihatin dengan situasi ini dan menyerukan kepada pemerintah Turki untuk menghormati hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat,” ujar seorang juru bicara Uni Eropa.
Protes terhadap Erdoğan bukanlah hal baru di Turki. Sejak beberapa tahun terakhir, demonstrasi telah berlangsung dalam berbagai konteks, termasuk protes terhadap hasil referendum 2017 yang memberikan kekuasaan lebih besar kepada Erdoğan. Selain itu, penarikan Turki dari Konvensi Istanbul pada tahun 2021 juga memicu gelombang protes, yang menunjukkan adanya ketidakpuasan publik yang signifikan terhadap pemerintahan Erdoğan dan kebijakan-kebijakannya.
Protes Sebagai Simbol Ketidakpuasan Publik
Protes-protes ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam di kalangan masyarakat Turki terhadap kebijakan pemerintahan Erdoğan. Banyak warga yang merasa bahwa hak-hak mereka terancam dan suara mereka tidak didengar. “Kami akan terus berjuang untuk hak kami dan untuk masa depan yang lebih baik,” ungkap seorang demonstran lainnya di tengah kerumunan.
Situasi politik di Turki saat ini tetap tegang dan dinamis, dengan demonstrasi yang terus berlangsung sebagai simbol dari ketidakpuasan masyarakat. Penangkapan İmamoğlu telah menjadi titik fokus bagi banyak orang yang merasa bahwa demokrasi di Turki sedang dalam bahaya. Dengan latar belakang sejarah protes yang panjang, jelas bahwa rakyat Turki tidak akan tinggal diam menghadapi apa yang mereka anggap sebagai penindasan terhadap kebebasan dan hak asasi manusia.